Eks Pejabat Deplu AS Ungkap Ada Remaja Pria Palestina Diperkosa di Penjara Israel, Organisasi yang Membongkar Malah Dicap Teroris
Eks Pejabat Deplu AS bocorkan tindakan pemerkosaan bocah 13 tahun di penjara Israel. Ini ulasan selengkapnya.
Eks Pejabat Deplu AS bocorkan tindakan pemerkosaan bocah 13 tahun di penjara Israel. Ini ulasan selengkapnya.
Eks Pejabat Deplu AS Ungkap Ada Remaja Pria Palestina Diperkosa di Penjara Israel, Organisasi yang Membongkar Malah Dicap Teroris
Konflik dan peperangan yang terjadi di Gaza benar-benar membuka mata dunia tentang peristiwa apa yang terjadi di sana.
Selain kerugian finansial maupun material, peristiwa yang kembali memanas dua bulan terakhir itu juga mengalami krisis kemanusiaan.
Hal tersebut dibeberkan langsung oleh mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, Josh Paul dalam sebuah wawancara.
Josh Paul membeberkan beberapa kekejaman yang terjadi di Israel, salah satunya pemerkosaan ke anak 13 tahun di dalam penjara.
- Pertanyaan Polos Gadis Kecil Palestina Dibom Israel: Paman Apakah ini Nyata atau Mimpi?
- Cerita Warga Palestina: Rumah Dihancurkan Tentara, Barang dan Lahan Dijarah Warga Israel
- Gencatan Senjata dengan Hamas Palestina, Pejabat Israel Terpecah Belah
- PPP Berduka Serangan ke RS Indonesia di Gaza, Dorong Israel dan Palestina Berunding
Selain itu, keberpihakan Amerika Serikat ke Israel secara berlebihan yang akhirnya membuatnya mundur dari jabatannya.
Melansir dari akun X @cordova_media, Senin (11/12) berikut kisah Josh Paul dan pandangannya pada kekejaman Israel.
Pemerkosaan Bocah 13 Tahun, Berujung Dicap Terorisme
Josh Paul mengungkapkan bahwa sebelum mundur dari jabatannya, ia tergabung di bagian proses pemeriksaan terhadap hak asasi manusia untuk senjata yang dikirim ke Israel.
Namun pada saat itu sorotan justru tertuju pada isu kekerasan seksual yang diberitakan oleh organisasi amal Pembelaan Terhadap Anak Palestina Internasional (DCIP).
"Saya adalah bagian dari proses pemeriksaan terhadap hak asasi manusia untuk senjata yang dikirim ke Israel."
"Dan organisasi (amal) yang bernama Pembelaan Terhadap Anak Palestina Internasional (DCIP) pernah menarik perhatian kami di Departemen Luar Negeri (AS) terkait serangan seksual, yaitu pemerkosaan terhadap anak laki-laki 13 tahun yang terjadi di penjara Israel di Moscobiyeh, Yerusalem," kata Josh Paul.
Departemen Luar Negeri AS menindaklanjuti laporan ini dan merasa adanya kredibilitas info dari organisasi tersebut.
Saat mengetahui adanya isu tersebut, Deplu AS akhirnya menyampaikan ke pemerintah Israel untuk ditindaklanjuti.
Bukan kabar positif yang diterima, belakangan ia mendengar bahwa militer Israel (IDF) merampas komputer dan memberikan cap kepada DCIP sebagai entitas teroris.
"Kami memeriksa tuduhan ini, kami meyakini ini kredibel, kami sampaikan ini kepada pemerintahan Israel dan Anda tahu apa yang terjadi keesokan harinya? IDF datang ke kantor (organisasi) DCIP dan mencopot semua komputer mereka dan mendeklarasikan (DCIP) sebagai entitas teroris,"
lanjut Josh dalam wawancaranya.
Josh Paul mengecam segala tindakan kekejaman seksual yang terjadi di Gaza. Terlebih hal tersebut dialami oleh seorang bocah berusia 13 tahun.
"Menurut saya, sangat penting agar kekejaman itu tidak menimpa siapapun. Tindak kekejaman seksual, kekerasan seksual, tidak pula pelanggaran berat apapun terhadap hak asasi manusia," tambahnya.
Suplai Senjata ke Israel Jadi Alasan Mundur dari Deplu AS
Josh Paul memegang data jumlah korban yang terjadi di konflik yang terjadi dua bulan terakhir itu.
Dirinya menyebutkan bahwa jumlah korban anak-anak meningkat 3 kali lipat daripada yang terjadi di konflik Rusia dan Ukraina.
Bahkan ada ratusan pekerja sukarelawan PBB yang tewas dibunuh karena konflik tersebut.
"Ada sejumlah faktor, yang pertama ruang lingkup dan skalanya. Anda tahu memasuki dua bulan konflik ini kita telah menyaksikan 3 kali lebih banyak anak-anak meinggal dunia, 6 ribu di Gaza dibandingkan dengan 2 tahun perang Rusia melawan Ukraina. Kita telah menyaksikan lebih dari 50 jurnalis dibunuh, lebih dari 100 pekerja bantuan PBB (dibunuh)."
jelas Josh Paul.
Josh juga melihat apa yang terjadi di Gaza dan merasa pilu saat mendengar kisah seorang dokter yang ada di sana.
Namun hal yang membuat tekadnya untuk mundur sebagai pejabat Deplu AS adalah karena ia tidak sepakat dengan kebijakan Joe Biden yang secara masif mengirim senjata ke Israel untuk membunuh warga di Gaza.
"Apakah Anda tahu apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dokter di Gaza? Kami mewawancarai banyak di antara mereka dan itu adalah situasi yang mengerikan."
"Skala jatuhnya korban sungguh mencengangkan dan tentu peran saya di Departemen Luar Negeri berkaitan dengan persetujuan transfer senjata secara besar-besaran yang dikirim ke Israel yang saat ini menyebabkan pembunuhan (di Gaza) bisa terjadi," pungkasnya.