BPS Ungkap Penyebab Mahalnya Harga Beras, Meski Jokowi Rajin Bagikan Bansos
Padahal Pemerintah gencar membagikan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras.
Padahal Pemerintah gencar membagikan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras.
BPS Ungkap Penyebab Mahalnya Harga Beras, Meski Jokowi Rajin Bagikan Bansos
BPS Ungkap Penyebab Mahalnya Harga Beras
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap penyebab harga beras masih mahal di pasaran.
Meskipun, Pemerintahan Jokowi-Maruf gencar membagikan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras.
Amalia menyebut, mahalnya harga beras di pasaran akibat beberapa negara penghasil masih menahan ekspor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sehingga, terjadi kelangsungan pasokan beras di pasar internasional.
"Harga beras yang tinggi karena memang pertama kembali lagi ini dipengaruhi oleh suplai yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan demand (permintaan) karena beberapa negara menahan dari ekspor berasnya," ujar Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/4).
Selain itu, tren kenaikan harga beras juga terjadi akibat produksi yang lebih rendah dibandingkan sejumlah sentra wilayah.
Ini disebabkan oleh faktor cuaca akibat El-Nino berkepanjangan.
"Sementara itu kalau di dalam negeri juga panen beras yang relatif lebih rendah dikarenakan faktor cuaca El Nino," ungkap Amalia.
Oleh karena itu, BPS memproyeksikan produksi beras untuk periode Januari-Februari 2024 masih lebih rendah dibandingkan permintaan.
Namun, Amalia tidak menyebutkan data produksi beras untuk periode tersebut.
"BPS memperkirakan bahwa produksi beras masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi atau terjadi defisit sesuai dengan angka yang kami peroleh," kata Amalia.
Berdasarkan data BPS, komoditas beras masih mengalami inflasi sebesar 0,64 persen dengan andil sebesar 0,03 persen.
Secara umum, kenaikan harga beras masih terjadi di 28 provinsi, sedangkan harga beras di 10 provinsi lainnya sudah menunjukkan penurunan.
Di sisi lain, BPS mencatat di seluruh provinsi di pulau Jawa dan Bali Nusa Tenggara masih mengalami kenaikan harga beras.
"Pada Januari 2024 cabai merah mengalami deflasi sebesar 16,25 persen, cabai rawit mengalami deflasi sebesar 25,72 persen, dan tarif angkutan udara mengalami deflasi sebesar 10,95 persen," ujarnya.
Sebagai informasi, berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 1 Februari 2024, rata-rata harga beras premium tercatat sebesar Rp15.380 per kilogram (kg).
Sementara itu, beras medium berada di Rp13.500 per kg. Keduanya mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan, penyaluran bantuan bansos beras sebesar 10 kg untuk tiap keluarga penerima manfaat (KPM) akan terus dilanjutkan hingga Maret 2024.
Jokowi menyebut program bansos yang berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) tersebut bisa dilanjutkan hingga Juni 2024, namun dengan melihat kondisi APBN.
"Jadi Januari, Februari, Maret (bansos beras tetap lanjut). Nanti saya lihat lagi kalau APBN memungkinkan, April, Mei, Juni," ujar Jokowi saat mengunjungi Gudang Bulog Gumilir di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (2/1).