5 Bagian tubuh manusia ini dipercaya sebagai sisa evolusi
Bagian tubuh manusia yang terluar hingga yang terdalam ternyata menyimpan rahasia sisa-sisa evolusi
Teori evolusi yang dilontarkan oleh Charles Darwin memang sangat kontroversial hingga saat ini. Banyak yang masih meragukan pemikirannya yang mengungkapkan manusia dulunya berasal dari makhluk yang lebih sederhana, misalnya kera.
Meskipun banyak sekali cemoohan yang diterima oleh Darwin, tidak sedikit para ahli biologi dan antropologi yang menerima teori Darwin dan percaya makhluk hidup mengalami adaptasi serta seleksi alam untuk bisa berkembang seperti sekarang. Bahkan, buku-buku pelajaran siswa di Indonesia masih setia mencantumkan teori Darwin.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang diuji oleh ketiga ilmuwan tersebut? Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar. Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
-
Apa yang para ilmuwan temukan tentang keheningan? Para ilmuwan telah menemukan bahwa keheningan sebenarnya adalah suara.
Hal tersebut nampaknya ada benarnya, sebab manusia pun memiliki beberapa bukti evolusi di dalam tubuhnya. Bagian-bagian tubuh itu masih menyimpan fungsi-fungsi 'kuno' yang juga dimiliki oleh manusia purba dan hewan lain. Berikut adalah kelima bukti evolusi manusia yang paling terkenal.
Usus buntu
Bagian tubuh pertama dari manusia yang dipercaya sebagai bekas dari evolusi adalah usus buntu. Usus buntu adalah bagian usus besar yang berbentuk kantung dan dianggap tidak memiliki fungsi apapun. Organ ini juga ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa reptil.
Khusus pada manusia, usus buntu dianggap sebagai bekas dari bagian kelenjar usus yang membantu proses pencernaan selulosa (bagian dinding daun) di manusia purba. Seperti yang diketahui, manusia purba mempunyai makanan pokok berupa dedaunan yang kaya akan selulosa.
Namun, karena pola dan bahan makanan manusia berganti menjadi lebih variatif, tidak hanya dedaunan, maka organ usus buntu itu semakin mengecil karena jarang digunakan. Darwin pun sempat mengungkapkan perubahan usus buntu merupakan hasil dari kombinasi evolusi dan adaptasi.
Sedangkan menurut perkembangan ilmu biologi terbaru, usus buntu dinyatakan berfungsi sebagai organ kelenjar yang berperan membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
?
Image: Shutterstock
Tulang ekor
Saat teori evolusi Darwin secara tersirat menyatakan bila manusia bisa saja berasal dari kera, banyak yang menyatakan bila hal itu salah. Jika dilihat dari luar, kera memiliki ekor yang panjang sedangkan manusia tidak. Tetapi nampaknya hal ini perlu dikaji ulang.
Secara anatomi, manusia memiliki bagian ekor yang sangat kecil sehingga tidak terlihat secara kasat mata. Namun, tulang ekor terebut diprediksi dulunya berukuran panjang. Seiring dengan perubahan tempat tinggal dan pola hidup, ekor tersebut menyusut dengan sendirinya.
Beberapa manusia purba dipercaya merubah pola hidup yang mulanya sering 'berayun' di pohon-pohon berlahan-lahan menjadi berjalan di daratan, terutama berpindah mendekati sumber-sumber mata air yang jarang terdapat pepohonan di sekitarnya.
Pada manusia modern, fungsi dari tulang ekor hanyalah sebagai penopang beragam otot yang membantu gerakan manusia. Misalnya, saat manusia duduk atau berbaring. Bahkan, tulang ekor juga diketahui ikut menopang posisi anus.
?
Image: Shutterstock
DNA sampah
Proses evolusi diklaim berhubungan erat serta memberikan dampak unik terhadap DNA manusia. Di dalam DNA manusia modern, ditemukan lebih dari 90 persen bagian DNA yang ternyata tidak berguna. Bagian DNA 'sampah' tersebut diketahui tidak memiliki kode genetis apapun yang berguna untuk mewariskan sifat-sifat manusia ke generasi berikutnya.
