Ternyata Remaja Gaza yang Terbakar Hidup-Hidup Bersama Ibunya Akibat Tenda Pengungsi Dibom Israel Adalah Hafiz Alquran
Sosok pemuda penghafal Al-Quran di Gaza meninggal dunia usai terbakar hidup-hidup.
Israel melakukan serangan udara dengan menjatuhkan bom ke tenda pengungsi di dekat Rumah Sakit Al Aqsa, Kota Jabalya, Gaza Tengah, pada Senin, 14 Oktober 2024 waktu setempat.
Kobaran api yang berasal dari ledakan bom pun menghanguskan tenda pengungsian hingga membakar hidup-hidup sejumlah warga Gaza yang terjebak dan tak bisa menyelamatkan diri.
- Pemukim Israel Kutip Kitab Suci Saat Ditanya Mengapa Ingin Tinggal di Gaza, Ini Kata Mereka
- Tentara Israel Kubur Hidup-Hidup Anak-Anak Palestina di Gaza, Ajaibnya Salah Satunya Selamat
- Dikata Sakit Jiwa, Tentara Israel Berjoget Ria Usai Bantai Puluhan Anak-anak di Gaza Setiap Hari
- Ditanya Kenapa Tuhan Tak Menolong Gaza Palestina dari Kekejaman Israel, Jawaban Pemuda ini Sungguh Luar Biasa
Video merekam detik-detik kepanikan warga Gaza saat menyaksikan sejumlah orang terbakar dalam keadaan hidup dibagikan melalui akun Instagram @handsdoundation.idn.
"Ya Allah orang-orang terbakar di depan kita teman-teman. Aku bersaksi demi Allah kami tidak bisa melakukan apapun, kami bahkan tidak bisa memadamkan apinya tidak ada air," kata perekam video.
Salah satu video merekam momen pilu saat seorang korban tampak masih berdiri di tengah kobaran api, ramai jadi perbincangan di media sosial. Belakangan, terungkap identitas korban yang meninggal usai terbakar hidup-hidup itu.
Dia adalah Shaban Al-Dalou (19) yang wafat usai gagal menyelamatkan diri dari kobaran api. Shaban meninggal dunia bersama ibunya di tenda pengungsian. Diketahui, jika orang-orang mengenal pemuda tersebut sebagai seorang hafiz atau penghafal Al-Quran.
"Dia (Shaban) menghadal Al-Quran kata demi kata, dan ibunya yakni Alaa Al-Dalou yang juga terbakar hidup-hidup seringkali bercerita tentangnya dan betapa bangganya ia terhadap Shaban," tulis keterangan @handsdoundation.idn (16/10).
Berdasarkan informasi, diketahui jika Shaban merupakan seorang mahasiswa teknik di Universitas Al Azhar. Dia dikenal sebagai seorang mahasiswa yang berprestasi dan pernah meraih IPK mencapai 93,18%.
Shaban disebut sedang berjuang mengumpulkan donasi agar ibu dan keempat adiknya bisa ikut mengungsi ke Mesir. Setelah itu, dia berencana meminta dievakuasi ke Turki untuk belajar bahasa Jerman.
Pemuda berusia 19 tahun itu disebut bercita-cita ingin melanjutkan studinya di Jerman. Namun, harapannya itu pupus ketika tentara zionis Israel mendadak menjatuhkan bom di kamp pengungsian tempat Shaban tinggal sementara.
Kebakaran di Kamp Pengungsian
Serangan yang dilakukan Israel itu menewaskan Shaban dan puluhan orang lainnya yang gagal menyelamatkan diri dari kobaran api.
Militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan militan yang bersembunyi di antara warga sipil, namun tanpa menyertakan bukti.
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel bahkan sering menyerang tempat penampungan pengungsi yang padat, menuduh Hamas memanfaatkan lokasi tersebut sebagai basis untuk persiapan serangan.
Saat serangan udara pagi itu terjadi, api langsung melahap banyak tenda. Beberapa ledakan sekunder terdengar setelah serangan awal, namun tidak segera jelas apakah itu disebabkan oleh senjata atau tangki bahan bakar.
Video yang beredar di media sosial tampak tenda terbakar dan orang-orang berusaha mati-matian untuk memadamkan api. Namun, api gagal dipadamkan karena keterbatasan alat maupun air di lokasi.
Lebih dari satu tahun sejak serangan pertama pada 7 Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 42 ribu jiwa di Gaza, Palestina.