Misteri Hilangnya Air di Mars Terungkap
Perubahan musim di Mars mempengaruhi hilangnya air ke luar angkasa, menurut studi Hubble dan MAVEN.
Perubahan musim di Mars memiliki dampak signifikan terhadap laju hilangnya air planet ini ke luar angkasa, demikian hasil studi gabungan Teleskop Luar Angkasa Hubble dan misi Mars Atmosphere and Volatile Evolution (MAVEN) NASA. Mars, yang lebih dari tiga miliar tahun lalu memiliki iklim hangat dan basah, kini menjadi planet kering dan dingin.
Menurut John Clarke dari Universitas Boston, air di Mars dapat membeku di bawah tanah atau terpecah menjadi atom-atom yang kemudian melarikan diri ke luar angkasa.
-
Bagaimana NASA meneliti keberadaan air di Mars? 'Untuk mengetahui bagaimana benda-benda ini terbentuk, kita perlu melihat ke bawah permukaannya,' Perseverance dapat memetakan lapisan tanah hingga kedalaman 20 meter dan temuan menunjukkan bahwa lapisan sedimen dibangun sedemikian rupa sehingga sebanding dengan danau yang Anda temukan di Bumi.
-
Dimana air di Planet Mars ditemukan? Mengutip Indy100, Selasa (30/1), gambar yang diperoleh dari radar bawah tanah pesawat juga menunjukkan bahwa semakin dekat dalam menemukan fosil kehidupan mikroba dibandingkan sebelumnya. Kawah Jezero menjadi fokus para ilmuwan NASA saat ini karena diyakini lokasi tersebut merupakan lokasi sebuah danau yang pernah bergabung dengan sungai.
-
Apa yang NASA temukan di Mars? GCMS memanaskan sampel untuk memisahkan bahan-bahan di dalamnya, dan analisis lanjutan menunjukkan bahwa ini bisa saja membakar bahan organik yang seharusnya ditemukan.
-
Apa penemuan NASA di Mars? NASA mengklaim telah memecahkan misteri salah satu fenomena paling aneh di Mars. Mengutip BBC, Selasa (17/9), para ilmuwan dari badan antariksa AS tersebut berhasil merekonstruksi bentuk seperti laba-laba yang terlihat di permukaan Mars.
-
Apa yang ditemukan NASA di Mars? Para peneliti Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan tempat yang paling memungkinkan untuk keberadaan kehidupan di Mars.
“Hanya ada dua tempat dimana air bisa mengalir. Ia bisa membeku di dalam tanah, atau molekul air bisa pecah menjadi atom, dan atom bisa lepas dari puncak atmosfer ke luar angkasa,” kata dia dikutip Space, Minggu (8/9).
Studi terbaru mengungkap bahwa air di Mars sebagian besar masih tersimpan di bawah permukaan hingga kedalaman 20 km, cukup untuk membentuk lapisan air global setebal 1-2 km. Namun, sebagian kecil air tersebut menguap dan terurai di atmosfer Mars, menyebabkan hidrogen dan deuterium (varian berat hidrogen) lepas ke luar angkasa.
Pengamatan Hubble dan MAVEN menunjukkan bahwa laju kehilangan hidrogen meningkat secara signifikan selama perihelion, titik terdekat Mars dengan matahari, seiring dengan peningkatan penguapan air dan pemanasan atmosfer akibat badai debu.
Pada perihelion, kadar hidrogen dan deuterium di atmosfer bagian atas meningkat drastis hingga 100 kali lipat dibandingkan dengan aphelion, titik terjauh Mars dari matahari. Penemuan ini memperlihatkan kompleksitas baru dalam hilangnya air di Mars dan pentingnya pengamatan lebih lanjut untuk memahami sejarah air di planet merah ini.
Sementara itu, para ilmuwan masih mencari tahu penyebab utama hilangnya deuterium, yang memerlukan injeksi energi ekstra untuk mempercepat pelariannya ke luar angkasa, kemungkinan melalui interaksi dengan angin matahari atau reaksi kimia akibat sinar ultraviolet matahari.