Alat ini Dipakai Buat Hukuman Mati, Korbannya Bisa Mengeluarkan Suara Banteng
Alat ini digunakan pada zaman Yunani kuno. Memberi hukuman mati kepada seseorang.
Alat ini digunakan pada zaman Yunani kuno. Memberi hukuman mati kepada seseorang.
Alat ini Dipakai Buat Hukuman Mati, Korbannya Bisa Mengeluarkan Suara Banteng
-
Kapan bintang-bintang mati? Setiap Tahun, Ada Segini Bintang yang Mati di Galaksi Bima Sakti Bintang pun bisa hancur setiap tahunnya dan melakukan "regenerasi". Komposisi bintang di langit terus berganti seiring dengan perkembangan waktu.
-
Kapan Gayanti Hutami lulus SMA? Momen kelulusan SMA Gayanti bareng ibunya di tahun 2018 tuh epic banget deh.
-
Apa isi dari Buku Mati? Buku yang memiliki judul ganda, ‘The Spells of Coming Forth by Day,’ atau dikenal dengan sebutan Buku Mati, ternyata menyimpan makna mendalam dalam dunia gaib. Selain memuat berbagai mantra, buku ini juga dipenuhi dengan kidung yang diyakini memiliki kekuatan gaib.
-
Kapan Choirul Huda meninggal? Ia bertabrakan dengan rekan satu timnya pada Liga 1 2017 silam saat melawan Semen Padang.
-
Kapan musim hujan dimulai? Musim hujan telah tiba. Selain membawa kebahagiaan dan kesegaran, musim hujan juga membawa berbagai penyakit, salah satunya adalah flu.
-
Kapan Lukman Hakim meninggal? Lukman Hakim meninggal di Bonn pada 20 Agustus 1966.
Hukuman mati merupakan sebuah praktik yang memiliki banyak variasi jenis, terutama di masa lalu.
Dalam sebuah bentuk hukuman mati yang disebut sebagai salah satu “cara mati terburuk”, seseorang yang dihukum mati bisa mengeluarkan suara banteng setelah dipanggang secara hidup-hidup.
Mengutip UNILAD dan Ancient Origins, Selasa (14/5), metode hukuman mati ini dikenal dengan nama banteng perunggu/brazen bull atau banteng Sisilia.
Metode hukuman mati ini digunakan oleh seorang pemimpin kejam bernama Phalaris, yang pada tahun 570—554 sebelum Masehi (SM) memimpin koloni Yunani di Akragas (sekarang Agrigento), Sisilia, Italia.
Alat penyiksaan banteng perunggu tersebut dibuat oleh pematung yang dipekerjakan Phalaris, yaitu Perilaus.
Benda perunggu berbentuk banteng ini dibuat Perilaus dengan bagian dalam yang kosong. Terdapat pintu di sisi tubuh banteng yang digunakan untuk memasukkan orang yang akan dihukum ke dalamnya.
Setelah korban dimasukkan ke dalam banteng perunggu, api akan dinyalakan di bawah perutnya. Banteng perunggu kemudian akan menjadi panas sehingga membuat objek tersebut menjadi semacam oven. Korban pun akan terpanggang di dalamnya.
Sebagai bagian dari desain hukuman yang kejam, saat perunggu yang panas membakar korban dan membuatnya berteriak.
Kemudian, suara teriakan korban akan disalurkan ke dalam “pipa-pipa kecil yang berbunyi di lubang hidung” banteng sehingga menghasilkan suara keras yang keluar dari banteng perunggu.
Suara itu pun bisa didengar oleh orang yang menyaksikan hukuman mati.
Orang yang dipanggang di dalam banteng perunggu tidak bisa menjadi tidak sadar diri dengan cepat karena ia tidak dapat menghirup asap pembakaran.
Michele Boyd, seorang ahli neurobiologi, menjelaskan bahwa orang yang berada di dalam banteng perunggu akan mengalami serangan panik sebelum akhirnya terbakar hingga tewas.
“Anda akan mengalami respons stres yang akut, detak jantung anda akan meningkat. Anda akan bernapas dengan lebih cepat,” jelas Boyd. “Pada dasarnya, Anda akan mulai panik begitu banteng mulai memanas.”
Sebagai bagian dari uji coba perangkat penyiksaan tersebut, Phalaris menyuruh Perilaus untuk masuk ke dalam dan berteriak untuk meniru suara korban yang terpanggang.
Namun, uji coba tersebut menjadi sebuah kenyataan mengerikan setelah Phalaris benar-benar mengunci banteng dan menghidupkan api sungguhan di bawah sang banteng ketika Perilaus masih berada di dalam.
Ketika hampir mati, Phalaris dikisahkan menyuruh agar Perilaus dikeluarkan dari banteng perunggu tersebut dan dilempar dari tebing.
Kekuasaan Phalaris berakhir ketika ia digulingkan oleh pemimpin baru bernama Telemachus pada 554 SM. Phalaris pun dikisahkan dibunuh melalui banteng perunggu tersebut.