Gara-Gara Populasi Anjlok, Sekolah di Taiwan Dirobohkan
Gaji di Taiwan relatif rendah, dan perumahan di kota mahal.
Gaji di Taiwan relatif rendah, dan perumahan di kota mahal.
- Dulu Melarat Tinggal di Kawasan Kumuh & Putus Sekolah, Pria ini Kini Tajir Melintir Kekayaannya Rp152 Triliun
- Tingkat Pengangguran China Mengkhawatirkan, Lulusan S2 Jadi Petugas Kebersihan Sekolah
- Singapura Dinobatkan Jadi Kota Termahal di Dunia, Biaya Pendidikan Meningkat 14 Persen
- Pulang Antar Anak Sekolah, Pria di Ngawi Ditangkap Densus 88 Terkait Terorisme
Gara-Gara Populasi Anjlok, Sekolah di Taiwan Dirobohkan
Siang itu, para pekerja sibuk lalu lalang di sekolah swasta Chung Hsing, Taiwan.
Mereka mengakut meja, kursi dan peralatan sekolah ke atas truk. Udara sekitar berdebu karena tembok sekolah yang sengaja diruntuhkan.
Melansir The Guardian, sekolah swasta Chung Hsing merupakan "korban" lanjutan dari penurunan populasi di Taiwan.
Pada tahun 2019, sekolah ini resmi ditutup karena minimnya murid dan berdampak terhadap keuangan.
Sekolah Chung Hsing pun dijual kepada pengembang properti.
Sama seperti yang dialami sebagian besar negara Asia Timur,Taiwan tengah berjuang untuk meningkatkan angka kelahiran untuk memastikan populasi mereka tetap stabil.
Idealnya, population rate yaitu 2,1 yang artinya satu perempuan bisa melahirkan 2 bayi.
Namun, Taiwan tidak lagi berada di kondisi tersebut sejak pertengahan tahun 80-an.
Pemerintah Taiwan pun dilanda khawatir terhadap kondisi ini karena akan berdampak krisis ekonomi.
Pendapatan pajak akan terus turun akibat populasi lansia lebih banyak dibanding usia produktif.
Penurunan populasi juga berdampak terhadap rekrutmen militer Taiwan.
Dalam rentang 2011-2021, jumlah murid jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahka anjlok dari 2,3 juta orang menjadi 1,8 juta.
Lai, warga Taiwan yang memiliki bayi berusia 22 bulan bercerita sulit baginya untuk memiliki anak kedua karena kondisi keuangan saat ini.
"Harga untuk membesarkan seorang anak sekarang cukup tinggi, baik dari sisi waktu dan uang. Jadi sangat sulit untuk memutuskan anak kedua tanpa kenaikan gaji signifikan dan jam kerja yang sangat ketat," ucap Lai.
Beberapa tahun terakhir, puluhan sekolah swasta terpaksa ditutup. Sekolah yang dikelola pemerintah pun mengalami ancaman serupa.
Kementerian Pendidikan mengatakan kepada Guardian bahwa 15 perguruan tinggi dan universitas telah ditutup sejak tahun 2014.
Pekan lalu, terungkap bahwa empat dari 103 universitas swasta di Taiwan telah diperintahkan untuk ditutup, dengan alasan yang sama seperti sekolah menengah Chung Hsing.
Wu Chun-chung, ketua Persatuan Pendidik Sekolah Swasta, mengatakan kepada media lokal bahwa dia memperkirakan 40-50 universitas swasta lainnya akan ditutup pada tahun 2028.
Chou Ping, presiden Persatuan Pendidikan Tinggi Taiwan, mengatakan universitas-universitas negeri tidak akan segera ditutup, namun universitas-universitas di daerah pinggiran kota, terutama yang berperingkat lebih rendah atau yang lebih fokus pada bidang humaniora dibandingkan mata pelajaran Stem, berada pada risiko paling tinggi.
Pemerintah di Taiwan, seperti halnya China, Korea, dan Jepang, telah mencoba berbagai insentif dan perubahan peraturan untuk mendorong masyarakat agar memiliki lebih banyak – atau lebih banyak – anak.
Namun masyarakat terus melakukan penolakan, dengan alasan tekanan dari peran gender tradisional yang tidak adil terhadap perempuan, serta meningkatnya biaya hidup dan sulitnya menyeimbangkan karir.
Gaji di Taiwan relatif rendah, dan perumahan di kota mahal.
Tahun ini, Taipei menduduki peringkat kedua kota paling tidak terjangkau di dunia, setelah Hong Kong, ketika membandingkan harga rumah dengan pendapatan rata-rata.