Sebagian besar ilmuwan percaya bila bagian-bagian kosong DNA tersebut dulunya memiliki fungsi dan kode protein tertentu. Namun, bagian-bagian DNA kehilangan fungsi genetisnya setelah mengalami evolusi panjang. Contohnya, manusia diketahui sempat memiliki bagian DNA yang berfungsi mewarisi kemampuan menghasilkan enzim yang dapat membantu pencernaan vitamin C.
Akan tetapi, karena muncul sebuah evolusi yang radikal, bagian DNA tersebut kehilangan kode genetisnya dan hanya tersisa bagian 'sampahnya'. Di sisi lain, bagian DNA yang bertugas mewarisi kemampuan ekskresi enzim itu masih terdapat di hewan lain.
Beberapa bagian DNA sampah juga ditengarai menyimpan catatan historis dan kesamaan manusia dengan beberapa hewan lain, seperti kera. Sehingga hal ini dianggap sebagai bukti bila dahulu manusia sempat memiliki nenek moyang yang sama dengan kera.
?
Image: Shutterstock
Gigi bungsu
Gigi bungsu atau 'wisdom teeth' adalah gigi geraham terakhir yang tumbuh pada manusia. Letaknya pun di ujung belakang deretan gigi geraham, sehingga seringkali menimbulkan masalah kesehatan dan terpaksa harus di cabut.
Uniknya, gigi bungsu sering dikaitkan dengan teori evolusi yang menunjukkan nenek moyang manusia dulunya adalah pemakan tumbuhan. Untuk mampu memakan tumbuhan dengan jumlah yang cukup, manusia purba harus memiliki gigi geraham dengan jumlah yang banyak. Karena alasan ini lah manusia mempunyai gigi geraham tambahan yang memungkinkan mereka untuk membuat mulut lebih produktif dalam mengunyah tumbuhan.
Ketika manusia berevolusi akibat seleksi alam dan adaptasi yang mengharuskan perubahan pola makan menjadi omnivora (pemakan segala), bentuk dari rahang manusia semakin mengecil. Perubahan tulang geraham secara tidak langsung memaksa gigi bungsu tumbuh tidak sempurna dan menjorok ke dalam.
Bukti evolusi ini semakin diperkuat dengan munculnya beberapa orang yang gigi bungsunya tidak tumbuh sama sekali. Sementara manusia lain memiliki kecenderungan hingga 100 persen di rahang mereka akan tumbuh gigi bungsu.
Image: Shutterstock
Bulu kuduk
Bulu kuduk atau rambut sensitif yang terdapat di tengkuk dan lengan manusia pun dipercaya sebagai salah satu bukti evolusi manusia modern. Perubahan posisi (berdiri) yang terjadi pada bulu kuduk saat seseorang merasa kedinginan, ketakutan, marah, atau terkagum ternyata juga dimiliki oleh hewan lain.
Seringkali kita menemukan anjing atau kucing yang sanggup menegakkan rambutnya ketika merasa terancam atau kedinginan. Hewan-hewan tersebut mambu menegakkan rambutnya untuk mengisolasi udara di antara kulit dan rambut. Tindakan ini akan membuat tubuh mereka menjadi lebih hangat.
Manusia sendiri sudah lama tidak mendapat manfaat dari fenomena berdirinya bulu kuduk atau 'goose bumps' ini karena sudah kehilangan sebagian besar rambut tubuhnya karena evolusi.
Namun, sampai saat ini manusia masih bisa merasakan bulu kuduk berdiri ketika merasa ketakutan dan kedinginan. Hal ini adalah bukti bila tubuh kita masih mempunyai 'insting' untuk memberikan perlindungan kepada tubuh seperti yang dilakukan oleh nenek moyang manusia. Alhasil, mekanisme berdirinya bulu kuduk dipercaya menjadi tanda hubungan kekerabatan manusia dan hewan lain.
?
Image: Shutterstock