Serbuan Kilat RPKAD Rebut Kantor RRI dari Tangan PKI Cuma butuh 20 Menit
Upaya propaganda yang dilancarkan simpatisan PKI di Tanah Air melalui udara tersebut berhasil digagalkan oleh Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) di bawah komando Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
Tragedi G30S/PKI akan selalu menjadi bagian sejarah dari Bangsa Indonesia. Aksi kelompok di bawah komando Letkol Untung Sjamsuri pada tahun 1965 tersebut menyisakan banyak luka mendalam bagi Ibu Pertiwi.
Tak hanya melancarkan aksi penculikan ke sejumlah pimpinan TNI Angkatan Darat pada dini hari 1 Oktober 1965, pasukan G30S/PKI juga melakukan upaya propaganda. Hal ini tak lain bertujuan untuk melengserkan rezim dengan jalan kudeta yang kotor.
-
Kapan peristiwa G30S/PKI terjadi? Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa Indonesia.
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
-
Kapan pasukan G30S dikalahkan? Gerakan 30 September langsung ditumpas habis sehari usai mereka menculik dan menghabisi para Jenderal Angkatan Darat.
-
Apa tujuan utama dari peristiwa G30S PKI? Terdapat latar belakang dan tujuan tertentu yang berada di balik sejarah G30S PKI yang kelam ini. G30S PKI dilakukan bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu.
-
Mengapa Soebandrio dianggap terlibat dalam G30S/PKI? Bagi AD, Soebandrio dianggap terlibat PKI, atau setidaknya memberi angin terjadinya G30S.
-
Apa yang membuat pasukan G30S/PKI di Semarang kocar-kacir? Gerakan Tank dan Panser TNI AD ini Meruntuhkan Moril Pasukan Yang Dipengaruhi Kolonel Sahirman Banyak pasukan yang awalnya mendukung Dewan Revolusi memilih meninggalkan pos mereka tanpa perlawanan. Begitu juga pasukan yang disiapkan untuk menjaga Makodam Diponegoro. Mereka mundur tanpa perlawanan sama sekali.
Namun, upaya propaganda yang dilancarkan simpatisan PKI di Tanah Air tersebut berhasil digagalkan oleh Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) di bawah komando Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
Saat upaya tersebut dilancarkan, rupanya terdapat kisah yang cukup menggelitik yang tak banyak diketahui publik. Berikut ulasan selengkapnya.
Rebut RRI Usai Insiden Penculikan
Usai berhasil menyandera para pimpinan TNI AD, serangkaian upaya getol dari pasukan G30S/PKI untuk merebut kekuasaan elite negara mulai dilancarkan. Salah satunya yakni dengan merebut RRI untuk menyebarkan propaganda melalui pasukan ‘Divisi Ampera’
Hal ini dilakukan lantaran RRI pada waktu itu merupakan salah satu media yang dianggap paling strategis untuk memberikan doktrin kepada masyarakat Indonesia mengenai komunisme sekaligus membentuk ‘Dewan Revolusi’. Sebab, radio merupakan saran informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Serangan 20 Menit
Mendengar kabar tersebut, Panglima Kostrad Mayjen Soeharto seketika memerintahkan komandan RPKAD, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo untuk bergerak cepat merebut RRI. Propaganda Untung dkk harus segera dibungkam secepatnya.
©koleksi foto repro museum pancasila sakti
"Berapa lama waktu yang dibutuhkan?" tanya Soeharto.
"20 menit Pak," jawab Sarwo Edhie.
Pasukan RPKAD Gesit Babat Habis
1 Oktober 1965 senja, pasukan baret merah mulai melaju ke RRI dengan berjalan kaki. Kolonel Sarwo Edhie menunjuk Letda Sintong Panjaitan sebagai komandan pasukan yang terbagi menjadi tiga. Dari mulai bergerak lurus, mengitari bagian selatan, hingga utara Monas.
©buku sejarah tni
Saat tiba di gerbang, pasukan RPKAD mengintai keadaan di luar RRI dan menemukan sejumlah orang yang tengah berjaga di depan. Pasukan tersebut selanjutnya diketahui dari Pemuda Rakyat, organisasi underbouw PKI yang rupanya telah angkat kaki terlebih dahulu.
Tanpa Perlawanan
Salah satu pleton yang bergerak untuk merebut gedung RRI mulai melancarkan strategi. Sejumlah prajurit terdengar melepaskan tiga kali tembakan. Hal ini ternyata efektif untuk mengusir pasukan illegal tersebut dari RRI. Sebab, mereka langsung lari tunggang langgang dan meninggalkan tugasnya.
©Youtube
Hasilnya, mereka pun tampak menyerah tanpa perlawanan. Usai dirasa aman, prajurit elite ini pun lantas memasuki gedung dan memeriksa ruangan per bagian. Letda Sintong secara langsung melaporkan kondisi dan situasi yang dirasa telah aman tersebut kepada Lettu Feisal Tanjung.
Kisah Menggelitik
Dikutip dari buku ‘Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando’ karya Hendro Subroto yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia, meski RRI telah berhasil dikosongkan, namun propaganda PKI masih jelas terdengar di dalam gedung RRI. Kolonel Sarwo Edhie pun tak percaya mendengar laporan tersebut.
"Apa? RRI sudah diduduki? Coba kamu periksa seluruh ruangan dulu. Itu aktivitas mereka masih di dalam!" tegas Sarwo Edhie.
©buku achmad yani tumbal revolusi/amelia a.yani
Sontak saja, perintah tersebut membuat Sintong kebingungan. Ia pun lantas memeriksa kembali hingga tak menemukan suatu hal yang berarti. Tak lama kemudian, ia menyadari bahwa propaganda tersebut berasal dari tape recorder. Hal ini pun membuat Sintong disindir dengan candaan yang menggelitik.
"Ah kampungan kamu. Masak kamu tidak tahu kalau siaran G30S/PKI itu berasal dari tape recorder?" ucap salah seorang perwira senior.
"Ya, tadi saya mendapat perintah untuk menangkap orangnya," jawabnya sembari tertawa.