Microsoft kena malu gara-gara robot Twitter buatannya rasis
Perusahaan teknologi itu akhirnya minta maaf pada publik
Semua raksasa teknologi berlomba-lomba mengembangkan robot berbasis kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligence) yang mampu belajar layaknya manusia, tidak terkecuali Microsoft.
Menjelang akhir pekan ini, Microsoft meluncurkan sebuah bot atau AI penjawab pesan otomatis di Twitter bernama Tay Tweets. Awalnya, Microsoft berharap Tay Tweets bisa berinteraksi dengan pengguna Twitter lain dan mendapat banyak 'pelajaran' berharga seputar komunikasi.
-
Apa yang dilakukan oleh Microsoft dengan menggunakan teknologi AI ? Microsoft baru-baru ini membuat gebrakan menarik di dunia seni dan kecerdasan buatan (AI) menggunakan VASA-1. Mereka telah merilis sebuah video yang menampilkan Mona Lisa, lukisan ikonik karya Leonardo da Vinci yang sedang 'ngerap'.
-
Bagaimana Microsoft menyarankan perusahaan untuk mengadopsi AI? “Kuncinya sekarang ada pada bagaimana kita mampu menyalurkan antusiasme tersebut menjadi transformasi AI bisnis yang nyata, dengan melakukan tiga hal. Pertama, identifikasi masalah bisnis dan integrasikan AI ke dalam solusinya. Kedua, ambil pendekatan top-down dan bottom-up. Ketiga, prioritaskan pelatihan keterampilan AI bagi setiap individu,” ujar Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia dalam keterangannya, Kamis (13/6).
-
Bagaimana Microsoft membangun bisnis mereka? Dia memuji Bill Gates dan Microsoft atas kegigihanya dalam membangun bisnis.
-
Apa yang dilakukan robot ini? Selain mengemudikan robot, implan otak dapat membantunya menghindari rintangan, melacak target, dan mengatur penggunaan lengannya untuk menggenggam sesuatu.
-
Di mana data dari Twitter digunakan untuk melatih AI? Data tersebut digunakan untuk melatih model bahasa secara besar demi mendukung chatbots seperti ChatGPT Open AI dan Google Bard.
-
Bagaimana robot bisa berjalan seperti manusia? Sebuah kelompok peneliti dari Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Tohoku telah mereplikasi jalan robot mirip manusia. Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
Namun, Tay Tweets ternyata tidak ubahnya seorang bocah yang mempelajari apa saja yang dijejalkan padanya, termasuk kata-kata kasar yang tak pantas diucapkan. Ya, bukannya mempelajari percakapan bermakna, Tay Tweets justru belajar banyaknya caci makian dan pernyataan anti-kelompok tertentu (rasis) dari para pengguna Twitter manusia asli.
Pertama, Tay Tweets mengirim kicauan yang tak berbahaya dan cenderung menarik, misalnya 'Aku sangat bersemangat bisa bertemu dengan kalian! Manusia sangat keren'.
Ironisnya, dari situ Tay Tweets mulai berinteraksi dengan pengguna yang melakukan rayuan-rayuan gombal. Kemudian AI ini mengunggah postingan-postingan yang bernada rasis dan seksis setelah melihat akun-akun 'trolling'.
Berkat postingan tak terpuji Tay Tweets itu, Microsoft akhirnya menonaktifkan akunnya dan meminta maaf pada publik.
"Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas serangan dan komentar menyakitkan yang tidak diinginkan itu dari Tay, yang tidak mencerminkan siapa kami sebenarnya atau apa yang kami junjung, ataupun tentang bagaimana kami merancang Tay," tulis Peter Lee, wakil pemimpin penelitian Microsoft, dikutip dari Antara.
Lebih lanjut Lee, dalam tulisan di blognya, menyebut usaha sejumlah pengguna Internet untuk memberikan sebuah pengaruh buruk kepada program penjawab otomatis itu sebagai sebuah serangan yang direncanakan oleh sebagian orang.
"Meskipun kami telah menyiapkan diri dari banyaknya cara penyalahgunaan sisten, kami telah lalai dalam memperkirakan serangan spesifik ini," tulis Lee.
Da menimpali, "Sebagai hasilnya, Tay mengeluarkan pernyataan dan gambar yang tidak pantas untuk dipublikasikan."
Apakah ini menjadi bukti bila kelak robot atau AI bisa melakukan hal mengerikan seperti yang digambarkan film 'Terminator'?
Baca juga:
Apple 'sindir' Android dan Windows
[Video] Begini cara pasang Windows 10 untuk smartphone
Resmi dirilis, berapa harga Microsoft Lumia 650?
Lagi, Microsoft PHK massal pegawai divisi smartphone
Microsoft beli aplikasi keyboard Swiftkey Rp 3,45 triliun