Batu Misterius Ditemukan di Mars, Berisi Petunjuk Tanda-tanda Kehidupan Purba
Wahana penjelajah Mars, Perseverance berhasil menemukan sebuah batu yang diduga mengandung bahan kimia pendukung kehidupan miliaran tahun yang lalu.
Batu Misterius Ditemukan di Mars, Berisi Petunjuk Tanda-tanda Kehidupan Purba
Wahana penjelajah Mars, Perseverance berhasil menemukan sebuah batu yang diduga mengandung bahan kimia pendukung kehidupan miliaran tahun yang lalu.
Melansir Science Alert, Jumat (26/7) batuan itu ditemukan di tepi lembah sungai kuno yang diberi nama "Chevaya Falls".
Batuan sedimen berurat tersebut diperkirakan mengandung senyawa organik dan bintik-bintik mirip macan tutul yang menunjukkan reaksi kimia yang pernah digunakan mikroba kemosintetik untuk energi.
“Bintik-bintik ini merupakan kejutan besar.”
“Di Bumi, jenis fitur batuan ini sering dikaitkan dengan fosil mikroba yang hidup di bawah permukaan,” kata ahli astrobiologi David Flannery dari Queensland University of Technology di Australia.
- Ilmuwan Temukan 'Anjing' Misterius di Bawah Laut Purba dan Gunung Terbesar Planet Mars
- Ilmuwan Temukan Bukti Cadangan Air di Bawah Permukaan Mars, tapi Sulit Digali
- Bertamasya ke Planet Mars Tak Perlu Bertahun-tahun jika Roket Tenaga Nuklir Ini Jadi
- Gunung Berapi Purba di Mars Menyimpan Petunjuk Masa Lalu Bumi yang Lama Hilang
Batu tersebut memberikan bukti yang semakin kuat adanya peluang kehidupan seperti yang sempat diperkirakan sejak lama.
Adanya air dan kandungan kimiawi membuat kondisi untuk pembentukan bahan-bahan penyusun kehidupan sangat dimungkinkan.
Para ilmuwan mengatakan bahwa jika ada tanda-tanda kehidupan, maka hal itu akan serupa dengan kehidupan pertama di Bumi.
Apalagi keberadaan mikroba dapat dioptimalkan untuk kondisi rendah hingga tanpa oksigen.
Sisa-sisa kehidupan di Bumi mungkin sulit untuk diuraikan, karena terdiri dari lapisan-lapisan fosil mikroba yang diapit di antara lapisan batuan sedimen.
Hal tersebut menjadi tugas Perseverance yaitu mencari tanda-tanda serupa di Mars.
Mereka berpatroli di wilayah di planet merah yang dulunya merupakan lahan basah, mempelajari batuan sedimen untuk menemukan tanda-tanda yang kita kenali sebagai tanda biologis di Bumi.
Saat wahana Perseverance menemukan dan mengebor Chevaya Falls, mereka menemukan tanda-tanda kehidupan terkuat yang pernah kita lihat di Mars hingga saat ini.
Ada banyak bahan organik di Mars, tetapi ada juga banyak proses non-biologis yang dapat menghasilkan bahan organik, yang berarti keberadaan bahan organik tersebut tidak bersifat diagnostik.
Namun, jika terdapat tanda-tanda biologis lain, keberadaan bahan organik bisa jadi lebih signifikan.
Chevaya Falls dahulu pernah terkena air. Batuan itu pun dilapisi oleh lapisan kalsium sulfat yang dipisahkan oleh lapisan hematit, sebuah mineral yang membuat Mars berwarna merah.
Pada motif jahitan ada bintik-bintik putih kecil, dibatasi warna hitam, seperti bintik macan tutul. Batas hitam di sekitar bintik tersebut mengandung zat besi dan fosfat.
Bintik-bintik seperti ini terbentuk ketika reaksi kimia yang melibatkan hematit dalam batuan mengubah bercak dari merah menjadi putih, melepaskan besi dan fosfat, dan menyebabkan terbentuknya cincin hitam.
Reaksi-reaksi ini dapat menghasilkan bahan kimia yang dapat digunakan mikroba sebagai sumber energi.
Sehingga kemungkinan ada mekanisme pembentukan lain yang tidak memerlukan kehadiran mikroba yang dapat menjelaskan ciri-ciri yang diamati.
Paparan air yang berulang-ulang dan pemanasan berlebih dalam kondisi vulkanik mungkin juga menyebabkan terbentuknya urat, bintik, dan inklusi olivin di Chevaya Falls.
Pakar Geokimia Ken Farley menyebut batuan ini termasuk rumit meski berpotensi menyimpan rahasia kehidupan di Mars.
“Chevaya Falls adalah batuan paling membingungkan, kompleks, dan berpotensi penting yang pernah diselidiki oleh Perseverance,”
“Di satu sisi, kami memiliki deteksi pertama yang menarik terhadap bahan organik, bintik-bintik warna-warni khas yang menunjukkan reaksi kimia yang dapat digunakan oleh kehidupan mikroba sebagai sumber energi, dan bukti jelas bahwa air yang diperlukan untuk kehidupan pernah melewati batuan ini."
“Di sisi lain, kami tidak dapat menentukan secara pasti bagaimana batuan tersebut terbentuk,” kata ahli geokimia Ken Farley dari Caltech.