Ini yang Bakal Terjadi Jika Pesawat Terbang Terlalu Tinggi, Bahaya?
Ini yang Bakal Terjadi Jika Pesawat Terbang Terlalu Tinggi, Bahaya?
Pernahkah Anda bertanya, bagaimana jika pesawat terbang terlalu tinggi, apakah hal itu bisa terjadi? Jawabannya adalah bisa, dan hal ini pernah terjadi sebelumnya.
Jika ditanya berbahaya atau tidak, jawabannya berbahaya. Sejauh yang pernah tercatat, tidak ada nyawa selamat dari pesawat yang terbang terlalu tinggi.
-
Apa jenis bahan bakar pesawat yang diciptakan Sutan Aswar? Melansir dari kanal Liputan6.com, inovasi brilian yang ia ciptakan itu untuk bahan bakar pesawat jenis Anson dan C-47 (pesawat Dakota) dengan kandungan oktan 91, sedangkan pesawat Stinson menggunakan oktan 80.
-
Kecoak apa yang berhasil nempel di jendela pesawat? Video yang dibagikan oleh akun @TripInChina ini menunjukkan bagaimana seekor kecoak yang berada di sela-sela jendela pesawat yang sedang terbang.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Bagaimana bentuk jendela pesawat yang bulat membantu mendistribusikan tekanan? Dalam sebuah pengujian, Royal Aircraft Establishment mengungkapkan sekitar 70 persen tekanan pesawat terakumulasi di sudut tajam jendela. Oleh karena itu, jendela bulat yang dapat mendistribusikan tekanan lebih merata akhirnya menjadi standar baru dalam desain pesawat penumpang.
-
Bagaimana cara ilmuwan menulis di atas air? Solusi yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah ini benar-benar baru. "Kami langsung meletakkan tinta ke dalam air dan menggunakan mikrobeads yang terbuat dari bahan pertukaran ion dengan diameter 20 hingga 50 mikron sebagai alat tulis," Karena mikrobead ini begitu kecil, sehingga tidak ada pusaran yang dihasilkan. Mikrobead ini juga berfungsi sebagai kation sisa dalam air dengan proton, yang mengubah pH lokal air. Yang perlu dilakukan adalah menggulirkan mikrobead di dalam air, dengan begitu partikel tinta akan terkumpul di jalur yang ditandai pada ujung mirobead.
-
Bagaimana pesawat tanpa awak ini dikembangkan? Pengembangan pertama dilakukan pada tahun 2021. Selama tiga tahun, berbagai pengujian terus dilakukan. Bahkan pada awal pengembangannya, Prabowo Subianto sempat menyaksikan langsung uji coba pesawat tanpa awak itu.
Pada Oktober 2004, Pinnacle Airlines 3701 membawa pesawat mereka dari satu bandara ke bandara lain tanpa penumpang, sebagai apa yang disebut penerbangan "reposisi".
Mereka seharusnya terbang dengan ketinggian 33.000 kaki, tetapi sebaliknya meminta naik menjadi 41.000 kaki.
Angka 41.000 kaki merupakan ketinggian maksimum di mana pesawat seharusnya bisa diterbangkan, demikian dikutip dari laman Mentalfloss via Tekno Liputan6.com.
Namun, kedua mesin gagal. Kru tidak bisa menghidupkannya kembali, dan pesawat jatuh lalu hancur.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional menetapkan bahwa kemungkinan penyebab kecelakaan ini adalah; perilaku tidak profesional pilot, penyimpangan dari prosedur operasi standar, dan buruknya penerbangan, yang mengakibatkan hal yang tidak diinginkan.
Lalu, kegagalan pilot untuk mempersiapkan pendaratan darurat tepat waktu, termasuk berkomunikasi dengan pengendali lalu lintas udara setelah hilangnya kedua mesin dan ketersediaan lokasi pendaratan.
Selain itu, hal semacam ini bisa terjadi lantaran manajemen pilot yang tidak tepat dari daftar periksa kerusakan mesin ganda, yang memungkinkan inti mesin berhenti berputar.
Kecelakaan seperti ini juga terjadi ketika saat kombinasi suhu dan tekanan atmosfer di lokasi tertentu - terlalu tinggi.
Pada hari dengan suhu yang panas, beberapa jenis pesawat tidak bisa mencapai ketinggian seharusnya.
Mungkin bisa lepas landas, tapi kemudian tak bisa terbang tinggi dan jatuh karena kehabisan ruang di depan atau mencoba kembali ke bandara. Contoh skenario ini dijelaskan dalam kasus WPR12LA283.
Semoga memberi pengetahuan baru ya!
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Teddy Tri Setio Berty