Sosok Abu Bakar Aceh, Cendekiawan Islam yang Tersohor dari Serambi Mekkah
Tokoh intelektual dari Aceh ini telah melahirkan berbagai karya-karya penting tentang keagamaan, filsafat, dan juga kebudayaan.
Provinsi Aceh tidak hanya terkenal dengan ragam budayanya yang begitu kental dan telah diwariskan turun-temurun dari nenek moyang. Daerah ini juga melahirkan banyak tokoh dan pahlawan pada masa kolonial sampai terjun di bidang ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh tersebut bernama Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Mengapa Chatib Sulaiman dianggap sosok inspiratif? Melalui kebiasannya itulah memicu pola pikir untuk semakin memajukan masyarakat di era gempuran kolonial Belanda.
-
Mengapa Tolchah Hasan dianggap sebagai sosok inspiratif? Sosoknya adalah Menteri Agama yang menaruh perhatian terhadap pelaksanaan kerukunan antarumat beragama.
-
Siapa yang menjadi pendakwah muda inspiratif? Jeffry Al-Buchori memiliki nama populer Uje, adalah seorang pendakwah atau ustad yang tampil dengan mengemas bahasa dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda.
-
Siapa yang dikenal sebagai sosok sabar, jujur, dan istiqomah dalam Islam? Sebagaimana diketahui, Nabi Yusuf AS adalah anak dari nabi Ya’kub. Nabi Yusuf AS dikenal sebagai sosok yang sabar, jujur dan istiqomah.
-
Siapa yang bisa terinspirasi dengan membaca pantun Aceh lucu? Dengan meresapi kata-kata yang cerdas dan penuh imajinasi, pembaca dapat terinspirasi untuk menciptakan karya-karya sendiri atau bahkan mengembangkan bakat sastra mereka.
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
Nama Abu Bakar bahkan masuk dalam buku Seratus Tokoh Islam yang Paling Berpengaruh di Indonesia yang ditulis oleh Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza. Selama hidupnya ia juga terjun di bidang partai politik serta ahli dalam beberapa bahasa seperti Bahasa Minang, Jawa, Sunda, dan Gayo.
Seperti apa sosok dan kiprahnya selama hidupnya? Simak informasinya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Profil Singkat
Aboebakar Atjeh atau disebut juga Abu Bakar Aceh ini lahir di Peureumeu, Aceh Barat pada tanggal 28 April 1909. Ia lahir dari kalangan keluarga dengan kultur agama Islam yang kental dan kuat. Sang ayah, Teungku Haji Sjah Abdurahman merupakan Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman. Sang ibunda, Hajjah Na’in yang berasal dari perkampungan Peulanggahan.
Nama “Atjeh” yang tersemat ini bukanlah kebetulan saja, melainkan pemberian dari Presiden Soekarno kepadanya karena kagum terhadap kapasitas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Bahkan, Abu Bakar termasuk dalam seratus tokoh Islam yang paling berpengaruh di Indonesia.
Selama pendidikannya, ia mengenyam di pendidikan dasar “Dayah” atau lembaga pendidikan non-formal/tradisional khas Aceh. Selain itu, ia juga menempuh pendidikan di Volkschool Meulaboh dan Kweekschool Islamiyah di Padang.
- Sosok Dzawata Maghfura Paskibraka Asal Aceh yang Bertugas di IKN, Curi Perhatian
- Sosok Muhammad Djamil Djambek Asal Bukittinggi, dari Preman yang Ditakuti hingga Jadi Ahli Ilmu Falak
- Sosok Teungku Chik Pante Kulu, Ulama Besar Aceh Penulis Karya Sastra Hikayat Prang Sabi
- Sosok Tolchah Hasan Inisiator Pembentukan BAZNAS dan Badan Wakaf Indonesia, Guru Besar yang Merakyat
Berkat kegemilangan dan luasnya ilmu pengetahuan, Abu Bakar sampai dijuluki sebagai “Ensiklopedia Berjalan” dari teman-teman sejawatnya.
Sepak Terjang Organisasi
Setelah menempuh pendidikan, Abu Bakar sangat aktif mengikuti berbagai macam organisasi di bidang keagamaan dan kemasyarakatan di Aceh. Kemudian ia menjadi tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah di Aceh pada tahun 1924 silam.
Setelah malang melintang di organisasi, ia pindah ke Jawa, di sana ia banyak bertemu dengan tokoh-tokoh besar dalam pergerakan nasional. Selain itu, ia sempat menjadi pegawai di Hindia Belanda sebagai Pustakawan dan Editor pada Kantor Urusan Dalam Negeri sejak tahun 1930 sampai takluknya Jepang.
Kemudian, ia juga sempat menjadi guru kursus dai setelah Indonesia merdeka, lalu menjadi pegawai di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setahun kemudian ia diangkat menjadi Kepala Perpustakaan Islam yang berada di bawah Kementerian Agama dan menjadi Pimpinan Partai Masyumi di Yogyakarta.
Pada tahun 1948, ia bersama Menteri Agama saat itu K.H. Masjkur, mempelopori penulisan Al-Qur’an pusaka. Di tahun 1950 ia memimpin majalah Mimbar Agama yang menjadi majalah resmi Departemen Agama.
Karya-karya Gemilang
Ketika KH. Wahid Hasyim wafat, Abu Bakar Aceh berniat untuk membuatkan biografi. Setelah bukunya selesai menjadi jembatan dirinya untuk mendekatkan diri dengan kalangan pesantren di Indonesia.
Meski dirinya dekat dengan kalangan Reformis-Modernis Islam selama berada di Yogyakarta tidak menghalangi dirinya untuk membangun hubungan yang harmonis dengan komunitas pesantren. Bahkan di beberapa tulisannya, ia menulis kekagumannya terhadap kehidupan dan banyak menimba ilmu dari tradisi keilmuan di pesantren.
Ada banyak karya yang ditulis Abu Bakar Aceh, dan menjadi salah satu sumber ilmu bagi kehidupan masyarakat khususnya di bidang agama Islam. Selain itu, sosoknya juga menjadi contoh bagi para cendekiawan lainnya untuk bisa mendalami ilmu.
Abu Bakar wafat di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1979 dan dimakamkan di TPU Karet Bivak. Selama hidupnya, ia banyak memberikan wawasan dan jendela ilmu yang baru bagi generasi penerusnya. Tentu saja, sosoknya sangat patut untuk dikenang dan menjadi contoh.