Amerika Serikat Terancam Gagal Bayar Utang, Sri Mulyani Pantau Dampak ke Indonesia
Meski begitu kinerja ekonomi global tetap harus diwaspadai karena siklusnya terpantau masih melemah. Ekonomi Indonesia yang sudah kuat ini harus tetap dijaga dari dampak pelemahan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah akan terus memperhatikan berbagai dampak dan risiko yang terjadi di tengah ketidakpastian global.
Apalagi, banyak negara maju termasuk Amerika Serikat yang terancam gagal bayar utang. Pelemahan ekonomi global sekarang yang mungkin terjadi tidak akan terlalu parah ketimbang kondisi beberapa tahun lalu.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Di mana Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Kapan Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
"Negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, Eropa, meskipun ternyata tidak separah seperti prediksi resesi yang dalam atau lama, tapi dia tetap melemah," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, dikutip Selasa (9/5).
Meski begitu kinerja ekonomi global tetap harus diwaspadai karena siklusnya terpantau masih melemah. Ekonomi Indonesia yang sudah kuat ini harus tetap dijaga dari dampak pelemahan ekonomi.
Mengingat dampaknya bisa berimbas pada kegiatan ekspor, impor hingga investasi. "Ini berkaitan dengan risiko keduanya, yaitu inflasi negara maju meski menunjukkan penurunan tapi masih di atas," kata dia.
Di sisi lain, bank sentral negara-negara dunia masih mewaspadai kenaikan inflasi. Artinya suku bunga acuan masih akan tetap tinggi. "Itu artinya tadi mereka masih akan (menaikkan) suku bunganya tinggi, atau tetap bertahan di level itu sampai mereka bisa meyakinkan bahwa inflasinya sudah mereda," kata dia.
"Ini berpotensi membuat pelemahan ekonomi global bertahan hingga kuartal II dan kedepannya," katanya.
Proyeksi untuk Amerika Serikat
Dengan pelemahan tadi, inflasi dan suku bunga yang relatif tinggi di negara maju, maka harga komoditas juga terkoreksi. Ini imbasnya ke rambatan ekonomi nasional. Harga komoditas seperti nikel dan batubara bisa terkoreksi.
"Dan ujungnya, kalau di AS dihadapkan situasi trade-off antara stabilisasi harga, yaitu mengendalikan inflasi, versus stabilitas sektor keuangan yaitu performa bank, ini yang harus kita waspadai," kata dia.
Akibatnya kata Sri Mulyani, Amerika Serikat sebagai negara importir akan menghadapi banyak masalah selain inflasi yang tinggi seperti saat ini. Kenaikan suku bunga yang terus dilakukan The Fed akan mulai terasa dampaknya.
"Mereka (Amerika Serikat) sekarang dihadapkan masalah sisi fiskalnya dengan adanya defisit atau cap utang yang belum settled antara kongres dengan pemerintahnya. Ini memberikan ketidakpastian terhadap kebijakan fiskalnya," kata dia.
Makanya, pemerintah melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tengah memantau risiko yang bisa saja terjadi. Semua aspek risiko terhadap stabilitas sistem keuangan akan terus diperhatikan.
"Kita akan terus memonitor secara detail agar SSK terjaga dan pemulihan ekonomi Indonesia, di saat semua melemah kita masih bisa bertahan di atas 5 persen di saat inflasi tinggi, kita turun duluan," kata dia mengakhiri.
(mdk/idr)