Mengerikannya Senjata Militer Israel Berbasis AI Diklaim Melampaui Kecerdasan Manusia, Begini Cara Kerjanya
Israel ternyata sudah menggunakan AI dalam sistem senjata kemiliterannya.
Israel ternyata sudah menggunakan AI dalam sistem senjata kemiliterannya.
Mengerikannya Senjata Militer Israel Berbasis AI Diklaim Melampaui Kecerdasan Manusia, Begini Cara Kerjanya
Perang antara Israel dengan militan Hamas Palestina kembali pecah setelah adanya serangan mendadak dari pasukan Gaza, Hamas, pada Sabtu lalu.
Roket-roket ditembakkan ke arah Israel. Hingga saat ini sudah menewaskan lebih dari 700 warga Israel, kebanyakan adalah warga sipil.
Pihak Palestina juga mengalami jumlah korban tewas sebanyak lebih dari 400 jiwa, hasil dari serangan balasan dari Israel. Komandan militer Hamas Muhammad Al-Deif menyebut operasi tersebut sebagai “Badai Al-Aqsa”.
Merangkum laporan dari The Defense Post, CNN, CBS, dan Tom’s Hardware, Selasa (10/10), Israel dan Palestina memang telah terlibat dalam konflik yang berlangsung selama beberapa dekade ini.
Berbagai taktik digunakan kedua belah pihak untuk saling menjatuhkan pihak lainnya.
Salah satunya adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI), yang dipakai Israel sebagai senjata perangnya dalam memerangi pasukan Hamas.
AI Perkuat Persenjataan
Pada tahun ini, Israel telah menggunakan program AI bernama Fire Factory untuk memilih target serangan udara dan mengelola logistik militernya. Diduga, Palestina akan menjadi ‘bahan percobaan’ dari program AI ini.
Program ini juga mengolah data berupa citra satelit, rekaman kamera pengawas, dan hasil sadapan telepon atau radio di dalamnya.
Klaim yang dikatakan Israel adalah bahwa sistem ini dapat melampaui kemampuan manusia dan membantu militer dalam meminimalkan korban di medan perang.
Serangan hanya akan diarahkan ke tempat yang diyakini sebagai persembunyian tokoh atau perangkat perlawanan Palestina.
Meski masih diawasi oleh manusia, para pengamat militer tetap melontarkan kekhawatirannya mengenai program ini.
Sistem AI semi-otonom ini bisa saja menjadi sistem otonom yang tanpa pengawasan dalam waktu cepat. Jika ini terjadi, kecerdasan buatan bisa menjadi penentu hidup dan mati dari warga Palestina.
“Jika ada kesalahan dalam penghitungan AI, dan jika AI tidak dapat dijelaskan, lalu siapa yang kita salahkan atas kesalahan tersebut?”
Profesor Universitas Ibrani Yerusalem, Tal Mimran.
Selain kekhawatiran yang ditimbulkan, diketahui pula bahwa penggunaan AI oleh Israel tidak tunduk terhadap regulasi internasional atau tingkat negara.
Israel memang memiliki sejarah yang buruk dalam mematuhi hukum internasional, sehingga keteledoran militer dalam membuat peraturan-peraturan ini tidak mengejutkan.
Israel memang merupakan negara yang menjadi pasar startup berpotensi besar. kebanyakan startup di Israel telah memiliki fokus terhadap AI. Banyak peneliti dan pengembang AI yang tinggal di Israel.