Perubahan Iklim, Ilmuwan Sebut 10 Kota ini Akan 'Hancur' Dalam 80 Tahun
Perubahan Iklim, Ilmuwan Sebut 10 Kota ini Akan 'Hancur' Dalam 80 Tahun
Perubahan iklim adalah hal yang nyata, dengan berbagai penelitian dan bukti nyata yang kita rasakan juga nyata pula. Belum lagi bencana seperti badai ekstrem, banjir, gelombang panas, serta kekeringan, yang makin parah karena pemanasan global.
Bahkan menurut prediksi dari The Intergovernmental Panel, disebut bahwa temperatur global akan naik 1,5 derajat Celcius di tahun 2040. Dalam pergantian abad 80 tahun nanti, suhu bisa naik lebih gila lagi, dan bencana bisa menelan sebuah kota.
-
Bagaimana biologi membantu memahami masalah lingkungan seperti perubahan iklim? Selain sebagai ilmu dasar, bilogi juga membantu Anda untuk memahami fenomena masalah yang terjadi di lingkungan seperti perubahan iklim, wabah penyakit, dan lain sebagainya.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana para ilmuwan berhasil memetakan Sungai Atmosfer? Para peneliti dari University of California telah menggabungkan data dari berbagai satelit untuk membuat peta koridor uap air yang luas ini. Tim dipimpin oleh ilmuwan atmosfer, yaitu Weiming Ma.
-
Di mana saja dampak perubahan iklim dirasakan? Perubahan iklim memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Berikut dampak penyebab perubahan iklim, antara lain: Menurunnya kualitas air. Curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan penurunan kualitas sumber air.
-
Bagaimana cara ilmuwan menulis di atas air? Solusi yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah ini benar-benar baru. "Kami langsung meletakkan tinta ke dalam air dan menggunakan mikrobeads yang terbuat dari bahan pertukaran ion dengan diameter 20 hingga 50 mikron sebagai alat tulis," Karena mikrobead ini begitu kecil, sehingga tidak ada pusaran yang dihasilkan. Mikrobead ini juga berfungsi sebagai kation sisa dalam air dengan proton, yang mengubah pH lokal air. Yang perlu dilakukan adalah menggulirkan mikrobead di dalam air, dengan begitu partikel tinta akan terkumpul di jalur yang ditandai pada ujung mirobead.
Di masa depan, kota-kota besar bahkan punya risiko dan potensi untuk fatal dalam menghadapi perubahan iklim ini. Diperkirakan di tahun 2100 nanti, banyak hal yang akan berubah di kota-kota besar, karena dampak buruk perubahan iklim.
Berikut deretan kota yang hilang dalam 80 tahun ditelah perubahan iklim. Melansir Business Insider,
Miami
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan tahun 2016 di Nature Climate Change, seorang ilmuwan bernama Mathew Hauer melihat adanya risiko kenaikan permukaan laut di pesisir AS.
Dari prediksi yang ia hitung, dari 2010 hingga 20100 nanti, akan ada lebih dari 13 juta orang terpapar kenaikan permukaan laut hingga hampir 2 meter. Daerah pesisir yang paling rentan terkena adalah Miami dan Broward yang keduanya ada di negara bagian Florida.
Sang ilmuwan menyebut bahwa tinggi hampir dua meter tentu mengerikan, karena itu lebih tinggi dari rata-rata manusia. Jadi, Miami bahkan belum dianggap memadai untuk mengantisipasi datangnya bencana itu.
New Orleans
Hauer juga menyebut bahwa New Orleans adalah salah satu yang rentan tenggelam. Pasalnya jika permikaan air laut naik 900 centimeter saja, ada 100.000 penduduk kota yang ada di negara bagian Louisiana yang tergenang. Ini adalah sepertiga dari total penduduk kota itu.
Chicago
Menurut ilmuwan iklim di University of Michigan bernama Richard Rood, Chicago jadi salah satu zona panas terparah di AS.
Chicago sendiri pernah dilanda gelombang panas berbahaya yang menewaskan lebih dari 700 orang di 1995 lalu. Kala itu, suhu luar mencapai 41 derajat Celcius. Sementara, temperatur bola basah (tempeatur panas dan kelembaban) mencapai 30 derajat Celcius.
Studi telah menemukan bahwa paparan suhu bola basah yang lebih dari 35 derajat Celcius akan fatal. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat lagi mendinginkan dirinya sendiri.
Berita buruknya, Rood menyebut bahwa gelombang panas semacam ini bisa menghantam Chicago kapan saja. Hal ini mengingat perubahan iklim sudah mengacaukan tingkat kelembaban dan temperatur kontinental, terutama di musim panas.
Dubai
Berdasarkan sebuah studi di tahun 2015 lalu, para ilmuwan dari MIT menyebut teluk Persia sebagai "hotspot" di mana perubahan iklim akan punya dampak paling mengancam kehidupan.
