Sudah Sepakat Gencatan Senjata dengan Hamas, Israel Masih Bombardir Gaza Hingga Puluhan Warga Wafat
Israel rupanya masih bmemombardir Gaza hingga puluhan warga wafat saat sudah adanya kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
Hamas dan Israel telah menyetujui gencatan senjata usai lebih dari 460 hari atau 15 bulan genosida terjadi di Gaza. Pada konferensi pers di Doha, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata ini akan berlaku mulai dari Minggu. Ia menambahkan, para negosiator bekerja sama dengan Israel dan Hamas untuk melaksakan kesepakatan ini.
"Kesepakatan ini akan menghentikan pertempuran di Gaza, meningkatkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan warga sipil Palestina, dan menyatukan kembali para sandera dengan keluarga mereka setelah lebih dari 15 bulan ditawan," ujar Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Washington.
- Hamas Rekrut Ribuan Pejuang Baru di Gaza, Pasukan Penjajah Israel Makin Terpojok dan Banyak Menderita Stres
- Hamas Tanggapi Gencatan Senjata Israel-Hizbullah, Nyatakan Siap Damai di Gaza
- Mengerikan, Israel Pakai Bom 'Melelehkan' Tubuh Warga Gaza yang Wafat di Pengungsian Al-Mawasi
- Hamas Tegaskan Jika Israel Tak Angkat Kaki dari Gaza, Maka Tak Ada Kesepakatan Gencatan Senjata
Akan tetapi, serangan udara Israel nyatanya masih terus berlanjut pada Rabu malam di Gaza meskipun sudah ada kesepakatan gencatan senjata. Bahkan, serangan tersebut mengakibatkan puluhan warga Gaza meninggal dunia.
Lantas bagaimana informasi selengkapnya? Melansir dari Reuters, Kamis (16/1), simak ulasan informasinya berikut ini.
Hamas dan Israel Sepakat Genjatan Senjata di Gaza
Setelah perang selama 15 bulan di Gaza, Hamas dan Israel mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata. Pakta ini merupakan hasil dari negosiasi berliku-liku selama berbulan-bulan yang dilakukan oleh mediator Mesir dan Qatar, dengan dukungan Amerika Serikat dan terjadi menjelang pelantikan presiden Trump pada hari Senin.
Kesepakatan gencatan senjata ini nantinya juga mencakup pembebasan tahanan atau sandera yang telah ditahan. Dilansir dari Al Jazeera, sekitar 30 orang tawanan Israel yang ditangkap selama serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023 akan dibebaskan. Termasuk wanita, anak-anak dan warga sipil berusia di atas 50 tahun.
Sebagai gantinya, Israel juga akan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina. Termasuk tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup. Tercatat, di antara warga Palestina yang dibebaskan terdapat sekitar 1000 orang yang ditahan setelah 7 Oktober 2023.
Dijelaskan, Israel nantinya juga akan menarik pasukannya secara bertahap dari Jalur Gaza di tahap pertama atau enam minggu pertama gencatan senjata. Israel juga akan mengizinkan warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di wilayah utara yang terkepung.
Isi Kesepakatan Gencatan Senjata
Pihaknya juga akan mengizinkan warga Palestina yang terluka untuk meninggalkan Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan, dan membuka penyeberangan Rafah dengan Mesir tujuh hari setelah dimulainya pelaksanaan tahap pertama.
Selain itu, Israel juga memberikan akses lebih luas untuk pengiriman bantuan ke Gaza, Palestina. Dikatakan Israel mengizinkan lonjakan bantuan hingga 600 truk per hari.
Lebih lanjut, PBB maupun Komite Palang Merah Internasional mengatakan tengah bersiap untuk meningkatkan operasi bantuan mereka secara besar-besaran. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan bahwa prioritas sekarang adalah meringankan penderitaan luar biasa yang disebabkan oleh genosida ini.
Seorang pejabat Israel mengatakan bahwa penerimaan negaranya atas kesepakatan gencatan senjata tidak akan resmi sampai disetujui oleh kabinet keamanan dan pemerintah negaranya. Di mana pemungutan suara dijadwalkan pada hari ini, Kamis (16/1).
Kesepakatan itu diharapkan akan disetujui meskipun ada tentangan dari beberapa garis keras dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang mengulangi kecamannya terhadap perjanjian itu pada hari Rabu.
Netanyahu menelepon Biden dan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka dan mengatakan dia akan segera mengunjungi Washington, kata kantornya. Dalam pernyataan media sosial yang mengumumkan gencatan senjata, Hamas menyebut pakta itu "sebuah pencapaian bagi rakyat kami" dan "titik balik".
Warga Palestina & Keluarga Israel Bahagia atas Kesepakatan Gencatan Senjata
Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan perundingan tersebut mengatakan para mediator berusaha agar kedua belah pihak menghentikan permusuhan sebelum gencatan senjata dimulai pada Minggu. Menanggapi berita tentang kesepakatan gencatan senjata, warga Palestina merayakannya di jalan-jalan Gaza, tempat mereka menghadapi kekurangan makanan, air, tempat tinggal dan bahan bakar yang parah.
Di Khan Younis, kerumunan orang memadati jalan-jalan sembari bersorak, melambaikan bendera Palestina dan menari di tengah suara klakson.
"Saya bahagia. Ya, saya menangis, tetapi itu adalah air mata kebahagiaan," kata Ghada, seorang ibu lima anak yang mengungsi.
Di Tel Aviv, keluarga sandera Israel dan teman-teman mereka turut bersukacita mendengar berita tersebut.
"Kegembiraan dan kelegaan yang luar biasa (tentang) kesepakatan untuk membawa pulang orang-orang yang kami cintai," ujar mereka dalam sebuah pernyataan.
Israel Masih Bombardir Gaza Hingga Puluhan Warga Wafat
Namun siapa sangka di tengah kesepakatan gencatan senjata, militer Israel masih terus membombardir Gaza. Warga mengatakan bahwa serangan udara Israel masih terus berlanjut pada Rabu malam di Gaza.
Mirisnya, petugas media mengatakan serangan yang diluncurkan di Kota Gaza dan Gaza Utara ini menewaskan sedikitnya 32 orang.
Tentu saja ini menambah daftar warga sipil yang tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu. Menurut Kementerian kesehatan Gazat, perang udara dan darat Israel di Gaza tercatat telah menewaskan lebih dari 46.000 orang. Termasuk banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak.
Sementara itu, ratusan ribu warga Gaza lainnya mengungsi dan berjuang melewati musim dingin di tenda-tenda penampungan sementara.