Luntur Jawa, Si Jelita Langka Endemik Parahyangan
Jika bertengger di ranting pohon, burung yang satu ini mudah dikenali. Warna-warna cerah di tubuhnya selalu berhasil memikat hati. Mata kecilnya bersinar dengan lingkaran mata berwarna biru. Cantik menawan. Si burung jelita ini bernama Luntur Jawa. Satwa ini dikenal sebagai burung endemis bagian barat Pulau Jawa.
Jika bertengger di ranting pohon, burung yang satu ini mudah dikenali. Warna-warna cerah di tubuhnya selalu berhasil memikat hati. Warna kuning hampir menutupi seluruh bagian bawah burung ini, sedangkan bagian dadanya tertutupi warna hijau tua.
Bagian atas nampak hijau mengkilap kebiruan. Ada tiga bulu samping memiliki tepi putih dengan ujung lebar berwarna putih sebagai pemanis. Mata kecilnya terlihat bersinar dengan lingkaran mata berwarna biru. Cantik menawan.
-
Siapa yang menemukan burung prasejarah ini? Kerangka fosil Imparavis attenboroughi ditemukan di dekat desa Toudaoyingzi di timur laut Cina dan kemudian disumbangkan ke Museum Alam Shandong Tianyu.
-
Di mana burung prasejarah ini ditemukan? Imparavis attenboroughi ditemukan di wilayah timur laut Tiongkok pada sekitar 120 juta tahun yang lalu atau pada masa Kapur Awal.
-
Kenapa Pemkab Purwakarta menyebar burung hantu di sawah? Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, punya cara tak biasa untuk menghentikan hama tikus yang merugikan petani. Mereka menyebar pasukan burung hantu itu di area persawahan sebagai predator alami tikus.
-
Apa yang dikeluarkan oleh burung sebagai kotoran? Namun, kotoran burung terdiri dari bagian tengah berwarna gelap yang dikelilingi oleh zat berwarna putih yang merupakan asam urat.
-
Apa yang tumbuh di pekarangan Sutawi di Desa Bitingan? Pohon kurma itu berbuah sangat lebat di pekarangan Sutawi (64), seorang warga Desa Bitingan, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang.
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
Si burung jelita ini bernama Luntur Jawa. Satwa ini dikenal sebagai burung endemis bagian barat Pulau Jawa. Keberadaannya mulai langka karena populasinya diduga terus mengalami penurunan.
©2021 Merdeka.com/Farabby Asslam Pareke
Burung dengan nama latin Apalharpactes reinwardtii ini menghuni habitat pegunungan. Oleh karena itu, burung ini kerap disebut juga dengan nama Luntur Gunung. Beberapa orang juga menyebut satwa ini Kasumba Ekor-Kuning.
Penyebaran Luntur Jawa berada di Tanah Parahyangan.Wilayah bergunung-gunung di Jawa Barat, terpantau ada di tujuh hutan pegunungan di Jawa Barat: Gunung Halimun, Gunung Salak, Gunung Gede-Pangrango, Gunung Patuha-Tilu, Gunung Wayang, Gunung Papandayan, dan Ciwidey. Namun, satu-satunya lokasi di mana jenis ini mudah ditemukan adalah di Gunung Halimun.
©2021 Merdeka.com/Farabby Asslam Pareke
Satwa ini juga punya kicauan yang khas. Suaranya agak parau dengan bunyi seperti 'cirr..cirrr' secara cepat. Namun, satwa ini juga punya kicauan lain. Terdengar mengalun dan memanjang, mulai dari nada rendah hingga nada tinggi dan sebaliknya.
Saat berkicau, burung jelita ini menggerak-gerakkan ekor naik turun, ekor lalu dikembangkan dan dilipat. Rasanya menyenangkan saat melihat burung endemik Jawa berkicau sambil menunjukkan keahliannya.
Secara umum, suara kicauan Luntur Jawa berbeda dari luntur sumatera. Namun burung ini punya kemampuan meniru suara kicauan burung Luntur Sumatera dengan sangat baik. Pintar banget ya!
©2021 Merdeka.com/Farabby Asslam Pareke
Paruh burung Luntur Jawa juga bisa sebagai penanda umur. Pada burung dewasa akan berwarna oranye, sedangkan pada burung Luntur Jawa muda paruhnya berwarna cokelat. Secara sekilas perbedaan burung Luntur Jawa jantan dan betina tak begitu terlihat.
Bulu penutup sayap hijau bergaris kuning halus pada burung jantan dan cokelat pada burung betina. Anggota keluarga Trogoniidae ini dulu pernah disatukan dengan spesies luntur sumatera (Apalharpactes mackloti) dengan nama luntur ekor biru, akan tetapi perbedaan ukuran, berat badan dan bulu-bulunya telah membuat keduanya dijadikan terpisah.
Spesies Burung Luntur Jawa mempunyai ukuran tubuh lebih besar daripada Luntur Sumatera. Panjang tubuhnya bisa mencapai 34 cm.
©2021 Merdeka.com/Farabby Asslam Pareke
Keindahan Luntur Jawa justru menjadi daya pikat bagi para pemburu. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman terus terjadi menjadi salah satu faktor langkanya Luntur Jawa. Alhasil, burung cantik dengan bulu berwarna-warni ini pun semakin terancam keberadaannya. Diperkirakan hanya tersisa beberapa ratus pasang Luntur Jawa.
Pemerintah Indonesia telah memasukkan Luntur Jawa ke dalam daftar burung yang dilindungi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Selain itu, Badan Konservasi Dunia (IUCN) pun telah menetapkan burung ini sebagai jenis yang terancam punah secara global dengan status Rentan (VU).
Jika tidak dilindungi, bisa-bisa kita tak bisa melihat lagi kecantikan si Luntur Jawa.
(mdk/Tys)