Ternyata Ini Alasan 74 Persen Masyarakat Pilih Tak Lapor Praktik Politik Uang
Temuan ini terungkap dalam sebuah laporan bertajuk Partisipasi dan Opini Publik Menjelang Pilkada 2024.
Hasil laporan Populix mengungkapkan, sebanyak 74 persen masyarakat memilih untuk tak melaporkan adanya praktik politik uang selama Pilkada 2024.
Temuan ini terungkap dalam sebuah laporan bertajuk Partisipasi dan Opini Publik Menjelang Pilkada 2024: Politik Dinasti dan Politik Uang, dilansir Senin (2/12).
- Ahmad Ali-AKA Minta Masyarakat Pilih Satu Hal ini Saat Pencoblosan Pilkada Sulteng
- Pilkada 2024, Pemilih Muda Diminta Pilih Pemimpin dari Rekam Jejak Bukan Hanya Janji Politik
- Jaga Pilkada Serentak 2024, Beri Rakyat Kebebasan Memilih Calon Pemimpinnya
- Masyarakat Diingatkan Perbedaan Pilihan Paslon Jangan sampai Merusak Persatuan
Manajer Riset Sosial Populix, Nazmi Haddyat Tamara menjelaskan, pewajaran ini bukan tanpa alasan. 74 persen responden yang mewajarkan politik dinasti beralasan bahwa mereka tidak masalah selama kandidat memiliki kompetensi yang baik.
"Temuan ini senada dengan hasil penelitian kami sebelumya tentang kriteria calon pemimpin daerah. Di mana publik cenderung lebih berfokus pada sosok calon pemimpin daerah, dengan rekam jejak dan visi-misi sebagai kriteria utama," kata Nazmi.
Selain itu, survei Populix mengungkapkan sebanyak 50 persen responden mengaku pernah ditawari uang atau hadiah saat akan mencoblos. Praktik serangan fajar ini hampir terjadi di seluruh kelas ekonomi masyarakat.
"Berbeda dari asumsi bahwa politik uang cenderung terjadi di kalangan menengah ke bawah, 47 persen responden dari kalangan atas mengaku pernah ditawari suap," jelas Nazmi.
Politik uang merujuk pada praktik pemberian atau janji menyuap agar mereka tidak memilih atau memilih sesuai arahan dari si pemberi suap. Aksi ini biasa dilakukan menjelang hari pemilihan, atau bahkan di pagi hari sebelum pemilihan yang biasa dikenal serangan fajar.
Menurut hasil penelusuran Populix, tim sukses kampanye menjadi agen politik uang yang paling sering ditemukan di lapangan. Lalu, disusul dengan pengurus partai politik.
"Tak hanya orang partai, teman atau tetangga sekitar juga ketua RT maupun RW juga ditunjuk sebagai perantara suap demi memuluskan kemenangan para bakal calon pemimpin daerah," ucap Nazmi.
Untuk diketahui, Temuan Populix ini didapatkan melalui survei kepada 962 responden yang didominasi Gen-Z dan Milenial.