Sejarah Glodok Plaza, Dulu Dikenal Angker dan 'Sumber Kematian'
Diresmikan pada tahun 1977 sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia, Glodok Plaza sebelumnya dikenal sebagai lokasi yang angker.
Kebakaran besar terjadi di gedung Glodok Plaza, yang terletak di Tamansari, Jakarta Barat, pada malam hari Rabu, 15 Januari 2025. Hingga pagi hari, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta melaporkan bahwa mereka telah mengerahkan 45 unit pemadam, yang terdiri dari 29 unit dari Jakarta Barat, 6 unit dari Jakarta Pusat, 4 unit dari Jakarta Utara, serta masing-masing 1 unit dari Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Kebakaran yang diduga berasal dari sebuah diskotek di lantai 7 gedung tersebut telah berlangsung selama 10 jam.
Glodok Plaza tidak hanya dikenal sebagai pusat elektronik di Jakarta, tetapi juga memiliki sejarah yang unik. Menurut informasi yang dikutip dari laman glodokplaza.com, merdeka.com, dan akun Facebook Perpustakaan Nasional pada Kamis (16/1/2025), gedung ini diresmikan pada Juni 1977 sebagai pionir pusat perbelanjaan modern di Indonesia.
-
Apa penyebab kebakaran? 'Dugaan penyebab korsleting listrik pada kulkas,' kata Huda dalam keterangannya, Sabtu (30/3).
-
Dimana peristiwa kebakaran terjadi? Peristiwa tersebut terjadi di ibu kota Kerajaan K'anwitznal dekat lokasi pemakaman.
-
Dimana kebakaran pasar terjadi? Pada Selasa (9/1) pukul 14.00, Pasar Ngawen Blora mengalami kebakaran hebat.
-
Di mana kebakaran hebat terjadi di Jakarta pada masa kolonial? Salah satu momen penerapan kredit rumah terjadi pada 1917, setelah terjadi bencana kebakaran hebat di wilayah Kramat Kwintang.
-
Dimana kebakaran terjadi? Sebuah bangunan rumah dua tingkat yang berada di Jalan Kebagusan Raya, RT. 004, RW.04, Nomor 5, Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
-
Mengapa Pasar Ngawen Blora terbakar? Dugaan sementara, kebakaran terjadi akibat lilin yang menyala di salah satu kios sembako lupa dimatikan pemiliknya.
Glodok Plaza yang memiliki enam lantai ini menjadi tempat bagi para pedagang dan berbagai jenis usaha, khususnya yang bergerak di bidang alat-alat elektronik.
Namun, sebelum menjadi pusat perbelanjaan, Glodok Plaza merupakan bangunan yang dikenal angker karena dulunya adalah bekas Lembaga Pemasyarakatan Khusus (LPK).
Sebelum Indonesia merdeka, gedung ini digunakan untuk menahan narapidana, terutama mereka yang dijatuhi hukuman mati. Penjara yang didirikan pada tahun 1743 ini awalnya hanya menampung warga Tionghoa yang memberontak.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pemberontakan di berbagai daerah, termasuk di luar Jawa, penjara yang sebelumnya dikenal sebagai Strafinrichting Glodok ini mulai menampung tahanan dari pulau-pulau lain.
Para tahanan di penjara ini menjalani beragam hukuman, mulai dari penahanan ringan hingga penyiksaan oleh tentara Belanda yang menganggap mereka tidak patuh.
Dengan fungsinya sebagai tempat penampungan pelaku kejahatan, penjara Strafinrichting Glodok menjadi dikenal sebagai 'sumber' kematian karena kondisi tempat yang sangat tidak layak.
Ruangan yang padat dan kumuh menjadikan penjara tersebut sebagai pusat penularan berbagai penyakit, termasuk disentri. Bahkan, kebutuhan makan para tahanan tidak dipenuhi dengan baik oleh petugas penjara, yang menyebabkan banyak dari mereka meninggal karena kelaparan.
Dari Lembaga Pemasyarakatan Jadi Pusat Belanja
Keberadaan kakus atau toilet yang terletak di dalam ruangan, sementara sumur air berada di luar bangunan sel, semakin memperburuk kondisi sanitasi di lokasi tersebut.
Ditambah lagi, suara tembakan yang sering terdengar dari halaman belakang menjadi pertanda akan kematian para tahanan yang dieksekusi oleh tentara penjajah.
