Tari Angguk Khas Kulon Progo, Tercipta di Tengah Penjajahan Belanda
Riuh tepuk tangan penonton berpadu dengan sorak-sorak dalam Tari Angguk. Tari khas Kulon Progo yang diadopsi dari kultur yang beragam. Tari Angguk punya beragam makna. Tentu saja, sejarah selalu berdampingan dengan terciptanya Tari Angguk, yang lahir pada masa pendudukan Kolonial Belanda.
Sorak penonton begitu nyaring terdengar beriringan dengan gemulai para penari Angguk. Kostum mereka kontras, kompak berbaris layaknya serdadu yang akan berperang. Benar saja, gerakan mereka meniru tarian para tentara dan opsir Belanda saat menduduki wilayah Purworejo. Tahun 1900 an, penciptanya ialah sekelompok rakyat jelata yang terpisah secara sosial dari wilayah Keraton Yogyakarta. Tepatnya tanah perdikan Mataram yang kini bernama Kulon Progo.
Lebih dari 1 abad Tari Angguk berkembang di Kulon Progo. Perpaduan 3 kebudayaan kental terasa pada kemeriahan Tari Angguk. Dibentuk dari perpaduan budaya Arab, Jawa, yang dibalut dandanan ala Belanda. Awal mula terciptanya, Tari Angguk dimainkan oleh para pria. Namun seiring perkembangan dan tujuan pertunjukan, penari diperankan oleh para wanita.
-
Apa itu tradisi Praonan? Awalnya, tradisi Praonan hanya kegiatan biasa di sekitar pelabuhan untuk menjamu tamu atau sanak keluarga. Mengutip situs jmm.unmerpas.ac.id, seiring waktu, tradisi ini digelar rutin setiap tahun dan melekat sebagai ciri khas Pasuruan.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Apa yang dimaksud dengan "Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon"? Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon atau Kepungan Tumpeng Mogana merupakan sastra lisan tradisi tumpengan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah pesisir laut Selatan, tepatnya di Desa Mangunweni, Kecamatam Ayah, Kabupaten Kebumen.
-
Apa itu tradisi umbah-umbah kloso? Secara umum, tradisi umbah-umbah kloso merupakan sebuah acara mencuci tikar masjid bersama. Tikar tersebut dicuci di sebuah saluran irigasi. Tikar tersebut dicuci dengan sabun cuci seadanya.
-
Di mana tradisi umbah-umbah kloso dilakukan? Di Pandak, Bantul, ada tradisi unik dalam menyambut Bulan Suci Ramadan. Tradisi itu bernama umbah-umbah kloso.
Kini Tari Angguk rutin dipentaskan bertepatan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI. Tari Angguk menjadi penyampaian nilai, kesenian, hingga hiburan untuk masyarakat.
Tari Angguk Kulon Progo©2021 Merdeka.com/Thomas Chris
Nama Tari Angguk diadopsi dari gerakan kepala para penari yang mengangguk-angguk. Ada dua penerapan pada Tarian Angguk. Dahulu menjadi ungkapan kegembiraan masyarakat atas panen yang melimpah. Di lain versi, Tari Angguk merupakan sindiran bahwa tentara pribumi Belanda yang sebenarnya lemah. Memang, dahulu banyak orang pribumi direkrut menjadi tentara oleh Belanda. Masyarakat akrab menyebutnya dengan Londho Ireng.
Keberadaan Tari Angguk tidak lepas dari campur tangan kesenian Warok Ponorogo. Yang kala itu telah membantu Keraton Mataram melawan pemberontakan Trunojoyo. Selain itu, Tari Angguk juga identik dengan Tarian Dolalak yang tumbuh di Kabupaten Purworejo. Hal tersebut membuktikan bahwa Angguk merupakan tarian yang berpadu dari bermacam-macam kebudayaan.
Tari Angguk Kulon Progo©2021 Merdeka.com/Thomas Chris
Kostum Angguk mirip ala seragam KNIL atau Tentara Hindia Belanda. Mulai dari topi, kemeja, hingga celana yang jauh di luar ciri khas Jawa. Selain itu, terlihat pakaian penuh dengan hiasan motif, rumbai-rumbai benang, dan selendang sampur yang sering dijumpai pada penadon, pakaian adat Ponorogo. Sangat berbeda dengan awal mula tarian diciptakan, hanya dengan warna dasar hitam, merah dan kuning.
Tari Angguk merupakan tarian kelompok yang berjumlah 15 orang. Dengan kisah yang dibawakan. Peran utama diisi oleh tokoh sakral di antaranya, Umarmoyo, Sekar Mawar, Dewi Kuning-Kuning, Air Gunung, Trisnowati dan Awang-awang. Sisa penari lainnya bertugas sebagai pengiring. Penyampaian nilai moral dan sosial juga kental mengiringi gerakan para penari Angguk.
Tari Angguk Kulon Progo©2021 Merdeka.com/Thomas Chris
Dalam Angguk terdapat seorang dalang pembawa syair. Bersumber dari Al-Qur'an, kitab Tlodo serta kitab lain yang bernuansa Islam dan budaya Jawa. Dialog yang dibawakan juga terdiri dari bahasa Arab dan Jawa Ngoko. Sholawat yang diucapkan dalang menandakan Tari Angguk akan segera ditampilkan.
Alunan meriah dari bedug, kendang, rebana, saron, dan krecek. Mengiringi gerakan para penari, mengangguk-angguk dengan ritme gerakan kaki dan tangan yang bergantian. Terdapat dua gerakan tari yakni Tari Jejeran atau Ombyokan. Yang dibawakan oleh seluruh penari. Sedangkan Tari Pasangan yang dibawakan berpasangan dengan berbagai macam jenis gerakan.
Tari Angguk Kulon Progo©2021 Merdeka.com/Thomas Chris
Uniknya, tak ada aturan baku dalam riasan penari Angguk. Bahkan penari juga memakai kaca mata hitam yang begitu mencolok. Tak hanya itu, mereka tak memakai sepatu, hanya kaus kaki yang sama dengan corak kuning pada baju hitam mereka.
Kini Tari Angguk telah diakui sebagai aset ragam kesenian tarian tradisional Kulon Progo. Tradisi ini masih dijumpai terutama di Kulon Progo Barat dan Utara. Tepatnya Kapanewon Temon, Kokap, dan Girimulyo. Yang berbatasan langsung dengan Purworejo.
(mdk/Ibr)