Pemerintah Diingatkan Jaga Defisit Neraca Perdagangan di Bawah 3 Persen Akhir 2019
Kepala Kajian Makro LPEM UI, Febrio Kacaribu, mengaku tidak masalah terhadap defisit yang terjadi pada saat ini. Asalkan kata dia, hingga akhir tahun pemerintah mampu menjaga defisit neraca perdagangan di bawah 3 persen secara trennya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 defisit sebesar USD 63,5 juta. Jumlah tersebut disumbang oleh defisit sektor migas sebesar USD 142,4 juta sedangkan sektor non-migas surplus USD 78,9 juta.
Kepala Kajian Makro LPEM UI, Febrio Kacaribu, mengaku tidak masalah terhadap defisit yang terjadi pada saat ini. Asalkan kata dia, hingga akhir tahun pemerintah mampu menjaga defisit neraca perdagangan di bawah 3 persen secara trennya.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Apa tugas utama Perlanja Sira dalam konteks perdagangan di Sumatra Utara? Peran Perlanja Sira begitu penting, pasalnya merekalah yang membawa barang-barang dagangan dari pedalaman menuju ke pesisir atau dermaga agar sampai ke tangan pedagang.
-
Bagaimana Indah Permatasari berbelanja di pasar? Indah bangun pagi untuk pergi berbelanja di pasar tradisional yang ditujunya.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
Febrio mengatakan, yang perlu dijaga untuk menekan defisit neraca dagang adalah bagaimana posisi ekspor Indonesia tetap tumbuh dan tidak turun.
"Karena ekspor yang turun itu kan berat. Karena harga komoditas belum recover. Baik batubara, apalagi CPO. Tentu kita berharap. Non migas, non CPO masih berat recovernya dan itu untuk jangka panjang," katanya saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Kamis (15/8).
Seperti diketahui ekspor Indonesia pada Juli 2019 mencapai USD 15,45 miliar. Nilai ekspor tersebut naik sebesar 31,02 persen dibandingkan Juni 2019 namun turun sekitar 5,12 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"(Ekspor naik) tapi year on year negatif. Karena kalau kita, pertumbuhan PDB yang masuk ke PDB itu ekspor. Impor itu tidak mempengaruhi PDB. Jadi kalau ekspor melemah itu pengaruh ke PDB," kata dia.
Oleh karenanya, kata dia, tidak heran pemerintah merevisi pertumbuhan ekonomi yang tadinya 5,3 persen menjadi sekitar 5,1-5,2 persen. Sebab, kinerja ekspor Indonesia belum cukup menggeliat.
"Di sisi lain impor itu lebih cepet dari ekspor itu kesannya bagus. Tapi 90 persen itu impor barang modal berarti kalau impor turun berarti kita produksi lebih sedikit. Itu yang membuat revisi pertumbuhan ekonomi," tandasnya.
Baca juga:
Menko Darmin Akui Neraca Perdagangan Jadi Titik Lemah Indonesia
Neraca Perdagangan Surplus, Rupiah Menguat ke Level Rp13.900-an per USD
Meski Neraca Dagang Surplus, Pemerintah Tetap Soroti Sektor Migas
Menko Darmin soal Surplus Dagang: Kita Mampu Saat Perdagangan Dunia Bermasalah
Kata Sri Mulyani soal Neraca Dagang Surplus USD 200 Juta
Tekan Defisit, Pemerintah Harus Berani Kembangkan Industri Digital
BPS Catat Neraca Perdagangan RI Surplus USD 0,2 Miliar di Juni 2019