Mengenal Perlanja Sira, Peran Kelompok Pedagang Berpengaruh di Pesisir Timur Sumatra Utara
Perlanja Sira, sosok perantara penting dalam distribusi komoditas perdagangan di Pesisir Timur Sumatra Utara.
Peran kelompok pedagang yang satu ini begitu berpengaruh di wilayah pesisir Sumatra Utara.
Mengenal Perlanja Sira, Peran Kelompok Pedagang Berpengaruh di Pesisir Timur Sumatra Utara
Pada zaman dahulu, kawasan Pulau Sumatra menjadi wilayah strategis dan jalur penting perdagangan internasional. Berbagai komoditas penting seperti lada, pala, beras, gambir, dan tanaman lainnya menjadi primadona para pedagang saat itu.
Di kawasan Pesisir Timur Sumatra Utara tepatnya Labuhan Deli menjadi salah satu pusat aktivitas perdagangan internasional. Kapal-kapal besar pun tak segan untuk bersandar di Labuhan Deli.
-
Apa komoditas perdagangan utama di Pariaman? Di Pariaman, dulunya wilayah ini cukup terkenal dengan aktivitas perdagangan komoditas berupa lada, emas, dan berbagai hasil perkebunan dari pelosok daerah.
-
Bagaimana perdagangan rempah dilakukan di Palembang? Melalui Sungai Musi inilah perdagangan mulai terjalin, bahkan hingga terjadi percampuran budaya dengan masyarakat setempat.
-
Siapa yang memindahkan perdagangan ke Sibolga? Pada abad 19, pemerintah Kolonial Belanda memutuskan untuk memindahkan seluruh aktivitas perdagangan ke Kota Sibolga.
-
Kenapa Pulau Selayar penting dalam perdagangan rempah? Sejak kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, Pulau Selayar menjadi salah satu wilayah yang menjadi titik penting perdagangan rempah-rempah di wilayah Timur.
-
Apa yang menjadi pusat ekonomi di Sumatra? Pekanbaru dikenal sebagai salah satu sentra ekonomi terbesar di Pulau Sumatra.
-
Apa itu Tari Piriang Suluah? Tari Piriang Suluah ini bukanlah tarian biasa. Kesenian ini menggambarkan kehidupan para petani dan juga gerakannya terinsipirasi dari aktivitas ketika bercocok tanam.
Tetapi, tidak semua komoditas yang sudah tiba di tangan para pedagang ini bisa diakses dengan mudah. Siapa sangka, proses distribusi dari petani menuju pedagang di dermaga bukanlah hal yang mudah.
Untuk menghindari sulitnya pendistribusian, lahirlah "perantara" untuk mempermudah segala urusan distribusi komoditas menuju tangan pedagang yang bernama Perlanja Sira. Lantas, siapakah mereka ini? Berikut ulasan selengkapnya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber.
Apa Itu Perlanja Sira?
Mengutip jalurrempah.kemdikbud.go.id, kata Perlanja Sira berasal dari bahasa Karo, yaitu "Perlanja" artinya memikul sedangkan "Sira" artinya garam. Maka, Perlanja Sira diartikan sebagai seseorang yang memikul garam.
Peran Perlanja Sira begitu penting, pasalnya merekalah yang membawa barang-barang dagangan dari pedalaman menuju ke pesisir atau dermaga agar sampai ke tangan pedagang.
Meski diartikan sebagai pemikul garam, namun para Perlanja Sira tak hanya mendistribusikan komoditi garam saja, melainkan hasil hutan yang cukup langka di pasaran saat itu terkadang mereka bawa ke pesisir.
Memikul Melewati Medan Berat
Pada zaman itu, moda transportasi darat masih begitu sulit. Ditambah akses menuju pedalaman yang curam dan ekstrem menjadi kendala utama pendistribusian komoditi menuju pesisir.
Perlanja Sira harus bekerja keras dalam membawa barang-barang komoditi tersebut. Mereka harus menempuh jarak bermil-mil dengan berjalan kaki sambil memikul barang. Maka dari itu, tidak semua orang bisa menjadi Perlanja Sira karena membutuhkan kekuatan fisik, mental, dan jiwa pengembara yang tinggi.
Kondisi bentang alam di Tanah Karo yang berbukit-bukit dan medan yang terjal, para Perlanja Sira pun saling bergotong royong dan saling berkoordinasi terkait rute atau jalur yang akan dilalui menuju pesisir.
Mengikat Rasa Persaudaraan
Keunikan Perlanja Sira ini mereka tidak ada rasa persaingan antar sesama. Mereka justru bersatu meskipun dari dua golongan yang berbeda, yaitu masyarakat pedalam dengan masyarakat pesisir.
Rasa persaudaraan ini terbangun karena kedua belah pihak memang saling membutuhkan, terutama dalam pemenuhan dan pendistribusian komoditas yang akan diperjualbelikan.
Dari Perlanja Sira kita belajar bahwa seluruh hasil bumi tak melulu soal persaingan dan adu domba, ternyata mampu mengikat rasa solidaritas dan persaudaraan yang tinggi antar sesama.
Terjadi Proses Migrasi
Seiring berjalannya waktu, para Perlanja Sira ini lambat laun terjadi proses migrasi yang tidak disengaja. Penyebab utamanya adalah jarak dari pedalaman menuju pesisir yang tergolong jauh dan memakan waktu berhari-hari, mengakibatkan Perlanja Sira membangun tempat tinggal atau tempat peristirahatan.
Para Perlanja Sira tak hanya sekedar lewat saja, tak sedikit dari mereka juga bermalam di sebuah tempat yang kemudian menjadi pusat aktivitas masyarakat atau bisa dibilang menjadi kampung.
Kota Binjai, menjadi salah satu wilayah bagi Perlanja Sira membangun tempat tinggal. Letak Binjai yang berada di tengah-tengah antara daerah pegunungan dan pesisir, menjadi tempat yang dirasa efektif bagi Perlanja Sira.