6 Fakta debat panas ilmuwan soal keberadaan 'alien' di komet 67P
Apakah komet itu benar-benar dihuni makhluk hidup?
Setelah pesawat luar angkasa Rosetta milik ESA (European Space Agency) berhasil mendaratkan satelit Philae di komet 67P (Churyumov-Gerasimenko), teori keberadaan makhluk hidup atau alien pun semakin menguat. Terlebih, beberapa ilmuwan kondang mengklaim kebenaran hal itu.
Sayangnya, di sisi lain banyak ilmuwan yang menganggap teori alien di komet 67P itu terlalu radikal dan sulit dipercaya. Lalu, teori siapa yang paling benar? Tidak perlu pusing, simak dulu 5 fakta debat panas ilmuwan tersebut.
-
Apa yang ditemukan oleh para astronom di luar angkasa? Para astronom telah mendeteksi partikel langka dan berenergi sangat besar yang jatuh ke Bumi dari luar angkasa.
-
Mengapa AI ini dianggap sebagai "perubahan besar" dalam penelitian astronomi? Ed Lu, Direktur Eksekutif dari Asteroid Institute, mengatakan bahwa penemuan ini merupakan “sebuah perubahan besar” mengenai cara penelitian astronomi.
-
Berapa jumlah planet yang telah ditemukan oleh para astronom? Sejauh ini, para astronom telah berhasil menemukan 5.502 planet di sekitar bintang lain di luar Bima Sakti.
-
Siapa saja astronom Muslim yang paling terkenal? Berikut daftar ilmuwan astronom muslim yang disegani di dunia.
-
Kenapa banyaknya satelit Starlink mengganggu pengamatan astronomi? Dari 68 satelit yang diamati selama studi baru-baru ini, tim mendeteksi radiasi antara 110 dan 188 MHz dari 47 satelit Starlink. Kisaran ini melanggar batas pita 150,05 dan 153 MHz yang dilindungi, yang dialokasikan oleh International Telecommunications Union (ITU).
-
Mengapa sampel asteroid Bennu penting bagi ilmuwan? Selain untuk menghindari bencana tabrakan asteroid Bennu dan Bumi, sampel dari Bennu juga akan memberikan wawasan kepada para ilmuan tentang proses-proses penyebab pembentukan tata surya sekitar 4,5 miliar tahun lalu.
Dua ilmuwan ternama ini percaya ada kehidupan di komet
Dua ilmuwan, Max Wallis dari Universitas Cardiff dan Chandra Wickramasinghe dari Pusat Astrobiologi Buckingham, mengklaim bila perubahan yang pada permukaan komet 67P, seperti kemunculan lubang-lubang kecil disebabkan oleh 'alien'.
Akan tetapi, alien yang dimaksud di sini bukan makhluk mirip manusia berkepala lebar, tetapi hanya mikroba. Menurut dua ilmuwan tadi, organisme yang ada di komet 67P sama dengan yang ada di lapisan es Bumi, hal itu dibuktikan dengan keberadaan sisa-sisa makhluk hidup berupa zat karbon yang ditemukan oleh Philae.
Secara teori, bila organisme kecil saja ada di komet dan luar angkasa, tentu terdapat peluang besar ada alien lain yang sudah berevolusi atau bahkan mirip manusia di luar angkasa. Tapi, benarkah demikian?
Benarkah ada zat organik jadi tanda kehidupan?
Ternyata, zat organik yang dimaksudkan oleh kedua ilmuwan tadi hanya beberapa molekul karbon. Tetapi, bukannya karbon adalah zat penyusun makhluk hidup?
Beberapa ilmuwan mungkin berpikir demikian, tetapi kenyataannya, komet sejak dulu memang diketahui tertutup oleh zat organik seperti karbon. Tidak ada sesuatu yang baru atau mengejutkan.
Lebih lanjut, zat organik biasa ditemukan di tata surya kita. Ilmuwan juga sudah membuktikan, bila tidak perlu ada makhluk hidup untuk menciptakan zat-zat organik tadi.
Penyebab komet berlubang bukan alien
Baik Max Wallis dan Chandra Wickramasinghe mengungkapkan bila lubang-lubang di komet disebabkan oleh ulah makhluk hidup. Akan tetapi, penelitian membuktikan hal yang berbeda.
Lubang-lubang pada komet disebut muncul akibat terpaan badai matahari. Terpaan panas ribuan derajat Celcius membuat permukaan komet rapuh dan tergerus. Hasilnya, bagian batuan komet yang rapuh tadi terlepas menjadi debu.
Nah, debu-debu yang terlepas itulah yang sering terlihat sebagai ekor komet dan bisa dilihat oleh manusia.
Prediksi Max Wallis dan Chandra Wickramasinghe sering salah
Bukan hanya kali ini saja, Max Wallis dan Chandra Wickramasinghe membuat klaim keberadaan makhluk hidup di luar angkasa.
Beberapa tahun lalu, Chandra Wickramasinghe pernah mengatakan bila meteor di planet Mars disisipi oleh ganggang. Bahkan, dia juga mengatakan bila virus SARS ayng pertama muncul 2012 silam berasal dari luar angkasa. Namun, semua teori itu hanya tinggal teori tanpa ada pembuktian ilmiah yang jelas.
Fakta ini jugalah yang membuat banyak ilmuwan semakin ragu akan klaim kedua ilmuwan tadi.
Ilmuwan pengirim Rosetta sangkal ada kehidupan di komet
Mungkin ini adalah 'skat mat' bagi Max Wallis dan Chandra Wickramasinghe, sebab Matt Taylor, pimpinan penelitian pesawat luar angkasa Rosetta sendiri menyatakan bila kehidupan di komet hampir mustahil terjadi.
Bagi Matt, komet 67P adalah sebuah dunia baru dan misterius, namun hal itu tidak membuat komet dihuni makhluk hidup seperti Bumi.
Ini tanda kehidupan di luar angkasa yang sebenarnya
Lalu, apakah benar-benar mustahil kehidupan muncul di luar Bumi? Jawabannya tidak.
NASA dan ESA masih optimis bisa menemukan kehidupan di planet-planet di luar tata surya kita. Untuk itu, mereka memiliki penanda tersendiri terkait keberadaan makhluk hidup di luar angkasa.
Tanda yang utama adalah keberadaan oksigen dan air. Menurut ilmuwan, oksigen tidak akan tercipta tanpa peran makhluk hidup, seperti mikroba dan tanaman di Bumi. Lebih lanjut, air mutlak dibutuhkan demi berlangsungnya kehidupan yang lebih kompleks.
Namun, sampai saat ini, komet 67P dinyatakan tidak mempunyai oksigen atau air sama sekali. Alhasil, mayoritas ilmuwan dunia percaya bila tidak ada kehidupan di sana.
Sumber: Sci.esa.int, livecometdata.com, Forbes