Potret Para Raja & Ratu Zaman Majapahit Versi AI, Penuh Wibawa
Kerajaan Majapahit dianggap sebagai monarki terbesar dalam sejarah Indonesia. Karenanya, kerjaan ini melahirkan para Raja dan Ratu dari generasi ke generasi.
Kerajaan Majapahit dianggap sebagai monarki terbesar dalam sejarah Indonesia. Karenanya, kerjaan ini melahirkan para Raja dan Ratu dari generasi ke generasi.
Potret Para Raja & Ratu Zaman Majapahit Versi AI, Penuh Wibawa
Sejarah Nusantara memang begitu asyik untuk dibahas. Khususnya mengenai Kerajaan Majapahit. Kemaharajaan ini berdiri sekitar tahun 1293–1527 M yang berpusat di Provinsi Jawa Timur.
Menariknya, Kerajaan Majapahit dianggap sebagai monarki terbesar dalam sejarah Indonesia. Kerajaan ini juga sebagai kemaharajaan Hindu-Budha terakhir yang menguasai Nusantara.
Karena memiliki sistem pemerintahan monarki, Kerajaan Majapahit pun lantas melahirkan para Raja dan Ratu dari generasi ke generasi. Melansir dari akun Instagram yofangga, Jumat (22/6), berikut potret para Raja dan Ratu Zaman Majapahit versi teknologi Artificial Intelligence (AI).
- Ganjar: Betapa Bahagianya Rakyat bila Pemerintah Ketika Dikritik Tidak Baperan
- Ini Makanan yang Disantap Raja Majapahit saat Pesta di Era Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada
- Gua Ini Dibangun Warga Biasa Sebelum Era Kerajaan Majapahit, Tak Sembarang Orang Bisa Masuk
- Tegas dan Keras, Zaman Kerajaan Majapahit Terapkan Hukuman Mati bagi Orang Selingkuh
Raden Wiyaja atau Dyah Wijaya merupakan Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit. Raden Wiyaja memerintah pada tahun 1293-1309. Beliau memiliki gelar Sri Kertarajasa Jayawardana, atau lengkapnya Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.
Jayanagara merupakan maharaja kedua di Kerajaan Majapahit. Raja yang lahir pada tahun 1294 ini memerintah pada tahun 1309-1328. Beliau memiliki gelar abhiseka Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara. Menurut Pararaton, nama asli Jayanagara yaitu Kalagemet putra Wijaya dan Dara Petak.
Tribhuwana Wijayatunggadewi atau Dyah Gitarja merupakan penguasa ketiga Kerajaan Majapahit. Rajaputri atau Ratu Majapahit ini memerintah dari tahun 1328-1351. Beliau merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri sekaligus adik tiri Prabu Jayanegara.
Hayam Wuruk adalah maharaja ke empat Kerajaan Majapahit. Beliau memerintah dari tahun 1350-1389. Hayam Wuruk memiliki gelar Maharaja Sri Rājasanagara. Beliau merupakan putra dari Tribhuwana Tunggadewi dengan Sri Kertawardhana alias Cakradhara yang berkedudukan sebagai penguasa Tumapel.
Wikramawardhana atau Gagak Sali adalah maharaja kelima Kerajaan Majapahit. Wikramawardhana berkuasa dari tahun 1389-1429. Di mana beliau memerintah berdampingan dengan istri sekaligus sepupunya yakni Kusumawardhani putri Hayam Wuruk. Wikramawardhana sendiri adalah putra dari Dyah Nertaja, adik Hayam Wuruk. Sedangkan, ayahnya merupakan Raden Sumana yang menjabat sebagai Bhre Paguhan.
Prabu Sri Suhita atau dalam ejaan China 'Su King Ta' merupakan maharani Kerajaan Majapahit yang ke enam. Suhita berkuasa dari tahun 1429-1447 bersama dengan sang suami yaitu Aji Ratnapangkaja. Kitab Pararaton tidak menyebut secara jelas nama ibu Suhita. Di mana sang ibu bernama Surawardhani alias Bhre Kahuripan merupakan adik Wikramawardhana.
Kertawijaya atau Dyah Kertawijaya merupakan maharaja ke tujuh Kerajaan Majapahit. Beliau memerintah dari tahun 1447-1451. Menurut Pararaton, Kertawijaya merupakan putra dari Wikramawardhana dengan seorang selir. Kertawijaya naik takhta menggantikan Suhita tahun 1447.
Rajasawardhana atau Rajasawardhana Dyah Wijayakumara merupakan maharaja ke delapan Kerajaan Majapahit. Nama Rajasawardhana dalam sejarah Kemaharajaan Majapahit sendiri merujuk pada dua orang. Pertama yaitu Raja Majapahit yang memerintah tahun 1451-1453 dengan gelar Rajasawardhana Sang Sinagara. Kedua adalah penguasa Matahun atau Bhre Matahun pada pemerintahan Hayam Wuruk.
Girishawardhana atau Girishawardhana Dyah Suryawikrama merupakan maharaja Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 1456-1466. Dalam Pararaton, Ia dianggap identik dengan Bhra Hyang Purwawisesa atau Girishawardhana Dyah Suryawikrama.