Polusi China racuni dunia tiap harinya
Polusi tersebut juga tersebar hingga Amerika Serikat.
Tak hanya produk-produk murah saja yang diekspor China ke negara tetangga. Polusi udara yang berasal dari negeri tirai bambu tersebut ternyata juga 'dikirim' ke kawasan lainnya bahkan hingga ke benua sebelah.
Seperti yang dilansir oleh The Verge (21/1), sebuah studi yang dilakukan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menyatakan bahwa ada sekitar 20 persen polusi udara China yang memberikan dampak pada kualitas udara di Amerika Serikat. Hal ini membuktikan bahwa polusi di negeri panda tersebut sudah cukup parah sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh negara lain.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu.
-
Apa yang baru saja ditemukan oleh ilmuwan China? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan pada Tembok Besar China? Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 8 Desember di jurnal Science Advances mengungkapkan, peneliti sedang mencari cara terbaik untuk melindungi Tembok Besar China dari angin dan erosi. Mereka mencatat struktur tersebut "sebagian besar dihuni oleh biocrust."
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di China timur laut? Fosil seekor hewan mamalia menyerang dinosaurus ditemukan di China timur laut. Seekor mamalia sejenis luwak sedang menyerang seekor dinosaurus pemakan tumbuhan, menindih mangsanya, dan menggigitnya.
-
Bagaimana para ilmuwan mengungkap rahasia Tembok Besar China? Para peneliti menggunakan kombinasi teknik kromatografi dan analisis isotop.
-
Apa yang dibuat oleh ilmuwan China tentang Bulan? Ilmuwan dari China telah membuat atlas Bulan paling baru dan paling detail hingga saat ini.
Penelitian ini sendiri dilakukan oleh sembilan peneliti dari Amerika Serikat, Inggris, dan China dan dikerjakan selama dua tahun terakhir. Para peneliti menggunakan data polusi pada 2006 untuk mengukur bagaimana sulfur dioksida dan karbon hitam mampu terbawa angin dari China melintasi Samudera Pasifik dan ikut mencemari pantai barat Amerika Serikat.
Setelah dihitung, fakta membuktikan bahwa jumlah ekspor barang-barang dari China ternyata masih kalah dibanding ekspor gas beracunnya ke Amerika Serikat. Menurut studi tersebut, gas emisi dari China terbukti berperan menyumbang 12-24 persen konsentrasi sulfat di udara AS.
Lewat penelitian ini sendiri membuktikan bahwa strategi para produsen untuk membangun pabrik bukan di negaranya ternyata serta merta membuat negara tersebut bebas dari gas emisi sisa produksi pabrik. Tetap, setiap negara di dunia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam mengurangi polusi udara terutama yang berasal dari sisa produksi dan kendaraan.
(mdk/nvl)