Keren! Wanita Ini Buat Startup AI, Bisa Berpikir Kritis Seperti Manusia
Startup AI bernama World Labs ini didirikan dengan investasi senilai USD1 miliar atau setara Rp16 triliun.
Di saat sebagian masyarakat di dunia cemas dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) karena akan berdampak terhadap kehidupan manusia, Fei-Fei Li justru sebaliknya.
- Menteri Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Besar Dihadapi Start-Up di Indonesia
- Indonesia Jadi Negara Kedua Tujuan Investasi Digital, Bersaing Ketat dengan Singapura
- Ada Spesies Pohon yang Disebut Ilmuwan Paling Kesepian di Dunia, Tak Bisa Berkembang Biak Sebelum Temukan Jodoh
- Robot AI ini Bisa Tiru Perilaku Manusia, Segini Biaya Pembuatannya
Melansir The Financial Times, perempuan yang dijuluki Dewi AI itu dikabarkan telah mendirikan startup AI bernama World Labs senilai USD1 miliar atau setara Rp16 triliun.
Meskipun Li enggan membenarkan kabar tersebut, namun sumber yang tidak disebutkan namanya pada bulan Mei mengatakan kepada Reuters bahwa Worlds Labs akan fokus pada pengembangan teknologi yang mampu memproses data visual seperti manusia dan penalaran tingkat lanjut.
“Curiosity mendesak kita untuk menciptakan mesin yang mampu melihat secerdas yang kita bisa, atau bahkan lebih baik lagi,” kata Li dalam wawancara Ted pada bulan April.
“Dan jika kita ingin memajukan AI melampaui kemampuannya saat ini, kita menginginkan lebih dari AI yang bisa melihat dan berbicara. Kami ingin AI dapat melakukannya,” sambung Li.
Andreessen Horowitz dan dana AI Radical Ventures disebut sebagai penyandang dana World Labs.
Li terkenal atas kontribusinya pada AI. Dia merupakan pendiri ImageNet, sebuah perusahaan teknologi kumpulan data yang digunakan untuk memajukan visi komputer yang dianggap banyak orang sebagai katalisator ledakan AI.
Dia berkonsultasi dengan pembuat kebijakan saat mereka berupaya menetapkan batasan bagi teknologi tersebut. Kemudian dia dinobatkan sebagai salah satu dari 12 anggota satuan tugas sumber daya penelitian AI nasional oleh Gedung Putih AS pada tahun 2021.
Dia juga tidak terlalu pesimis terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh AI dibandingkan para pemimpin lain di bidangnya.
Dalam sebuah wawancara di Bloomberg Technology Summit pada bulan Mei, Li mengatakan 'malapetaka dan kesuraman' yang meluas mengenai kecerdasan buatan generatif adalah hal yang berlebihan.
"Ada banyak cara yang bisa kita gunakan untuk membuat kehidupan masyarakat lebih baik, bekerja lebih baik,” katanya kepada Emily Cheng dari Bloomberg.