Mencari dalang peretasan situs Garuda dan Angkasa Pura
Anonymous Australia langsung membantah menjadi dalang penyerangan situs Indonesia lewat akun twitternya
Peretasan yang dilakukan terhadap datacenter milik Garuda Indonesia dan PT Angkasa Pura meninggalkan tanda tanya besar, siapa yang bertanggungjawab atas serangan tersebut.
Tuduhan semula dialamatkan ke Anonymous Australia, karena penyerangan terhadap jaringan TI kedua BUMN tersebut dilakukan bersamaan dengan gegap gempitanya hacker muda Indonesia yang menyerang sejumlah situs intelijen negeri Kanguru.
Direktur Marketing Garuda Indonesia Erik Meijer membenarkan kalau sejumlah database milik Garuda Indonesia sempat dihack sehingga untuk menjamin keamanan transaksi dan data pelanggan, pihaknya mematikan sistem dan menutup sementara beberapa layanan.
"Setelah dievaluasi oleh ahli cyber security, dan dinyatakan tidak ada masalah, maka situs Garuda pun dibuka kembali kemarin," ujarnya kepada merdeka.com, Minggu (17/11).
Menurut dia, yang diretas hanya beberapa datcenter di Indonesia, sedangkan situs Garuda sediri tidak sempat dihack karena sudah ditutup lebih dulu. "Kami sendiri sedang mengevaluasi siapa dalang penyerangan ini," katanya.
Selain penyerangan terhadap Garuda Indonesia, beredar pula informasi bahwa hacker telah masuk dan meretas sejumlah data penting dari pengelola bandar udara, Angkasa Pura, khususnya Angkasa Pura 2.
Adapun data Angkasa Pura yang diretas adalah data keuangan perusahaan. Data yang hanya bisa dibuka oleh karyawan perusahaan saja, karena ini merupakan intranet perusahaan. Sehingga, jika ada peretas maka peretas telah dapat menguasai atau memasuki intranet perusahaan dan mengambil data-data yang mungkin bersifat rahasia.
Dan menariknya, keluarnya data internal perusahaan tersebut, bersamaan dengan adanya pengakuan dari hacker Australia yang marah dengan kelakuan hacker Indonesia yang meretas situs-situs 'tidak berdosa', yang tak ada kaitannya dengan masalah penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia.
Dalam surat yang ditujukan untuk Anonymous Indonesia tersebut, hacker Australia marah dan menertawakan upaya hacker Indonesia yang hanya bisa menyerang bersama-sama lewat DDOS. "Hi anon_indonesia, we gave you final warning recently. We just take down your system, such as airport (Angkasapura), education and many sites that not mention it," tulis mereka. "If you dont stop DDOS action, we will take over your important system in your country, go to hell lamers!!!!" tambah mereka.
Namun, Anonymous Australia langsung membantah menjadi dalang penyerangan situs Indonesia lewat akun twitternya, dan belakangan tersiar kabar kalau hacker Malaysia lah yang telah bermain ai air keruh dan menyerang situs-situs Indonesia.
Hal tersebut juga lah yang menjadi pertimbangan admin hacker Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Security Down lewat sebuah laman Event di Facebook bahwa pihaknya akan melakukan penelitian lebih dahulu sebelum memutuskan apakah akan tetap menyerang situs pemerintahan Australia atau situs pemerintahan Kerajaan Malaysia.
Baca Juga:
Website Garuda Indonesia tidak diretas tapi sedang perbaikan?
Malaysia dalang panasnya tensi cyber Indonesia-Australia?
Kejanggalan dalam surat ancaman Anonymous Australia di Pastebin
Halt the war! Kemungkinan memang bukan Anon Australia pelakunya
Anonymous Australia mulai takut dengan Indonesia?
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Dimana serangan hacker paling sering terjadi? Laporan Microsoft menyatakan ada empat negara yang paling sering menghadapi serangan siber. Dilansir dari The Record, Minggu (3/12), Microsoft melaporkan bahwa dalam periode Juli 2022 hingga Juli 2023, lebih dari 120 negara mengalami lebih dari seratus serangan siber.