5 Fakta menyedihkan Zimbabwe, uang tak berharga & 25.000 PNS dipecat
Zimbabwe kehabisan uang tunai untuk menggaji PNS.
Zimbabwe menderita krisis ekonomi parah. Runtuhnya perekonomian negara tersebut disebabkan sistem yang tidak sehat. Negara tersebut banyak mengimpor mulai dari air kemasan botol hingga tusuk gigi.
Hal ini tentu saja membuat banyak uang yang kabur ke luar negeri dibanding yang masuk ke dalam.
-
Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di Burundi? Laporan Bank Dunia Empat dari lima orang Burundi hidup dengan kurang dari USD 1,25 per hari atau di bawah Rp20.000 (asumsi kurs Rp15.300) Nilai pendapatan masyarakat Burundi tersebut setara tarif parkir mobil selama 4 jam di pusat perbelanjaan wilayah DKI Jakarta Pekerjaan sebagai Polisi di Burundi juga hanya dibayar senilai USD 14 untuk setiap bulan. Angka ini setara Rp215.000
-
Siapa yang dikabarkan mengalami kesulitan keuangan? Meskipun kabar suami Zaskia Gotik yang sedang mengalami kesulitan keuangan, rumah tangga mereka dengan Sirajuddin semakin harmonis.
-
Kenapa penting untuk membuat anggaran yang ketat dalam menghadapi potensi krisis ekonomi? Mulailah dengan membuat anggaran yang sangat rinci untuk memantau pendapatan dan pengeluaran secara teratur. Identifikasi area di mana Anda dapat mengurangi biaya, seperti langganan yang tidak perlu atau pengeluaran makan di luar.
-
Kapan puncak kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi? Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto menjelaskan secara akumulatif kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30% dari total portofolio kredit, yang puncaknya terjadi sekitar September 2020 dengan nilai lebih dari Rp250 triliun.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Mengapa perekonomian Israel mengalami penurunan yang drastis? Serangan Hizbullah berdampak buruk pada bisnis dan pendidikan lokal di wilayah utara. Puluhan ribu pemukim terpaksa mengungsi. “Tujuan kami untuk menguras perekonomian musuh… telah tercapai,” kata pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada 10 Juli.
"Kita perlu memastikan dan mempertahankan posisi sebagai pengekspor komoditas pertanian dan kebutuhan lain untuk memastikan adanya uang yang masuk," kata ekonom independen, John Robertson beberapa waktu lalu.
Dana Moneter Internasional atau IMF telah mengangkat bendera merah sebagai tanda kesulitan ekonomi di Zimbabwe.
"Kegiatan ekonomi sangat dibatasi oleh kondisi likuiditas yang ketat akibat arus masuk eksternal terbatas dan harga komoditas sangat rendah," kata IMF dalam keterangannya.
Hal ini diperparah karena cuaca yang tidak bersahabat pada masyarakat Zimbabwe. "Kekeringan dan hujan tidak menentu serta meningkatnya suhu telah mengurangi hasil pertanian dan mengganggu produksi atau pasokan air."
Dampak dari runtuhnya ekonomi Zimbabwe cukup parah, hingga 25.000 PNS dipecat. Berikut uraiannya seperti dirangkum merdeka.com:
Nilai tukar mata uang anjlok
Negara bagian selatan benua Afrika dalam waktu dekat akan menghapus peredaran mata uang dolar Zimbabwe. Hal ini dilakukan karena buruknya inflasi di negara tersebut yang berdampak pada tidak bernilainya mata uang dolar Zimbabwe.
Bagaimana tidak, USD 1 nilainya sama dengan 35 kuadriliun (35.000.000.000.000.000) dolar Zimbabwe atau bisa dibaca dengan 35.000 triliun dolar Zimbabwe.
Belum lama ini, pemerintah setempat menawarkan kepada masyarakat pemilik uang tunai atau deposito di bank untuk menukarkan uang mereka dengan dolar Amerika (USD). Tentu saja, nilai penukarannya adalah USD 1 sama dengan 35 kuadriliun dolar Zimbabwe.
