Mengapa Pohon Asam Banyak Ditanam di Pinggir Jalan? Ternyata Ini Sejarahnya
Berikut ini adalah alasan mengapa pohon asam ditanam di pinggir jalan oleh Pemerintah Belanda.
Pohon asam adalah pohon yang sering dijumpai di pinggir jalan. Ternyata, penanaman pohon asam di pinggir jalan sudah dilakukan sejak zaman Belanda. Pemilihan pohon asam ternyata bukanlah sembarangan.
Pohon asam memiliki beberapa keunggulan yang baik dibandingkan dengan pohon lain untuk tumbuh di pinggir jalan. Seperti batang yang kuat, tidak mudah roboh saat ada angin kencang, dan buahnya yang tidak mengganggu pengendara.
- Sejarah Kerajinan Perak di Koto Gadang, Terkenal sejak Zaman Penjajahan Belanda
- Ada Jejak Peninggalan Belanda dan Tempat Pelestarian Penyu, Intip Pesona Pulau Pandan di Kota Padang
- Lebong Tandai, Desa Kecil di Bengkulu Penyumbang Emas Tugu Monas dan Dikuras Habis oleh Penjajah
- Sejarah Pesanggrahan Menumbing, Saksi Bisu Pengasingan Tokoh Nasional dan Perjanjian Roem-Royen
Selain itu, pohon asam juga memiliki filosofi yang kental dengan masyarakat Indonesia. Bagaimana uraian lengkapnya? Simak ulasannya sebagai berikut.
Pohon Asam Sebagai Peneduh Jalan
Mengutip dari artikel Jurnal Universitas Trunojoyo, Pemerintah kolonial Belanda memilih pohon asam (Tamarindus indica) sebagai pohon peneduh di sepanjang jalan utama di Indonesia karena berbagai keunggulan yang sesuai dengan lingkungan tropis.
Pohon ini memiliki daun kecil, kanopi yang rimbun, serta akar dan ranting yang kuat. Daun kecilnya tidak mudah gugur, sehingga meminimalkan sampah di jalan. Selain itu, akar dan batang yang kokoh membuatnya tahan terhadap angin kencang serta guncangan lalu lintas.
Pohon ini juga tidak akan merusak infrastruktur jalan, sehingga cocok untuk lingkungan perkotaan dan jalur lalu lintas padat. Berbeda dengan beberapa pohon yang akarnya bisa merusak jalan.
Nilai Tambah dari Buah dan Estetika Pohon Asam
Selain sebagai peneduh, pohon asam memberikan nilai tambah dari sisi estetika dan manfaat buahnya. Bentuk pohonnya yang rimbun memberikan keteduhan dan tampilan yang estetis, sehingga mempercantik pemandangan di sepanjang jalan.
Buah asam, meskipun tidak selalu dikonsumsi langsung, bermanfaat sebagai bahan masakan dan obat tradisional. Kandungan asam yang tinggi dalam buah ini jarang membuatnya diperebutkan, sehingga tidak mengganggu pengguna jalan di bawahnya jika jatuh.
Dalam sejarahnya, buah ini juga mudah diakses oleh para tentara kolonial yang lewat, menyediakan sumber makanan segar yang praktis. Pohon asam terbukti menjadi pilihan tepat bagi kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan peneduh yang fungsional, tahan lama, dan estetis.
Filosofi Pohon Asam
Pohon asam dalam Bahasa Jawa berasal dari kata nengsem atau nengsemake yang artinya menyenangkan. Daunnya yang lebar juga disebut sebagai sinom memiliki makna muda. Pohon asam identik dengan masa muda yang menyenangkan.
Dalam cerita pewayangan, kayu pohon asam biasanya digunakan sebagai bahan untuk membuat tusuk konde Werkudara atau Bima. Penggunaan tusuk konde dari kayu asam sehingga menjadi simbol bahwa sifat Werkudara adalah menyenangkan.
Pesan yang tersirat dari filosofis dari tumbuhan asam jawa dapat mengingatkan agar selalu menunjukkan perilaku yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari, selalu melakukan kebaikan, dan menjauhi kebiasaan buruk.