FAO Angkat Suara soal Badan Karantina Indonesia, Bisa Setara Australia dan AS
Fenomena perubahan iklim dan pemanasan global mengubah masalah hama penyakit tumbuhan (OPT dan OPTK), hama dan penyakit hewan, ikan.
Menurut Andi, dengan lembaga karantina yang sekarang membuka peluang bagi pekerja di Karantina untuk berbenah diri serta mengembangkan karir dan profesionalitas dalam kerangka melindungi negeri.
FAO Angkat Suara soal Badan Karantina Indonesia, Bisa Setara Australia dan AS
FAO Angkat Suara soal Badan Karantina Indonesia, Bisa Setara Australia dan AS
Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggabungkan badan karantina ke dalam satu lembaga menjadi Badan Karantina Indonesia (Barantin) mendapat apresiasi dari banyak kalangan dan para ahli. Salah satunya Akademisi Pertanian Andi Trisyono yang saat ini juga sebagai anggota Food and Agriculture Organization (FAO) Expert Panel on Pesticide Management. Dia menilai penggabungan itu langkah yang tepat.
- Anies Depan Prabowo: Fenomena Ordal Menyebalkan, Bikin Etika Luntur
- Hati-Hati, Seseorang Ajak Golput Ternyata Terancam Denda 36 Juta dan Dipenjara 3 Tahun!
- Berseragam Polri Pakai Topi Caping Petani, Intip Momen Komjen Agus Andrianto Turun ke Sawah Menanam Padi
- Lama Kemarau, Ibu Ini Menangis saat Hujan Kembali Turun
Menurut Andi, dengan lembaga karantina yang sekarang membuka peluang bagi pekerja di karantina untuk berbenah diri serta mengembangkan karir dan profesionalitas dalam kerangka melindungi negeri dari bahaya penyakit hewan, hama penyakit tumbuhan (Organisme Pengganggu Tumbuhan), hama penyakit ikan.
Andi mengatakan, satu contoh yang mudah untuk membangun karantina ke depan misalnya dengan meningkatkan kemampuan pejabat fungsional karantina untuk mendalami satu spesies Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) yang sudah ditetapkan dalam daftar OPTK.
Organisasi dunia seperti FAO juga banyak memerlukan orang-orang yang memiliki kompetensi spesifik seperti ahli hama penyakit tumbuhan, hewan, ikan dan saya berharap suatu saat dapat diisi dari teman teman karantina.
Demikian juga terbuka peluang untuk menyusun dan mengusulkan International Standards for Phytosanitary Measure’s (ISPM) sesuai dengan konteks Indonesia serta terkait dan selaras dengan keamanan pangan, kesehatan, dan perdagangan dunia.
Peran strategis Barantin ke depan harus menjadi lebih kuat sebagai negara berdaulat dalam kerangka pelaksanaan ketentuan SPS-WTO dalam perlindungan keselamatan, kesehatan manusia, hewan, ikan dan tumbuhan sekaligus sebagai economic tool perdagangan dunia yang sangat penting. "Kita tidak ingin menjadi negara yang ketergantungan produk impor, harus ada keseimbangan/balance bahkan menjadi negara pengekspor surplus berbagai produk pertanian dan turunannya ke berbagai negara. Jadi kalau dilihat ruang lingkup dan peran perkarantinaan di tingkat nasional maupun internasional menjadi semakin besar," ucap Andi.
Ditambah dengan fenomena perubahan iklim dan pemanasan global maka masalah hama penyakit tumbuhan (OPT dan OPTK), hama dan penyakit hewan, ikan juga akan mengalami perubahan dan adaptasi yang dinamis di semua belahan dunia.
Satu contoh kasus beberapa tahun yang lalu semua negara dihebohkan dengan merebaknya hama ulat Spodoptera frugiperda (Fall Armyworm/FAW) pada pertanaman jagung di beberapa negara sehingga FAO turun tangan bekerjasama dengan semua negara, diharapkan kedepan Karantina lebih berperan aktif dalam pencegahan dan eradikasi dalam kawasan karantina jika terjadi wabah/outbreak OPTK. Andi mengatakan bahwa fenomena di atas semakin menuntut prefesionalitas dan kompetensi yang semakin tinggi. Spesialisasi dan keahlian khusus di masing-masing bidang teknis akan menjadi dasar kuat untuk pengembangan Barantin ke depan.
Dengan tantangan ke depan yang semakin berat, Andi berharap Barantin dipimpin oleh orang yang professional, pejabat karir bukan politisi atau yang lainnya.
Memiliki pemahaman teknis karantina yang mumpuni, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang selalu update. Karena, kata dia, situasi dunia, ilmu pengetahuan terus berkembang.