Ilmuwan Ciptakan Robot dari Sel Manusia, Ini Tujuannya
Ada tujuan tertentu mengapa para ilmuwan ingin menciptakan robot dari sel manusia.
Ada tujuan tertentu mengapa para ilmuwan ingin menciptakan robot dari sel manusia.
-
Apa yang membuat robot bisa berjalan seperti manusia? Analisis intensif terhadap sirkuit saraf ini, khususnya yang mengendalikan otot-otot pada fase mengayun kaki, mengungkap elemen penting dari strategi efiisiensi energi.
-
Bagaimana robot bisa berjalan seperti manusia? Sebuah kelompok peneliti dari Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Tohoku telah mereplikasi jalan robot mirip manusia. Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
-
Apa yang dilakukan robot ini? Selain mengemudikan robot, implan otak dapat membantunya menghindari rintangan, melacak target, dan mengatur penggunaan lengannya untuk menggenggam sesuatu.
-
Bagaimana robot itu 'bunuh diri'? Penduduk setempat bahkan mengatakan robot itu melompat ke bawah. Meskipun alasan perilaku robot tidak diketahui, hal ini sedang diselidiki.
-
Bagaimana Gr00t membantu robot meniru manusia? Gr00t akan mentenagai robot yang bisa memahami bahasa alami, video, dan demonstrasi serta meniru gerakan manusia dengan melakukan pengamatan. Robot tersebut akan bisa mempelajari koordinasi, ketangkasan, dan kemampuan lain yang dipunyai oleh manusia untuk bertahan dan melakukan navigasi, beradaptasi, serta berinteraksi dengan dunia nyata.
-
Bagaimana robot ini dikendalikan? Sel induk yang ditakdirkan untuk menjadi bagian dari otak manusia digunakan untuk mengembangkan robot ini.
Ilmuwan Ciptakan Robot dari Sel Manusia, Ini Tujuannya
Para ilmuwan di Amerika Serikat (AS), menciptakan robot yang berasal dari sel tubuh manusia.
Robot yang bernama Anthrobots ini digunakan sebagai alat untuk terapi, penyembuhan dan regenerasi sel baru pada tubuh manusia.
Anthrobots merupakan hasil penelitian dari 2 institut ternama, yaitu Tufts University dan Wyss University. Diberikan Anthrobots karena robot ini memiliki bentuk yang kecil, dan dapat hidup di tubuh manusia, dengan cara melintasi permukaan serta mendorong pertumbuhan neuron.
Awalnya robot jenis ini sudah pernah diciptakan, yaitu bernama xenobot. Xenobot ini merupakan robot hidup pertama yang dibuat dari sel induk embrio katak cakar Afrika.
Namun, menurut Michael Levin, profesor biologi Vannevar Bush di Tufts' School of Arts & Sciences, Xenobot masih bergantung terhadap konsep amfibi dan diperlukan perkembangan lebih lanjut.
- Ilmuwan Ini ungkap Manusia Sebenarnya Tak Suka dengan Robot, Begini Penjelasannya
- Mau Dibayar Semahal Apapun Robot Ini “Haram” Diperjualbelikan, Terungkap Penyebabnya
- CEK FAKTA: Penembakan Massal Ilmuwan di Jepang, Pelakunya Robot AI!
- Robot Pertama di Dunia Sudah Ada Sejak Zaman Yunani Kuno, Bisa Tuangkan Minuman
Mengutip Greek Reporter, Senin, (4/12), setelah itu Levin dan Gizem Gumuskaya, seorang mahasiswa PhD, melakukan percobaan biobot dengan menggunakan sel manusia yang tidak dimodifikasi genetiknya.
Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa Anthrobots dari sel manusia memiliki kemampuan yang lebih kompleks dibandingkan biobot lainnya.
Mampu Menumbuhkan Neuron di Area Trakea Manusia
Setelah Anthrobots diuji coba dalam laboratorium, selanjutnya robotnya dicoba pada tubuh manusia.
“Kami ingin menyelidiki apa yang akan terjadi pada sel ketika robot ini dimasukan dalam tubuh,” kata Gumuskaya.
Dari percobaan tersebut, Anthrobots berfungsi dalam reboot sel tubuh dan mendorong pertumbuhan neuron di area trakea.
Namun, faktor pendukung terjadinya hal ini masih belum diketahui dengan pasti.
Namun, hal ini jelas mengejutkan para peneliti. Sebab, hasil yang didapatkan sangat melampaui perkiraan mereka.
"Sungguh menarik dan tidak terduga bahwa sel-sel trakea pasien yang normal, tanpa memodifikasi DNA mereka, dapat bergerak sendiri dan mendorong pertumbuhan neuron di wilayah yang rusak,"
Michael Levin, profesor biologi Vannevar Bush di Tufts' School of Arts & Sciences.
Selanjutnya, Levin juga mengatakan bahwa mekanisme seperti ini dapat dijadikan salah satu cara untuk penyembuhan. Sebab, biobot dari sel manusia dapat melakukan tindakan teraupetik ranpa risiko yang memicu respon imun atau imunosupresan.
Selain itu, ketika sudah selesai digunakan alat ini tidak akan bertahan lama dalam suhu ruang.
Sehingga, ketika sudah selesai digunakan, maka alat ini tidak akan menyebarkan risiko penularan penyakit atau hal yang tidak diinginkan lainnya.