Begini Jadinya Kalau Predator Raksasa yang Hidup 12 Juta Tahun lalu Bertarung
Fosil "terror bird" terbesar ditemukan di Kolombia. Penelitian mengungkap predator ini tewas dalam serangan caiman raksasa 12 juta tahun lalu.
Sekitar 12 juta tahun lalu, burung predator raksasa yang dikenal sebagai "terror bird" tewas dalam serangan caiman raksasa. Analisis 3D terhadap fosil tulang kakinya mengungkap jejak luka mendalam yang ditinggalkan oleh predator purba tersebut.
Penemuan fosil ini berasal dari formasi La Venta di Gurun Tatacoa, Kolombia. Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Papers in Palaeontology, para peneliti mengungkap bahwa fosil ini adalah spesimen pertama dari keluarga Phorusrhacid yang ditemukan di Kolombia.
-
Hewan raksasa apa yang memiliki gigi taring besar, kaki depan kuat, punggung miring, dan bola mata besar yang menjadikannya predator mematikan? Kucing Bergigi Pedang atau Homotherium adalah hewan raksasa yang memiliki gigi taring sangat besar, kaki depan yang kuat, punggung miring dan bola mata besar. Semua ciri fisik tersebut menjadikannya sebagai predator mematikan selama masa Pleistosen.
-
Hewan apa yang merupakan predator puncak di ekosistemnya? Mengutip laman Taman Safari Bali, komodo merupakan predator puncak di ekosistemnya.
-
Bagaimana ikan predator dengan taring itu bernapas? “Struktur spiral ini diperkirakan memfasilitasi pernapasan udara di permukaan, dan ikan bichir Afrika modern memiliki struktur serupa untuk menghirup udara di permukaan air.
-
Kapan ikan predator dengan taring itu hidup? Hewan purba ini hidup 380 juta tahun yang lalu pada zaman Devonian pertengahan, ketika terjadi penurunan oksigen di atmosfer, yang mungkin juga menjelaskan mengapa ikan ini dapat menghirup udara serta menggunakan pernapasan insang.
-
Di mana ikan predator dengan taring itu ditemukan? Spesies baru ini ditemukan di Sungai Finke (Larapinta), yang dianggap sebagai salah satu sungai tertua di dunia.
-
Apa ciri khas ikan predator dengan taring? Ikan ini bersirip lobus yang bersenjatakan taring besar dan sisik bertulang.
Berdasarkan ukuran tulang, burung ini diperkirakan 5% hingga 20% lebih besar dibandingkan spesimen serupa yang pernah ditemukan, dengan berat sekitar 340 pon (156 kg) dan tinggi lebih dari 9 kaki (2,7 meter).
Namun, meski dengan ukurannya yang besar, burung pemakan daging ini menjadi mangsa caiman dari genus Purussaurus, predator yang diperkirakan memiliki panjang lebih dari 30 kaki (9 meter). Menggunakan pemindai portabel, para peneliti menemukan luka tusukan mendalam pada fosil tersebut.
“Kami menduga burung ini tewas akibat luka-lukanya, mengingat ukuran predator purba 12 juta tahun lalu,” ujar Siobhán Cooke, profesor anatomi fungsional di Johns Hopkins University.
Predator Puncak di Lingkungan Tropis
Burung dengan kepala besar dan paruh tajam seperti kapak ini diperkirakan memangsa hewan lebih kecil dengan menghujamkan paruhnya menggunakan otot leher yang kuat. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang ekologi kawasan La Venta pada zaman Miosen.
- Detik-Detik Ikan Raksasa 'Ngamuk' saat Ditangkap, Petugas Kewalahan Sampai Terluka lalu Dilarikan ke RS
- Ilmuwan Temukan Fosil Burung Predator Paling Awal yang Punah 66 Juta Tahun Lalu, Kakinya Kuat Sampai Bisa Tangkap Dinosaurus
- Predator Penculik Siswi SD di Tangsel Ditahan dan Disangkakan Pasal Berlapis, Ditambah 1/3 Masa Kurungan
- Heboh Penemuan Fosil Cacing Predator Kuno Berukuran Raksasa yang Hidup 500 Juta Tahun Lalu
Sebagian besar fosil terror bird sebelumnya ditemukan di Patagonia, wilayah dengan iklim lebih sejuk. Namun, fosil ini menunjukkan bahwa spesies tersebut juga merupakan predator puncak di lingkungan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati, seperti primata, mamalia berkuku, dan sloth tanah raksasa.
Menurut Luis Chiappe dari National History Museum Los Angeles, periode ini menyaksikan kemunculan spesies berukuran besar di berbagai kelompok hewan, termasuk buaya, ular, dan burung tertentu.
Fosil yang Diidentifikasi Ulang
Fosil ini sebenarnya ditemukan hampir 20 tahun lalu, namun baru diidentifikasi sebagai milik terror bird setelah melalui pemeriksaan ulang dengan teknologi modern.
"Masih mungkin ada fosil serupa dalam koleksi yang belum dikenali karena kurangnya ciri khas pada beberapa tulang," kata Cooke.
Penemuan ini menjadi bukti penting untuk memahami ekosistem purba di Amerika Selatan dan evolusi predator besar yang pernah mendominasi wilayah tersebut.