Astronot Alami Kesulitan Berpikir Cepat Saat Berada di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Para peneliti menemukan bahwa para astronot membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tes.
Astronot yang menghabiskan 6 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dilaporkan mengalami penurunan daya ingat, perhatian, dan kecepatan pemrosesan. Ini memunculkan kekhawatiran tentang potensi gangguan kognitif pada misi luar angkasa masa depan, terutama perjalanan jangka panjang nanti ke Mars.
Lingkungan luar angkasa yang ekstrem, mulai dari gravitasi rendah, paparan radiasi tinggi, hingga kurangnya pola siang dan malam yang teratur, akan memiliki dampak besar terhadap kesehatan manusia. Selain masalah fisik seperti kehilangan massa otot dan peningkatan risiko penyakit jantung, dampak kognitif akibat perjalanan luar angkasa berkepanjangan lainnya belum sepenuhnya dipahami.
-
Bagaimana astronot mencapai luar angkasa? Penerbangan operasional pertama Program Pesawat Ulang-alik pada tahun 1980an membawa gelombang manusia baru ke luar angkasa.
-
Apa saja yang dilakukan astronot di luar angkasa? Mayoritas astronot yang dikirim ke luar angkasa, 86 persen, menyelesaikan perjalanan dengan setidaknya satu kali orbit mengelilingi Bumi.
-
Bagaimana astronot bisa mencium bau luar angkasa? Namun demikian, kenyataannya adalah setelah kembali dari perjalanan di luar stasiun luar angkasa, astronot secara teratur mencium aroma unik saat melepaskan helm mereka.
-
Apa bau ruang angkasa yang dirasakan oleh para astronot? Ketika astronot kembali dari spacewalk atau di luar stasiun luar angkasa, mereka sering menggambarkan aroma tak terduga yang mirip daging panggang dan bubuk mesiu yang terpakai.
-
Apa yang dilakukan astronot saat berada di luar angkasa? Astronot wajib memiliki keahlian: - Memberikan keputusan - Mengemudikan pesawat luar angkasa - Memelihara pesawat luar angkasa - Memberikan layanan medis dan darurat - Berjalan di luar angkasa - Mengoperasikan stasiun luar angkasa - Mengontrol lengan dan mesin robot
-
Bagaimana astronot berbuka puasa di luar angkasa? “Sebenarnya kita bisa berbuka puasa, tapi itu tidak wajib,” ungkapnya dikutip CNN pada 2023.
Saat ini, Sheena Dev dari Pusat Antariksa Johnson NASA di Houston, Texas, bersama timnya mempelajari kinerja kognitif 25 astronot selama mereka bertugas di ISS. Melansir dari ara astronot menjalani 10 tes kognitif yang dirancang untuk mengukur kemampuan seperti penalaran abstrak, pengambilan risiko, memori kerja, dan perhatian.
Melansir dari NewScientist, Jumat (22/11), beberapa tes itu dilakukan di Bumi, sekali sebelum misi dan dua kali setelahnya. Sementara sisanya, dilakukan selama mereka berada di ISS, baik di awal maupun akhir misi.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa para astronot membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tes yang mengukur kecepatan pemrosesan, memori kerja, dan perhatian di ISS daripada di Bumi, tetapi hasilnya sama akuratnya.
Meskipun tidak ada gangguan kognitif secara keseluruhan atau efek yang bertahan lama pada kemampuan para astronot, beberapa pengukuran, seperti kecepatan pemrosesan, membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali normal setelah mereka kembali ke Bumi. Elisa Raffaella Ferrè dari Birkbeck, Universitas London, menekankan bahwa data ini penting untuk perencanaan misi luar angkasa di masa depan.
Namun, ia juga menekankan perlunya pengumpulan lebih banyak data, baik di Bumi maupun luar angkasa, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
- Astronot Alami Kesulitan Berpikir Cepat Saat Berada di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
- Cara Astronot “Membunuh” Rasa Bosan dan Kerinduan dengan Keluarga di Bumi
- Dua Orang Astronot Terjebak di Stasiun Luar Angkasa Belum Bisa Kembali ke Bumi, Ada Masalah Serius yang Baru Terungkap
- Astronot ini Kehilangan Negaranya saat Kembali ke Bumi dari Misi Luar Angkasa
“Misi ke Mars tidak hanya lebih lama dari segi waktu, tetapi juga dari segi otonomi,” kata Ferrè.
“Orang-orang di sana akan memiliki interaksi yang sama sekali berbeda dengan kontrol darat karena jarak dan keterlambatan komunikasi, jadi mereka harus sepenuhnya otonom dalam mengambil keputusan, jadi kinerja manusia akan menjadi kuncinya. Anda tentu tidak ingin memiliki astronot di Mars dengan waktu reaksi yang lambat, dalam hal tugas yang berhubungan dengan perhatian atau memori atau kecepatan pemrosesan.” Jo Bower dari University of East Anglia, Inggris, juga mengatakan bahwa penurunan kinerja kognitif pada lingkungan luar angkasa yang tidak biasa adalah sesuatu yang wajar.
"Itu tidak selalu menjadi penyebab utama kekhawatiran, tetapi itu adalah sesuatu yang berguna untuk diwaspadai, terutama agar Anda mengetahui batas-batas Anda saat berada di lingkungan yang ekstrem ini," jelasnya.
Bower juga menjelaskan pentingnya kesadaran astronot terhadap kemampuan mereka selama misi.
"Bukan hanya bagaimana Anda mengerjakan tes tersebut, tetapi juga bagaimana persepsi Anda terhadap kemampuan Anda," katanya.
"Kita tahu, misalnya, jika Anda kurang tidur, sering kali kinerja Anda akan menurun, tetapi Anda tidak akan menyadari bahwa kinerja Anda telah menurun."
Reporter magang: Nadya Nur Aulia