Rupiah melemah karena terlalu banyak dana asing di ekonomi Indonesia
Menko Darmin: Dana asing di SBN mencapai 30 persen, di pasar modal bisa sebesar 60 persen. Batuk sedikit, goyang kita.
Nilai tukar Rupiah kembali ditutup melemah dibanding kemarin. Hari ini, Selasa (25/6), Rupiah ditutup di posisi Rp 14.060 per USD.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai merosotnya nilai tukar Rupiah tak hanya disebabkan faktor eksternal. Kondisi perekonomian dalam negeri juga turut memicu terpuruknya Rupiah. Besarnya dana asing dalam sistem perekonomian nasional membuat Rupiah rawan goyah.
-
Di mana Pasar Keuangan Rakyat (PKR) di Sumbawa Barat digelar? Dalam rangka Bulan Inklusi Keuangan, OJK Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama Bank Indonesia dan 14 Lembaga Jasa Keuangan menggelar Pasar Keuangan Rakyat (PKR) yang dilaksanakan pada 27-29 Oktober 2023 di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Bagaimana Stasiun Medan berperan dalam perdagangan? Stasiun Penting Dengan dibukanya akses jalur kereta api di Tanah Deli, akses dan mobilisasi kegiatan perdagangan serta mengangkut hasil perkebunan dari daerah pedalaman ke pelabuhan Belawan semakin lancar.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
Besarnya dana asing bisa terlihat dari Surat Berharga Negara (SBN) dan Surat Utang Negara (SUN) yang mencapai 38 persen.
"Tidak harus persoalan Yuan ini yang harus didengungkan, Rupiah sudah rentan kalau soal kurs. Terlalu besar dana asing di dalam ekonomi kita," ujar Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (25/8).
Jika dibandingkan beberapa negara, persentase dana asing di surat berharga Indonesia memang terbilang tinggi. Di India kepemilikan asing pada surat berharganya hanya 7 persen, Brasil hanya 20 persen, Korea Selatan 16 persen dan Thailand 14 persen.
Sementara dana asing di SBN Indonesia berdasarkan data bank sentral, pada April lalu kepemilikan asing pada SBN pernah mencapai 40 persen, turun menjadi 37 persen dan kembali naik menjadi 38,8 persen.
Selain SBN, kata Darmin dana asing juga menguasai pasar modal Indonesia. Bahkan persentasenya mencapai 60 persen.
"Kalau sebanyak itu asing, itu artinya apa? Batuk sedikit ya keluar dia, kita goyah," jelas dia.
Meski begitu, Darmin mengakui Indonesia tetap membutuhkan dana asing untuk investasi di segala bidang dan memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia. Karena itu cadangan valuta asing di Indonesia tetap terjaga.
"Jadi tidak ada jalan lain, jawabannya sebenarnya adalah masuknya uang dari luar," ungkapnya.
(mdk/noe)