ESDM soal Indonesia Berambisi Jadi Pemain Utama Mobil Listrik Dunia: Alangkah Baiknya Perkuat Pasar Dalam Negeri Lebih Dulu
Dia menyebut masih banyak sekali yang harus dibenahi. Mulai dari perbedaan harga antara kendaraan listrik dan non-EV, hingga ketersediaan infrastruktur.
Itu sudah dimulai lewat peresmian ekosistem baterai dan kendaraan listrik milik PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang beberapa waktu lalu.
ESDM soal Indonesia Berambisi Jadi Pemain Utama Mobil Listrik Dunia: Alangkah Baiknya Perkuat Pasar Dalam Negeri Lebih Dulu
Pemerintah berambisi menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama di industri kendaraan listrik (EV) dunia.
Itu sudah dimulai lewat peresmian ekosistem baterai dan kendaraan listrik milik PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang beberapa waktu lalu.
- Seberapa Penting Mobil Listrik dalam Perekonomian Indonesia
- Sudah DIsubsidi, Minat Masyarakat Indonesia Beli Sepeda Motor dan Mobil Listrik Masih Rendah
- Tak Ada Pasar Mobil Listik Bekas Jadi Tantangan Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia
- ESDM: Indonesia Butuh Rp220 Triliun buat Investasi Energi Baru Terbarukan
Guna mencapai misi itu, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Pengembangan Industri, Agus Tjahajana Wirakusumah menilai, Indonesia juga perlu memperkuat pasar dalam negeri terlebih dulu.
"Bikin pabrik itu paling bagus adalah bergantung pada demand dalam negeri. Oleh karena itu, kalau kita ingin bagus, sustain, kita harus punya demand yang cukup di dalam negeri. Agar pabrik-pabrik itu bisa mengamankan pasar luar negeri sebagai komplementer," ujarnya di Jakarta, Jumat (5/7).
Apabila permintaan dalam negeri masih rendah, itu berpotensi memberikan sentimen negatif kepada para investor yang telah membangun pabrik di Indonesia.
"Alangkah lebih baik kalau pasar kita itu cukup besar," imbuhnya.
merdeka.com
Selanjutnya, Agus mengatakan, jika permintaan atas motor dan mobil listrik di dalam negeri sudah tumbuh, itu akan berbuntut terhadap pemasukan investasi yang semakin banyak.
Namun, dia menyebut masih banyak sekali yang harus dibenahi. Mulai dari perbedaan harga antara kendaraan listrik dan non-EV, hingga ketersediaan infrastruktur sampai ke pelosok daerah.
"Treatment terhadap mobil harus equal. Sehingga orang sekarang kan rada berpikir, pakai mobil (listrik) jangan ya, berapa kilo ya (jarak tempuh pemakaian baterai), ngecer di mana ya. Jadi infrastruktur dan ekosistem daripada EV itu harus semakin lengkap," ungkapnya.
"Oleh karena itu sekarang lah mulai dipikirkan seperti ada ada colokan mini. Selanjutnya saya kira ini akan membuat orang berpikir, sama saja nih yang bensin dengan non bensin," kata Agus.
Selanjutnya, kepercayaan konsumen terhadap layanan after sales pun harus dipikirkan. Sehingga menjadikan kepemilikan kendaraan listrik sama mudahnya dengan kendaraan konvensional.
"Menurut saya harus juga kepercayaan terhadap after sales. Setelah ekosistem oke, kemudian after sales. Itu yang harus sama-sama kita kembangkan supaya equal (antara kendaraan listrik dan konvensional)," pungkas Agus.