Pada tahun 1940-an, Mohammad Hatta, yang dikenal sebagai Bung Hatta dan merupakan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, pernah ditahan di Penjara Glodok.
Pada masa itu, beliau dipenjara selama sepuluh bulan oleh pihak Belanda. Ini menjadi titik awal kehidupannya di balik jeruji besi sebelum akhirnya diasingkan ke Boven Digul dan kemudian dipindahkan ke Pulau Banda Neira.
Setelah Indonesia merdeka, fungsi penjara ini berubah menjadi tempat penahanan. Pada dekade 1960-an, Penjara Glodok masih digunakan untuk menahan individu-individu yang dianggap tidak nasionalis dan berorientasi Barat.
Di tengah situasi tersebut, band legendaris Indonesia, Koes Plus, yang pada saat itu masih dikenal dengan nama Koes Bersaudara, juga mengalami hal serupa. Yon Koeswoyo, vokalis utama band tersebut, ditangkap oleh rezim Sukarno pada tahun 1965 dan dipenjarakan di LPK Glodok karena dianggap memainkan musik Barat yang terpengaruh oleh The Beatles.
Pada waktu itu, Indonesia berada dalam kedekatan dengan Uni Soviet dan China, dua negara komunis yang berseteru dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat. Setelah tiga bulan mendekam di penjara bersama anggota band lainnya, yaitu Tony, Nomo, dan Yok Koeswoyo, mereka akhirnya dibebaskan tiga hari sebelum peristiwa G30-S PKI terjadi.
Toko Elektronik Terbesar dan Terkenal
Di era modern ini, cerita kelam mengenai Penjara Glodok seolah telah pudar dari ingatan. Sejak tahun 1977, LPK Glodok mengalami perubahan fungsi menjadi area perbelanjaan dengan Plaza Glodok sebagai ikon utamanya.
Pada waktu itu, penjara tersebut dinilai sudah tidak layak untuk digunakan, sehingga dijual kepada investor dengan harga yang kabarnya mencapai Rp560 juta.
Sekitar lima ratus tahanan pun dipindahkan ke Lapas Cipinang. Antara tahun 1980 hingga 1990-an, Plaza Glodok berhasil menjadi salah satu pusat perbelanjaan terkemuka, khususnya di bidang elektronik dan peralatan rumah tangga.
Keberhasilan lokasi ini bukan tanpa alasan. Posisi yang strategis serta ragam barang berkualitas dengan harga terjangkau menjadikan tempat ini sangat diminati oleh pengunjung dari berbagai daerah.
Saat ini, kawasan pertokoan di Glodok masih aktif dengan menawarkan berbagai jenis makanan, kebutuhan elektronik, serta perlengkapan kesehatan.
Namun, saat ini Plaza Glodok sedang menghadapi bencana kebakaran yang masih dalam proses pemadaman. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Satriadi Gunawan, mengungkapkan bahwa sejumlah orang yang terjebak dalam kebakaran di Gedung Glodok Plaza, Tamansari, Jakarta Barat, pada Rabu malam, telah berhasil dievakuasi oleh petugas Palang Merah Indonesia (PMI).
Cara Memadamkan Kebakaran di Glodok Plaza
Satriadi mengonfirmasi bahwa ada sembilan orang yang terjebak, terdiri dari delapan pria dan satu wanita. Mereka telah dievakuasi menggunakan ambulans PMI untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
"Iya, betul (delapan laki-laki dan satu perempuan). Jadi sudah di PMI, sudah dievakuasi, di ambulans," ungkap Satriadi di lokasi kejadian pada Kamis, 16 Januari 2025, seperti dilansir dari Kamal News Liputan6.com.
Menurut Satriadi, hingga saat ini, ia belum mendapatkan informasi mengenai adanya korban luka atau jiwa, termasuk petugas yang mungkin cedera selama proses evakuasi dan pemadaman kebakaran.
Petugas pemadam kebakaran terus berupaya untuk mengendalikan api yang berkobar di lantai tujuh, delapan, dan sembilan agar tidak menyebar ke lantai enam serta lantai-lantai lainnya.
Satriadi menjelaskan bahwa dua strategi diterapkan untuk memadamkan api. Strategi pertama dilakukan dari luar gedung dengan memanfaatkan tiga unit fire stick dan satu unit bronco skylight.
Sementara itu, strategi kedua melibatkan tim pemadam kebakaran yang memasuki gedung dengan menggunakan alat bantu pernapasan dan perlengkapan APD lengkap untuk melakukan pemadaman dari dalam gedung.