Nilai mata uang dolar Zimbabwe mulai hancur berantakan pada tahun 2009 silam karena hiperinflasi yang terjadi di negara tersebut. Sejak saat itu, sebagian transaksi sudah dilakukan dalam dolar Amerika (USD) atau mata uang Afrika Selatan yaitu Rand. Namun, mata uang dolar Zimbabwe masih tetap digunakan. Saat ini, bank sentral Zimbabwe mencoba menghapus mata uang yang 'tidak bernilai' tersebut dalam setiap transaksi.
Pemerintah setempat memberi waktu hingga akhir September kepada masyarakat yang ingin menukarkan uang mereka. "Penarikan uang ini tertunda cukup lama sejak tahun 2009 silam," kata bank sentral Zimbabwe dalam pernyataannya yang dilansir dari CNN di Jakarta, Senin (15/6).
Uang ratusan triliun dalam mata uang dolar Zimbabwe tidak bernilai. Bahkan, 100 triliun dolar Zimbabwe disebut tidak cukup untuk membayar ongkos bus dalam satu pekan.
Dilansir dari telegraph.co.uk, bank sentral Zimbabwe pernah mencetak uang kertas pecahan 100 triliun pada 2009 silam. "Itu tidak cukup untuk naik bus umum untuk bekerja selama seminggu," isi kutipan telegraph yang dilansir merdeka.com di Jakarta, Senin (15/6).
Bank kehabisan uang tunai
Dalam upaya mengurangi kekeringan likuiditas, bank sentral Zimbabwe mulai mencetak 'bond notes' atau koin dalam denominasi USD 2, USD 5, USD 10 dan USD 20. Negara ini sudah mempunyai bond dalam bentuk koin yang bernilai seperti USD. Untuk setiap koin beredar disamakan nilainya seperti USD.
Bank sentral juga membatasi penarikan uang tunai masyarakat USD 1.000 per hari dan lembaga ini memaksa agar masyarakat lebih banyak menggunakan euro dan rand Afrika Selatan. Tapi, nilai tukar rand Afrika Selatan terus melemah dan telah kehilangan nilainya 20 persen terhadap USD pada tahun lalu.
Di ibukota Harare, seorang wanita yang berdiri dan sedang antre di bank mengaku kecewa dengan kebijakan pemerintah setempat. "Saya sudah mengantre untuk mengambil uang tunai selama tiga hari, ini menyakitkan," katanya seperti dikutip dari CNN Money di Jakarta, Sabtu (7/5).
Seorang ekonom sekaligus anggota parlemen dari partai oposisi di Zimbabwe, Eddie Cross mengatakan, partai yang berkuasa saat ini telah membuat kondisi semakin memburuk karena telah mengambil uang cadangan di bank sentral. Akhirnya, perbankan saat ini kekeringan dan kesulitan uang tunai.
"Sistem perbankan kita terancam runtuh, dan tidak ada yang tersisa dari perekonomian kita," katanya.
Dia juga menolak rencana pemerintah untuk menerbitkan surat utang atau obligasi dalam mencari uang tunai. "Upaya untuk membawa kembali nilai mata uang lokal meskipun secara terbatas tidak akan diterima oleh pasar," sambungnya.
Masyarakat Zimbabwe mulai kelaparan
Lebih dari dua dekade sudah warga Zimbabwe bergelut mengatasi kelaparan di negaranya. News Sky, Selasa (15/3) melaporkan, hingga saat ini sekitar empat juta warga Zimbabwe membutuhkan bantuan makanan.
Bulan lalu, Zimbabwe mendapat bantuan keuangan untuk membayar makanan sebesar 1,12 juta Pound Sterling (setara Rp 20 miliar). Bantuan tersebut diberikan usai Presiden Robert Mugabe mengumumkan darurat makanan di beberapa wilayah produsen pangan di negaranya.
Pemerintah sendiri sudah mengizinkan perusahaan swasta untuk mengimpor gandum. Meski demikian, United Nations World Programme juga membantu dengan memberi makan sekitar sejuta orang di Zimbabwe.
"Kekeringan dan komoditas mineral yang rendah juga berpengaruh pada ekonomi negara," kata Menteri Keuangan Zimbabwe Patrick Chinamasa.
Menurut pemerintah, El Nino menjadi salah satu penyebab kelaparan di sana. Tak hanya Zimbabwe yang tengah mengalami kekeringan, Afrika Selatan juga mengalami krisis di bidang pertanian.
