Pensiunan Guru Jadi Petani Cabai, Soeharto Sukses Kini Bisa Beli Moge Harley Davidson
Soeharto menceritakan kisah hidupnya sebagai guru SD sekaligus bertani.
Pada awalnya, Soeharto mulai bertani dengan menanam cabai di lahan seluas 2.000 meter.
- Kerja di Perusahaan Ini Dapat Gaji Rp15,7 Juta per Bulan, Boleh Cuti 10 Hari Jika Sedang Merasa Tak Bahagia
- Hanya Lulusan SMP dan Dua Kali Tidak Naik Kelas, Tak Disangka Pria Ini Sukses Jadi Pendiri Bisnis Waralaba Mendunia
- Jatuh Bangun Sobirin, Sopir Truk Pasir yang Kini Sukses Jadi Juragan Telur Puyuh
- Ternyata, Ini Rahasia Sukses Tiga Pengusaha Kecil Bertahan Hingga Puluhan Tahun
Pensiunan Guru Jadi Petani Cabai, Soeharto Sukses Kini Bisa Beli Moge Harley Davidson
Di tengah gemuruh modernisasi dan industrialisasi, bertani sering kali dianggap sebelah mata.
Namun, Soeharto, seorang petani dari Dusun Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, membuktikan bahwa bertani bukan hanya sekadar mencangkul tanah, tapi juga bisa menjadi jalan menuju kesuksesan.
Dikutip dari unggahan video YouTube Cap Capung yang diunggah pada 30 Juli 2021, Soeharto menceritakan kisah hidupnya sebagai guru SD sekaligus bertani. Dia mulai menjadi guru sejak 1977.
Sepuluh tahun kemudian pada 1987, dia menikah dan hidup bersama istrinya yang merupakan seorang ibu rumah tangga. Gaji guru yang saat itu terbilang kecil ternyata tidak cukup.
Hal itulah yang menjadi alasan Suharto memberanikan diri bertani.
"Saya mengajar sejak tahun 1977 dan pensiun pada tahun 2017. Gaji sebagai guru pada waktu itu cukup kecil, sehingga setelah menikah pada tahun 1987, saya merasa perlu mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga," ujar Soeharto, dikutip Minggu (20/5).
Pada awalnya, Soeharto mulai bertani dengan menanam cabai di lahan seluas 2.000 meter. Keberhasilan awal dalam menanam cabai membuat Soeharto semakin termotivasi.
Setahun kemudian, Soeharto memiliki modal dan menanam cabai di atas lahan seluas 1 hektar. Selang waktu kurang dari lima tahun, lahannya semakin luas mencapai 10 hektar.
Berbekal pengetahuan yang diperoleh secara otodidak dari pengalaman sebagai anak seorang petani, Soeharto mampu mengelola tanamannya dengan baik. Namun, Suharto tetap mempelajari karakter-karakter tanaman yang ditanamnya untuk mendapatkan hasil maksimal.
"Saya belajar mengenali karakter tanaman, mencoba berbagai jenis pupuk dan obat, hingga akhirnya menemukan formula yang tepat," tambahnya.
Menjadi seorang petani, Suharto juga mengalami berbagai tantangan. Salah satunya saat kebun cabainya berbuah lebat tapi ternyata harga di pasar rendah karena bersamaan petani-petani yang lain di seluruh Indonesia. Hal itu membuatnya rugi.
"Saya tidak pernah mengalami kegagalan total dalam bertani. Meski pernah merugi akibat harga pasar yang rendah, saya selalu belajar dan beradaptasi," jelasnya.
Keberhasilannya dalam bertani tidak hanya memberikan penghasilan yang cukup untuk keluarganya. Sesaat sebelum dia pensiun, hasil bertaninya mampu mewujudkan mimpi untuk memiliki Harley Davidson.
"Dulu saya hanya bisa bermimpi memiliki Harley Davidson. Tapi berkat hasil dari pertanian, saya berhasil membeli Harley dan sering touring bersama teman-teman," ceritanya dengan penuh rasa syukur.
Keberhasilan Soeharto dalam pertanian juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitarnya.
Dengan lahannya yang cukup luas, dia mempekerjakan 34 orang dari desa dan membantu mereka mendapatkan penghasilan.
Bahkan beberapa karyawannya mampu menyekolahkan anaknya hingga tingkat sarjana berkat penghasilan dari bekerja.
Soeharto juga memotivasi generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian. Menurutnya, Indonesia sebagai negara agraris punya potensi besar di bidang pertanian yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
"Bertani bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional, tapi juga bisa menjadi sumber devisa dan kita bisa memberi penghasilan pada masyarakat sekitar dan mimpi-mimpi kita pun bisa tercapai,”
pungkasnya.
merdeka.com