BPS: Daya Beli Masyarakat Naik Karena Ibu-Ibu Malas Masak
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Sri Soelistyowati mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang mulai tumbuh. Tercatat, pada periode tersebut konsumsi rumah tangga pada 2018 mencapai 5,05 persen, atau meningkat dibandingkan 2017 sebesar 4,94 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2018 sebesar 5,18 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari kuartal I hingga kuartal IV-2018 mencapai 5,17 persen. Angka ini juga menjadi salah satu capaian tertinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2014 lalu.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Sri Soelistyowati mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang mulai tumbuh. Tercatat, pada periode tersebut konsumsi rumah tangga pada 2018 mencapai 5,05 persen, atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,94 persen.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
Soelostyowati mengatakan, pada umumnya trend konsumsi rumah tangga sudah dalam kondisi baik yakni berada dikisaran 5 persen. Hal ini terlihat pada kuartal III-2018 saja sektor konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5,03 persen.
"Tapi semua indikator ini bagus, tapi sharenya ke leisure itu sekarang agak meningkat. Terlihat sekarang ibu-ibu agak males masak, jadi kalau kita belanja makanan jadi, akomodasi, transportasi, rekreasi sekarang shifting ke sana," katanya saat dijumpao di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (6/2).
Di samping itu, lanjut dia, makanan jadi juga menjadi faktor penyebab konsumsi rumah tangga meningkat. Berdasarkan data BPS, untuk sektor restoran telah terjadi peningkatan sebanyak 5,74 persen. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 5,43 persen.
"Mungkin orang lebih suka selfie daripada masak makanan karena barang makanannya itu relatif melambat, sementara yang konsumsi makanan jadi naik. Jadi makanan jadi misalnya yang beli di restoran dan belanja lewat go-food itu naik," katanya.
Dia menagatakan, peningkatan pengiriman tersebut juga terlihat berdasarkan dari hasil survei di seluruh kabupaten kota yang dilakukan oleh BPS. Sehingga dari hasil survei tersebut, setiap perkuartalnya ditemukan besaran angkanyam
"Setiap triwulan kami tracking. Ke pelaku jasa delivery juga kami cross check tapi kami ada survei ke pengeluaran, pertanyaannya detail dan itu dilakukan setiap bulan. Ada panel dan pergerakannya," pungkasnya.
Perlu diketahui, peetumbuhan konsumsi rumah tangga sepanjang 2018 sebesar 5,05 2018 menjadi tertinggi sejak 2015 lalu. Di mana pada 2015, konsumsi rumah tangga hanya capai 4,96 persen. Kemudian di 2016 meningkat sebesad 5,01 persen, dan menurun kemnali di 2017 sebesar 4,94 persen.
Baca juga:
Pemerintah Nilai Aturan DP Mobil dan Motor 0 Persen Genjot Daya Beli Masyarakat
Bisnis Online Tak Surutkan Minat Konsumen Indonesia Belanja di Mal
Bos Kadin Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2019 di Kisaran 5,2-5,3 Persen, Ini Alasannya
Kenaikan UMP Jakarta Jadi Rp 3,9 Juta Picu Daya Beli Masyarakat
Menko Darmin: Inflasi Rendah Bukan Berarti Daya Beli Masyarakat Lemah