Tanpa Disadari Menguap Ternyata Bisa Menular, Ini Penyebabnya
Banyak orang tidak menyadari bahwa ketika berada di dekat orang yang menguap, akan cenderung ikut menguap.
Menguap adalah fenomena yang umum terjadi ketika seseorang merasa mengantuk. Namun, apakah Anda tahu bahwa menguap juga dapat menular? Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa ketika berada di dekat orang yang sedang menguap, kita sering kali ikut merasakan dorongan untuk menguap juga. Pertanyaannya, mengapa fenomena ini bisa terjadi?
Melansir dari Shared, pada Kamis (31/10), sebuah studi menarik yang dilakukan oleh psikolog di Universitas Leeds, Inggris, berusaha untuk membuktikan hal ini. Mereka mengundang 80 mahasiswa terdiri dari 40 mahasiswa psikologi dan 40 mahasiswa tekni untuk berpartisipasi dalam eksperimen tersebut.
-
Apa yang diluncurkan oleh Mendag? "Bentuk inovasi kebijakan di bidang perdagangan Aset Kripto adalah pembentukan ekosistem kelembagaan. Dengan ekosistem yang lengkap, masyarakat akan merasa aman berinvestasi sehingga industri perdagangan Aset Kripto memberikan manfaat bagi perekonomian nasional".
-
Apa itu Menong? Bentuknya yang unik dan penuh filosofis, membuat hasil kreasi lokal tersebut banyak diminati di pasaran. Yuk kenalan lebih dekat dengan sosok Menong, suvenir berwujud boneka perempuan khas Puwakarta.
-
Kapan Gege meninggal? Joe atau Juhana Sutisna dari P Project mengalami duka atas meninggalnya putra kesayangannya, Edge Thariq alias Gege, pada pertengahan Mei 2024.
-
Kapan Tollund Man meninggal? Faktanya, para ilmuwan meyakini dia dibunuh antara tahun 405 dan 380 SM.
-
Kapan sagu mutiara dianggap matang? Setelah direbus selama sekitar tujuh menit, kompor dimatikan, Diamkan sagu mutiara sejenak, paling lama satu menit. Setelah itu, sagu mutiara telah matang sempurna dan dapat disajikan.
Setiap peserta diminta untuk memasuki sebuah ruangan secara terpisah. Di dalam ruangan itu, terdapat seorang asisten yang menyamar dan sengaja menguap sebanyak 10 kali. Setelah sesi tersebut selesai, mahasiswa diminta untuk mengikuti tes emosional. Para psikolog menunjukkan 40 gambar mata dan menanyakan emosi mereka rasakan terhadap gambar-gambar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana interaksi sosial dan respons emosional dapat dipengaruhi oleh perilaku sederhana seperti menguap.
Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan di Universitas Leeds mengungkapkan temuan menarik mengenai hubungan antara perilaku menguap dan tingkat empati seseorang. Dalam studi tersebut, mahasiswa psikologi terpantau menguap rata-rata sebanyak 5,5 kali ketika berada di ruang tunggu, serta memperoleh skor 28 dari 40 dalam tes emosional. Sebaliknya, mahasiswa dari jurusan teknik hanya mencatatkan angka 1,5 kali menguap dan meraih nilai 25,5 pada tes yang sama. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan empati dan reaksi terhadap perilaku menguap.
Mahasiswa psikologi yang dilatih untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk memperhatikan perilaku sosial di sekitar mereka, termasuk saat orang lain menguap. Hal ini mencerminkan tuntutan akademis yang mengharuskan mereka untuk memiliki tingkat empati yang lebih tinggi. Di sisi lain, meskipun mahasiswa teknik menunjukkan frekuensi menguap yang lebih rendah, peneliti tetap menilai angka tersebut sebagai signifikan dan sejalan dengan teori yang mereka ajukan. Perbedaan ini muncul karena mahasiswa teknik lebih fokus pada angka dan perhitungan, sehingga mungkin kurang peka terhadap interaksi sosial di lingkungan mereka.
Fenomena Menguap Nular
Fenomena menularnya menguap telah mendapatkan perhatian dari para ahli neurologi. Melalui pemindaian otak, mereka menemukan hubungan yang erat antara menguap dan aktivitas di bagian otak yang bertanggung jawab untuk empati. Hal ini menunjukkan kemampuan untuk memahami serta terhubung dengan emosi orang lain dapat memengaruhi respons kita terhadap perilaku seperti menguap. Empati, yang merupakan kemampuan untuk merasakan dan memahami keadaan emosional orang lain, memiliki peran penting dalam fenomena ini. Meskipun terlihat aneh, penelitian menunjukkan menguap dapat menjadi indikator sejauh mana seseorang dapat terhubung secara emosional dengan orang lain.
Menariknya, hubungan ini membuka kemungkinan untuk mengidentifikasi karakteristik psikopat. Meski membutuhkan penelitian lebih lanjut, terdapat indikasi bahwa orang dengan kecenderungan psikopat memiliki pola pikir yang berbeda dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat empati tinggi. Hal ini menegaskan menguap bukan hanya sekadar perilaku fisik, tetapi juga mencerminkan aspek psikologis dan sosial yang lebih dalam. Dengan demikian, memahami fenomena ini dapat memberikan wawasan baru mengenai interaksi sosial dan kondisi psikologis seseorang.
- Ini Penyebab Mengapa Beberapa Orang Lebih Mudah Digigit Nyamuk Dibanding Orang Lainnya
- Apa Penyebab Jerawat Punggung? Begini Cara Mengatasinya dengan Memilih Sabun yang Tepat
- Penyebab Anak Suka Memukul, Perlu Diwaspadai dan Dihindari Orangtua
- Mengapa Seseorang Bisa Mengalami Cegukan? Ketahui Cara Mengatasinya
Memiliki Tingkat Empati Tinggi
Fenomena menularnya menguap ternyata sangat erat kaitannya dengan tingkat empati yang dimiliki seseorang. Mereka yang memiliki tingkat empati yang tinggi biasanya lebih mudah merasakan dorongan untuk menguap ketika melihat orang lain melakukannya. Namun, hal ini tidak berlaku bagi orang-orang yang memiliki kecenderungan psikopat. Orang dengan karakteristik psikopat sering merasakan empati dengan cara yang berbeda, sehingga mereka cenderung tidak terpengaruh oleh tindakan menguap yang dilakukan oleh orang di sekitarnya.
Meskipun tidak semua orang yang tidak merespons dengan menguap dapat langsung dianggap sebagai psikopat, ketidakmampuan untuk merasakan empati melalui perilaku ini bisa menjadi indikator seseorang memiliki karakteristik berbeda. Namun, perlu diingat bahwa menguap tidak dapat dijadikan satu-satunya acuan untuk menilai kepribadian seseorang. Satu hal yang jelas, jika Anda mudah tertular untuk menguap, hal itu bisa menunjukkan Anda memiliki tingkat empati yang tinggi. Kemampuan untuk merasakan dan terhubung dengan emosi orang lain merupakan hal yang sangat berharga dalam interaksi sosial, dan fenomena menguap ini menambah dimensi menarik dalam pemahaman kita tentang hubungan antar individu.