Keseruan Mengikuti Tradisi Timba Laor Kala Purnama di Ambon
Bermodalkan obor dan lampu sederhana, masyarakat Ambon mencari laor. Cacing kecil menggeliat dan berenang cepat di lautan. Laor muncul dipandu oleh benderang bulan purnama. Begitu langka, hanya muncul pada bulan Maret atau April saja. Timba Laor menjadi tradisi yang selalu dinanti Masyarakat Ambon.
Tua, muda, remaja, bahkan anak-anak berduyun-duyun menuju laut di malam hari. Gelap gulita, dipandu dengan obor dengan api yang menerangi. Mereka bukanlah mencari ikan laut, melainkan cacing laut. Orang Ambon menyebutnya Laor, moluska panjang menggeliat yang bagi sebagian orang menjijikkan. Namun punya protein yang melimpah dibandingkan ikan laut pada umumnya.
Jika obor dan lampu dipadamkan, sinar bulan purnama menjadi pembimbingnya. Baik masyarakat Ambon maupun bagi cacing laut berenang. Kemunculan laor memang beriringan dengan fenomena bulan purnama. Sinarnya yang begitu terang, menembus gelap gulitanya malam di lautan. Mencari mangsa binatang tak bertulang di sela-sela karang. Tradisi tahunan ini selalu dinanti, rela berbasah-basahan dan diselimuti dinginnya malam.
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
-
Apa visi dari UNIMUDA Sorong? UNIMUDA Sorong punya visi yaitu menjadi Universitas Kelas Dunia dalam mengembangkan IPTEK berbasis Entrepreneurship dan Multikultural pada tahun 2037 seperti dikutip dari website resminya.
-
Apa itu gambar toong? Gambar toong bisa dikatakan sebagai bioskop keliling sederhana.
-
Bagaimana UNIMUDA Sorong mewujudkan visinya? Sedangkan perguruan tinggi itu mempunyai visi di antaranya menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu dan berwawasan global, mengembangkan jiwa entrepreneurship di kalangan mahasiswanya, serta mewujudkan diri sebagai gerakan peradaban Muhammadiyah yang berkemajuan.
-
Kapan foto tersebut diambil? Inilah potret lawas Annisa Pohan saat masa pacaran dengan AHY. Dalam foto tersebut, tatapan mata keduanya berhasil membuat banyak netizen gemas.
-
Di mana foto Arie Basuki diambil? Arie Basuki memotret kerusakan lingkungan di Daerah Curug Parigi, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Kemunculan laor atau cacing laut hanya satu kali dalam satu tahun. Yakni pada bulan purnama Maret atau April. Kedua bulan tersebut sering terjadi purnama penuh atau biasa disebut Supermoon.
Tradisi Timba Laor ©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Saat purnama muncul, masyarakat Ambon segera merapat ke tepian pantai Nusaiwe dan Leitimur Selatan, Ambon, Maluku. Berbekal jaring tradisional yang disebut dengan nyiru-nyiru. Jaring bulat dengan gagang panjang sebagai pegangan. Lubang jaring yang kecil dipilih agar laor tidak mudah lepas kembali setelah ditangkap. Tak lupa baskom berisi sedikit air untuk menampung hasil tangkapan laor.
Jika tanpa alat bantu penerangan, mereka kesulitan mencari laor. Pasalnya obor, lampu, hingga petromaks akan menjadi pemandu cacing-cacing untuk berkumpul. Di bawah sinar benderang cacing laut yang sudah berkumpul segera dikeruk. Seketika jaring penuh dengan laor yang berenang mencari jalan keluar.
Tradisi Timba Laor ©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Beginilah penampakan laor atau cacing laut hasil tangkapan tradisi Timba Laor. Cacing dengan nama ilmiah Polychaeta yang tergolong pada filum Annelida. Cacing ini berasal dari zaman kambrium. Tepat dengan adanya fosil Polychaeta yang berumur 530 juta tahun yang lalu. Tubuhnya berwarna warni, mulai dari hitam, merah, hijau, cokelat, dan kuning.
Rata-rata panjang laor 3-5cm dan dengan kemunculan yang sangat jarang. Tampak menggeliat dan berenang mencari celah saat berada di dalam jaring. Jika dipegang, teksturnya licin, kenyal dan bagi yang tidak terbiasa akan meraasa geli. Cacing-cacing inilah nantinya akan diolah menjadi santapan yang kaya nutrisi.
Tradisi Timba Laor ©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Sebelum terjun ke laut, dilakukan doa dan ritual para pemangku adat. Tujuannya ialah agar hasil tangkapan laor melimpah. Pasalnya kekhawatiran selalu melanda, ada kemungkinan laor tidak muncul ke perairan dangkal. Tak hanya dikonsumsi, jika tangkapan melimpah masyarakat Ambon juga akan menjualnya ke pasar.
Memang susah-susah gampang saat menggiring laor. Jika tak jeli, laor akan memanfaatkan bebatuan karang untuk bersembunyi. Dalam satu kali jaring, setidaknya ada ratusan laor yang terperangkap. Tentu saja bumbu khas Ambon telah menanti, menyulap laor menjadi kudapan penggoyang lidah.
Tradisi Timba Laor ©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Cacing laut atau laor dipercaya memiliki kandungan protein 3x lipat lebih tinggi dibanding ikan laut. Kandungan vitamin B12 juga melimpah pada tubuh laor. Hanya dengan membersihkan kotoran pada tubuh laor. Kemudian memasaknya dengan bumbu yang kaya akan rempah.
Meski hanya satu tahun sekali namun keberuntungan berpihak pada masyarakat Ambon. Pada tahu 2018, laor muncul 2 kali pada bulan Maret. Selama 2 hari, mereka merayakan tradisi Timba Laor.
Tradisi Timba Laor saat ini menjadi festival resmi yang menggandeng dinas pariwisata. Mengemasnya menjadi acara tahunan untuk menarik animo wisatawan. Di Indonesia, tradisi serupa juga ditemukan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Mereka menyebutnya dengan Nyale.
(mdk/Ibr)