Kelaparan ini juga menjadi pertanyaan besar, karena beberapa pekan lalu Presiden Mugabe merayakan ulang tahunnya besar-besaran.
Pedagang gunakan 9 mata uang
Mengelola satu mata uang saja sudah merupakan hal sulit bagi kebanyakan orang. Bagaimana mengelola sembilan mata uang?
Situasi ini dialami pelaku bisnis di Zimbabwe, negara di Afrika selatan. Mereka dipaksa berperan sebagai pedagang valuta asing selepas dolar Zimbabwe kolaps dan ditarik dari peredaran.
Mereka memperdagangkan dolar AS, dolar Australia, rand Afrika Selatan, pula Bostwana, euro. Kemudian, Poundsterling, yen, yuan, dan rupee.
"Sebagian besar mata uang tersebut untuk perdagangan," kata John Mangudya, Gubernur Reserve Bank of Zimbabwe kepada CNN Money, kemarin.
"Sebanyak 50 persen perdagangan kami adalah dengan China dan Afrika Selatan. Jadi, kami mengizinkan perdagangan dengan banyak mata uang."
Sebenarnya, menurut John, mata uang cadangan resmi Zimbabwe adalah dolar AS. Namun, di sisi lain, Zimbabwe juga tak berniat untuk menyingkirkan mata uang lain, seperti yuan dan rand.
Itu tercermin dari sikap pedagang kaki lima di jalanan Harare, ibu kota Zimbabwe. Mereka mengutamakan dolar AS, namun tetap menerima mata uang lain.
Di wilayah Zimbabwe yang berbatasan dengan Afrika selatan dan Botswana, mata uang yang populer adalah rand, pula, dan euro.
Belakangan, popularitas rand menurun usai terdepresiasi 30 persen tahun lalu. Ini membuat warga Zimbabwe mulai menyingkirkan mata uang negeri tetangga tersebut guna menghindari risiko depresiasi lebih dalam.
Prinsipnya, mata uang apapun bisa diterima sejauh nilainya masih menguntungkan. Pebisnis lokal Zimbabwe akan menerima hampir semua mata uang dalam satu keranjang, namun nilai tukarnya harus lebih tinggi ketimbang nilai resminya.
Zimbabwe mulai dilanda krisis mata uang pada 2000. Dan, perjalanan Zimbabwe untuk menghidupkan kembali mata uangnya masih jauh.
Pada 2014, Zimbabwe mulai mencetak koin sebagai alat transaksi di bawah 1 dolar AS.
25.000 PNS dipecat
Pemerintah Zimbabwe akan memecat 25.000 Pegawai Negeri Sipil (PNS) negaranya. Selain itu, pemerintah setempat juga membatalkan pemberian bonus tahunan PNS untuk menghemat USD 118 juta. Keputusan ini diambil semata-mata untuk menghemat pengeluaran atau belanja pemerintah.
Seperti ditulis BBC, PNS di Zimbabwe sebelumnya telah melakukan mogok kerja karena terjadi keterlambatan pembayaran gaji. Zimbabwe tengah mengalami ekonomi tersulit sejak hiper-inflasi tahun 2008 silam.
Menteri Keuangan Zimbabwe, Patrick Chinamasa mengatakan, pembayaran gaji PNS menghabiskan 97 persen anggaran negara. Dengan pemecatan ini, dia berharap belanja gaji PNS bisa turun menjadi 75 persen di akhir tahun depan.
Sebanyak 25.000 PNS yang dipecat setara dengan 8 persen jumlah keseluruhan. Tahun lalu, Chinamasa sempat mengajukan rencana pemangkasan jumlah PNS, tapi ditolak di kabinet.
Dalam beberapa bulan terakhir, Pemerintah Zimbabwe sebenarnya sudah kesulitan membayar gaji PNS termasuk tentara, guru dan tenaga kesehatan. Penundaan pembayaran gaji sebelumnya telah dilakukan.
Tak hanya itu, perusahaan swasta di Zimbabwe tengah kesulitan. Tercatat 10.000 perusahaan telah gulung tikar di negara ini dalam satu dekade terakhir.
Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe mengatakan, kesengsaraan ekonomi Zimbabwe terjadi karena sanksi ekonomi. Namun, kritikan terus berdatangan yang mengatakan bahwa ini terjadi karena maraknya korupsi dalam pemerintahannya.
Â
(mdk/idr)