Nasib Mengerikan Dokter & Tenaga Medis Palestina yang Dipenjara Israel, Disiksa-Diperkosa di 'Neraka' Hingga Tewas
Banyak dokter dan tenaga medis Palestina jadi korban penyiksaan brutal Israel saat dipenjara.
Perlakuan buruk dialami oleh para petugas medis Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Salah satu kisah penyiksaan di penjara Israel dialami dokter paling terkemuka di Gaza bernama Adnan Al-Bursh.
- Kisah Pilu Dokter Spesialis Jantung Palestina, 175 Anggota Keluarganya Dibunuh Israel Selama Perang Genosida di Gaza
- Kesaksian Dokter atas Kebiadaban Israel di Gaza: 500 Korban dalam 25 Menit
- Sosok 2 Dokter Indonesia Pulang ke Tanah Air Usai Jadi Relawan di Gaza, Kesaksiannya soal Kekuatan Rakyat Palestina Bikin Takjub
- Dokter Palestina: Tentara Israel Abaikan Bayi di Rumah Sakit Sampai Meninggal dan Membusuk
Al-Bursh dikenal sebagai pria karismatik berusia 49 tahun sebelum akhirnya meregang nyawa usai disiksa tentara Israel.
Kisahnya dibagikan oleh Al-Jazeera beberapa waktu lalu saat para tahanan Palestina menjadi saksi saat sang dokter tewas di penjara.
Menurut keterangan dari organisasi hak asasi manusia Israel HaMoked, penjaga Penjara Ofer menyeret Al-Bursh dan membuangnya di halaman penjara dengan keadaan telanjang dari pinggang ke bawah. Bahkan mereka membuat Al-Bursh berdarah dan tidak berdaya.
Beberapa tahanan lainnya yang melihat kekejaman itu lantas membawa Al-Bursh ke ruangan terdekat, hingga meninggal tak lama setelahnya.
Ditangkap Israel saat Bertugas
Adnan Al-Bursh dikenal sering merekam kesehariannya sebagai tenaga medis saat membantu warga Gaza yang menjadi korban kebrutalan Israel.
Banyak video yang direkamnya memperlihatkan kesibukannya bersama rekan sejawat saat menggali kuburan massal di halaman al-Shifa untuk menguburkan orang karena Israel tidak mengizinkan jenazah mereka dibawa ke pemakaman.
Sang dokter juga sering mengoperasi orang yang terluka dan sekarat dengan sedikit atau tanpa peralatan, dan menunggu bersama untuk jenazah.
Penangkapan sang dokter pun terjadi pada pertengahan November. Detik-detik penangkapannya juga sempat terekam kamera Al-Bursh.
Saat itu, tentara Israel memerintahkan al-Shifa, pasiennya, stafnya, dan sekitar 50.000 pengungsi yang berlindung di kompleks tersebut untuk mengungsi.
Al-Bursh lalu pergi ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara tempat dia bekerja.
Di tempat itu ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam sistem penjara yang oleh organisasi hak asasi manusia Israel B’Tselem digambarkan sebagai 'Neraka'.
Menurut pernyataan yang diberikan kepada Sky News Inggris oleh militer Israel, Al-Bursh dibawa dari Al-Awda ke Sde Teiman.
Sekitar seperempat dari 100 atau lebih tahanan di Sde Teiman adalah petugas kesehatan, demikian perkiraan Dr Khalid Hamouda, seorang narapidana lainnya.
Israel Rutin Tangkap Petugas Medis
Menurut laporan dari berbagai sumber, militer Israel sering menangkap petugas kesehatan seperti Al-Bursh, dan menahan mereka dalam kondisi yang mengerikan dengan dalih 'penyelidikan'.
Dokter untuk Hak Asasi Manusia Tahanan Israel, Naji Abbas menjelaskan kondisi nyata para tenaga medis saat menjadi korban 'penyelidikan'.
“Sebagian besar dokter dan perawat (yang ditahan oleh Israel yang berbicara dengan PHRI) melaporkan bahwa penyelidikan tersebut hanya memancing informasi, namun mereka tidak dituduh (atas) tuduhan apa pun,” ucap Naji Abbas.
Dia menambahkan bahwa saat mengunjungi mereka, para tahanan tenaga medis itu digantung keputusannya tanpa dakwaan apapun.
“Pengacara kami mengunjungi puluhan petugas layanan kesehatan yang [masih] berada di tahanan Israel selama berbulan-bulan tanpa dakwaan atau menjalani persidangan yang adil, kebanyakan dari mereka tidak pernah menemui pengacara,” tambahnya.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan bahwa Israel telah menahan setidaknya 310 petugas kesehatan Palestina sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023.
Selama di penjara, para tenaga medis mendapat pelecehan dan perlakuan kejam termasuk penggunaan posisi stres, tidak memberikan makanan dan air, serta kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan.
Dipenjara di 'Neraka'
Laporan mengenai penyiksaan dan penganiayaan yang meluas terhadap tahanan Palestina di penjara-penjara Israel sudah ada sejak lama.
Laporan dari Al Jazeera pelanggaran HAM meningkat usai penunjukan Itamar Ben-Gvir sebagai menteri keamanan nasional pada tahun 2022.
Selain itu ledakan penganiayaan terhadap tahanan terjadi usai perang Israel di Gaza pecah pada Oktober 2023.
“Mereka tidak peduli apakah Anda berasal dari Gaza atau Yerusalem, apakah Anda seorang dokter atau buruh – jika Anda orang Palestina, Anda adalah musuhnya,” Shai Parness dari organisasi hak asasi manusia Israel B'Tselem dikatakan.
Milena Ansari dari Human Rights Watch (HRW) mengatakan, laporannya pada bulan Agustus tentang penahanan sewenang-wenang dan penyiksaan terhadap petugas layanan kesehatan mendokumentasikan masalah tersebut.
“Ini bukan hanya kekerasan, penghinaan dan pelecehan seksual, tapi segalanya,” kata Ansari.
“Kekerasan fisik dan seksual adalah hal biasa. Di antara mereka yang mengalami kekerasan fisik, cedera di sekitar kepala, bahu dan, pada kasus laki-laki, di antara kaki dan bokong merupakan kejadian yang cukup umum terjadi,” tambahnya.
Dia mencontohkan staf paramedis yang menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan tahanan lain yang mengalami pendarahan di anusnya.
Dia menggambarkan bagaimana tiga penjaga Israel bergantian memperkosanya dengan senapan M16 mereka.