Lupakan soal air, ini 6 alasan planet Mars tak bisa dihuni manusia
Apakah manusia masih berani hidup di Mars?
Badan Antariksa Amerika, NASA, boleh mengatakan bila mereka telah menemukan bukti keberadaan air di planet Mars. Sayangnya, hal itu tidak lantas bisa membuat manusia hidup di dalamnya, seperti yang digambarkan oleh film 'The Martian'.
Bahkan, film 'The Martian' mendapat kritik karena menghilangkan salah satu elemen 'bahaya' penting yang membuat karakter Mark Watney (Matt Damon) bisa bebas berkeliaran di Mars, yakni radiasi. Namun, selain radiasi masih ada beberapa alasan lain yang membuat hidup di Mars nyaris mustahil bagi umat manusia. Berikut ulasannya.
-
Dimana sebagian besar air di Mars berada? Studi terbaru mengungkap bahwa air di Mars sebagian besar masih tersimpan di bawah permukaan hingga kedalaman 20 km, cukup untuk membentuk lapisan air global setebal 1-2 km.
-
Mengapa air di Mars hilang ke luar angkasa? Hanya ada dua tempat dimana air bisa mengalir. Ia bisa membeku di dalam tanah, atau molekul air bisa pecah menjadi atom, dan atom bisa lepas dari puncak atmosfer ke luar angkasa.
-
Apa yang ditemukan di permukaan Mars? NASA mengklaim telah memecahkan misteri salah satu fenomena paling aneh di Mars. Mengutip BBC, Selasa (17/9), para ilmuwan dari badan antariksa AS tersebut berhasil merekonstruksi bentuk seperti laba-laba yang terlihat di permukaan Mars.
-
Apa dampak perubahan musim terhadap hilangnya air di Mars? Perubahan musim di Mars memiliki dampak signifikan terhadap laju hilangnya air planet ini ke luar angkasa.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di Mars yang mirip dengan Bumi? Lumpur kering ini ketika diamati ternyata mirip dengan lumpur kering yang ada di Bumi.
-
Mengapa penemuan air di Planet Mars sangat penting dalam pencarian kehidupan? Perlu diketahui, air merupakan indikator yang sangat menjanjikan dalam menemukan kehidupan.
Suhu super dingin
Jangan kaget saat mendengar air di Mars kebanyakan telah berubah menjadi es, karena memang suhu rata-rata di Mars sama dengan Antartika, atau yang kerap disebut benua es di Bumi.
Di malam hari, suhu permukaan Mars bisa mencapai minus 70-100 derajat Celsius. Saking dinginnya, gas karbondioksida di planet ini bisa membeku di malam hari!
Di siang hari, suhu maksimal pun hanya sedikit di atas 0 derajat Celsius. Oleh karena itu, banyak ilmuwan mengatakan bila manusia tidak akan mampu bertahan di Mars tanpa bantuan teknologi.
Hampa udara
Bagi ilmuwan, Mars tak ubahnya ruang hampa udara raksasa. Ya, meskipun mempunyai atmosfer, kondisinya sangat tipis, membuat berdiri di Mars seperti berdiri di ruang angkasa atau bulan.
Tipisnya atmosfer juga membuat tekanan udara di Mars sangat rendah. Cukup mengerikan, karena hal ini membuat air ludah dan cairan yang melindungi paru-paru akan langsung menguap.
Sehingga, untuk bertahan hidup, manusia harus terus memakai baju astronot. Dan satu saja lubang kecil tanda kebocoran di baju itu, manusia di dalamnya bisa mati.
Badai debu seminggu
Musim panas di Mars tidak berlangsung tiap tahun seperti di Bumi, tetapi hanya sekali dalam dua tahun. Tetapi, musim panas yang jarang itu bisa memanaskan permukaan Mars dan menerbangkan debu-debu di atasnya.
Akibatnya, tiap dua tahun sekali Mars dihantam badai debu yang ganas. Saking tebalnya, badai debu itu membuat sinar matahari yang bisa menyentuh daratan Mars hanya 1 persen!
Parahnya, badai itu bisa berlangsung selama 1 minggu dan membuat kegelapan total. Alhasil, tanaman hingga alat-alat manusia yang menggunakan tenaga matahari tidak bisa hidup selama masa itu.
Tanah Mars beracun
Menurut NASA, tanah di Mars mengandung garam bernama perklorat. Kabar buruknya, perklorat di Mars memiliki konsentrasi tinggi dan dianggap sangat berbahaya bagi manusia.
Di Bumi, perklorat dipakai sebagai bahan baku bahan bakar roket. Di sisi lain, perklorat terdaftar sebagai zat yang mencemar lingkungan. Kontak jangka panjang terhadap perklorat membuat fungsi kelenjar tiroid terganggu.Â
NASA pun mengaku bila tanah di Mars tidak bisa asal ditanami tumbuhan. Bahkan, hanya dengan menyentuh tanah di Mars bisa membuat manusia keracunan.
Radiasi mematikan
Berdasarkan pantauan kendaran peneliti NASA di Mars, Curiosity, tingkat radiasi TERENDAH yang diterima astronot saat melakukan perjalanan Bumi-Mars bisa mencapai 0,66 sievert. Ini sama halnya dengan menerima radiasi saat masuk mesin CT scan selama 24 jam dalam 6 hari penuh!
Perlu diketahui, 1 sievert radiasi sama dengan meningkatnya resiko mengalami kanker mematikan hingga 5,5 persen.
Selain itu, atmosfer Mars yang tipis dan tidak adanya lapisan magnetik pelindung membuat radiasi hingga sinar UV bisa masuk dengan mudah ke daratan Mars. Imbasnya, berdiam diri di Mars bisa membuat Anda terkena kanker kulit dalam waktu singkat.
Gravitasi rendah
Hidup dalam waktu jangka panjang di Mars pun tidak disarankan, alasannya berawal dari gravitasi yang lemah. Gravitasi di Mars hanya sekitar 40 persen gravitasi Bumi.
Nah, belajar dari misi luar angkasa di stasiun luar angkasa (ISS), NASA tahu bila jika manusia terlalu lama di lingkungan minim gravitasi bakal berakibat buruk bagi tubuh. Misalnya, berkurangnya kepadatan tulang, pengecilan otot, hingga berkurangnya darah.
Seorang astonot mungkin bisa sembuh dari pengecilan otot atau kehilangan darah, namun tidak untuk hilangnya massa tulang. Bahkan, dalam misi luar angkasa panjang, seorang astronot bisa kehilangan 20 persen massa tulangnya akibat minim gaya gravitasi.
Bagaimana, apakah Anda masih ingin mencoba hidup di Mars?
Â
Sumber: BBCScience, Space.com
(mdk/bbo)