Studi yang sama menemukan bahwa kota-kota di teluk Persia seperti Dubai, akan memiliki suhu setinggi 45 derajat di 2070 mendatang.
Warga Dubai sendiri kini makin malas keluar rumah di musim panas, yakni Juni hingga September. Dideskripsikan, keluar dari rumah ber-AC menuju panasnya Dubai seperti "membuka pintu oven terlalu dekat."
Tak cuma itu, bahkan di Abu Dhabi secara keseluruhan, di 2070 akan menemui temperatur paling tinggi hingga 52 derajat Celcius.
Jakarta
Selama lebih dari satu dekade ke belakang, Jakarta sudah menemui masalah banjir. Bencana ini menemui keparahannya pada 2007 dan 2013 silam, di mana banjir menelan korban jiwa, dan kerugian yang tak terhitung.
Jakarta sendiri memang punya separuh area yang ketinggiannya berada di bawah permukaan laut, dipadu dengan tenggelamnya permukaan tanah hingga 17 centimeter tiap tahunnya.
Dari penelitian yang dilansir BBC, 95 persen dari daerah Jakarta Utara akan berada di bawah genangan air di tahun 2050 mendatang.
Shanghai
Daratan Tiongkok Utara yang merupakan rumah bagi sekitar 400 juta penduduk, disebut akan menemui gelombang panas yang luar biasa di akhir-akhir abad ini.
Dalam sebuah studi tahun 2018 yang dipublikasikan di Nature Communications, disebut bahwa tahun 2070 hingga 2100 akan jadi tahun yang buruk-buruknya untuk temperatur di sana. Kota yang paling para terkena dampaknya adalah Shanghai, yang dihuni oleh 25 juta penduduk.
Disebut, dalam 30 tahun mendatang, Shanghai akan mengalami setidaknya lima kali temperatur panas dan lembab yang ekstrem.
Beijing
Beijing adalah bagian dari Dataran Tiongkok Utara, yang tentunya juga rentan terhadap gelombang panas ekstrem.
Parahnya, Beijing adalah penghasil gas rumah kaca yang merupakan kontribusi dari polusi udara. Saat ini saja, kabut asap sudah menyelimuti Beijing setiap saat. Hal ini memaksa penduduk untuk mengenakan masker tiap keluar rumah.
Polusi sendiri merupakan sesuatu yang lebih mematikan dari merokok, karena berdasarkan statistik, polusi telah merenggut 15 kali lebih banyak orang ketimbang perang dan kekerasan.
Berdasarkan studi, dalam estimasi beberapa dekade mendatang akan ada 9 juta orang di Beijing yang meninggal sebelum waktunya karena terserang penyakit yang berhubungan dengan polusi.
New Delhi
Temperatur ekstrem di Delhi, India, adalah sesuatu yang serupa dengan yang ada di Shanghai dan Beijing.
Dalam sebuah analisis yang dipublikasikan tahun 2017 lalu, suhu bila basah di deretan kota di Asia Selatan seperti Delhi, bisa mencapai 35 derajat Cekcius, di mana ini adalah titik fatal. Skenario ini akan terjadi tiap 25 tahun sekali.
Bangladesh
Bangladesh memang bukanlah kota. Namun jika berbicara dampak, ini adalah negara yang dampak perubahan iklimnya paling terasa nyata.
Negara di Asia Selatan ini rentan terhadap gelombang panas, dan sudah sering dilanda banjir bandang yang mematikan. Bahkan di 2017 lalu, terdapat banjir yang dialami lebih ari 8 juta orang dan menewaskan 140 orang.
Erosi tepi sungai pun menggusur 200.000 orang tiap tahunnya.
Menurut data dari Intergovernmental Panel on Climate Change, Bangladesh akan kehilangan 20 persen daratannya, jika air laut naik 900 centimeter saja.
Parahnya, kenaikan air laut sudah terjadi saat ini, dan apa yang disebut sebagai "pengungsi iklim" sudah banyak melarikan diri dari tempat-tempat yang tergenang.
Lagos
Lagos adalah kota terbesar di Nigeria. Pertumbuhan populasi penduduk makin tinggi, yang juga menambah risiko naiknya permukaan laut. Hauser menyebut bahwa Lagos sendiri dari awal sudah rentan banjir, karena berada di dataran rendah dan ada di delta sungai.
Pada 2026 diperkirakan Lagos akan dilanda banjir yang akan merugikan jutaan orang hingga merenggut nyawa ratusan ribu orang lainnya.
Lebih buruk lagi, frekuensi banjir akan meningkat pesat dari tahun ke tahun dipadu cuaca ekstrem, yang akan membuat Lagos sulit pulih dari tiap peristiwa ini.
Meski demikian, hal ini masih bisa diselamatkan dengan perencanaan infrastruktur yang tepat. Tentu dengan dukungan regulasi dari Pemerintah.
(mdk/idc)