Lahir Sebagai Anak Petani Miskin dan Sempat Putus Sekolah, Pria Ini Kini Punya Kerajaan Bisnis di Indonesia
Setelah menikah beliau mendapatkan modal usaha dari sang mertua. Dengan modal tersebut, dia mencoba merintis usaha.
Pria ini pernah bekerja sebagai buruh pabrik kerupuk dan tahu di Kudus. Di sanalah dia bertemu pujaan hatinya, yang merupakan anak seorang saudagar kaya di Indonesia.
Lahir Sebagai Anak Petani Miskin dan Sempat Putus Sekolah, Pria Ini Kini Punya Kerajaan Bisnis di Indonesia
Lahir Sebagai Anak Petani Miskin dan Sempat Putus Sekolah, Pria Ini Kini Punya Kerajaan Bisnis di Indonesia
Dahulu, kondisi ekonomi di China masih sangat sulit. Kondisi ini membuat banyak warganya memilih mengadu nasib ke negara lain termasuk Malaysia dan Indonesia.
Hal ini turut dirasakan oleh sosok yang satu ini. Terlahir sebagai seorang anak petani di desa kecil membuat hidupnya serba kekurangan bahkan sempat putus sekolah.
Dia pun akhirnya memutuskan untuk menyusul kakaknya merantau ke Indonesia dengan menempuh perjalanan laut selama satu bulan.
- Anak Penjaga Kantin Ini Sukses Jadi Eksportir Beromzet Rp25 Miliar, Kisahnya Mengharukan
- Kisah Pengangguran Sukses Bisnis Pisang Keju Modal Rp10 Juta, Kini Omzet Rp60 Juta per Bulan
- Pria Miskin Tak Mampu Kuliah Ini Berhasil Keliling Dunia dan Sukses Dirikan Lembaga Pendidikan
- Anies Ungkap Sejumlah Permasalahan Indonesia: Harga Pangan Mahal Hingga Pendidikan
Sosok ini merupakan pemilik kerajaan bisnis Salim Group, Liem Sioe Liong atau yang akrab dikenal sebagai Soedono Salim.
Sesampainya di Indonesia, Liem hanya bekerja sebagai buruh pabrik kerupuk dan tahu di Kudus. Di sanalah dia bertemu pujaan hatinya, yang merupakan anak seorang saudagar kaya di Indonesia.
Singkat cerita, setelah menikah beliau mendapatkan modal usaha dari sang mertua. Dengan modal tersebut, dia mencoba merintis usaha sebagai pemasok cengkeh untuk pengusaha rokok di Kudus dan Semarang.
Usahanya terbilang sukses meski belum lama didirikan. Lewat usaha ini, Liem mampu memiliki koneksi hingga Sumatera dan Sulawesi. Dari bisnis ini juga lah Liem bertemu sahabatnya, Oei Wie Gwan, yang merupakan ayah dari Robert Budi Hartono.
merdeka.com
Sayangnya, usaha cengkehnya terpaksa gulung tikar ketika masa pendudukan Jepang tahun 1942 yang membuat semua orang mengalami masa-masa sulit.
Kegagalan itu tak lantas membuatnya menyerah. Ketika Indonesia merdeka di tahun 1945, Liem kembali mendirikan bisnis lain di Jakarta. Saat itu, Liem memilih bisnis logistik untuk tentara Indonesia.
Saat menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 1966, Soeharto mengeluarkan kebijakan naturalisasi dan memerintahkan seluruh warga Tionghoa mempunyai nama Indonesia. Termasuk juga Liem Sioe Liong yang berganti nama menjadi Soedono Salim.
Bukan sembarangan, nama tersebut ternyata dipilihkan langsung oleh Soeharto. Kata “soe” dalam bahasa Jawa berarti baik dan “dono” berarti dana. Namanya cukup berkesan mengingat Liem memang dikenal ahli dalam menghasilkan uang.
Dari kedekatan itu pula, Liem mendapatkan proyek-proyek besar pemerintahan. Salah satunya adalah proyek impor beras Bulog sebanyak 35.0000 ton. Hal ini tentu saja berdampak baik untuk kemajuan bisnisnya.
Kesuksesan Liem menjalankan bisnis logistik tak lantas membuatnya puas. Dia pun kembali mendirikan beberapa lini bisnis yang saat ini berkembang dibawah naungan Salim Group.
merdeka.com
Dikutip dari beberapa sumber, berikut merupakan lini bisnis yang dimiliki Salim Group dan masih eksis hingga saat ini :1. Indofood
PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan tahun 1990 yang menaungi banyak anak usaha, salah satunya yakni Indofood CBP sebagai produsen mi instan favorit anak kos di Indonesia, Indomie.
Saking produknya digemari oleh masyarakat, pendapatan Indofood hingga Q1 2023 berhasil mencapai laba bersih senilai Rp2,2 triliun. Ditambah lagi dengan laba usaha Indofood CBP sebesar Rp3,9 triliun. Itupun belum termasuk sederet anak usaha lainnya, lho!
PT Salim Ivomas Pratama merupakan salah satu anak usaha dari Indofood yang bergerak di bidang agribisnis dan memproduksi minyak bimoli, yang juga menjadi salah satu minyak goreng kegemaran masyarakat.
Minyak bimoli diproduksi langsung oleh PT Salim Ivomas Pratama dari lahan perkebunan seluas 29.488 hektare. Dari usaha ini, Salim Group menghasilkan laba bersih senilai Rp2,9 triliun di tahun 2022. 3. Indomaret
Minimarket yang satu ini tentu tak asing bagi masyarakat Indonesia. Sampai tahun 2022, Indomaret memiliki sebanyak 21.026 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bisnis minimarket di bawah naungan PT Indomarco Prismatama ini memiliki laba bersih mencapai Rp74,3 triliun di tahun 2022. Selain penjualan ritel, Indomaret ternyata juga dirancang dengan usaha 'franchise'. Untuk membuka franchise di suatu daerah diperkirakan membutuhkan modal sebesar Rp394 juta.
Salim Group menjadi pemegang saham terbesar di PT Nippon Indosari Corpindo, produsen Sari Roti. Merek roti yang satu ini juga tak kalah eksis dengan Indomie dan minyak bimoli, lho. Bahkan di tahun 2022, Sari Roti berhasil meraup penjualan bersih sebesar Rp3,9 triliun.
Tak hanya keempat bisnis ini, Salim Group juga memiliki bisnis lain di bidang media, asuransi, perbankan, otomotif dan lainnya. Bahkan, Liem merupakan pendiri Bank BCA sebelum akhirnya dilepas kepada keluarga Hartono saat krisis moneter tahun 1997.