CEK FAKTA: Disinformasi Kabar Obat Tocilizumab Bisa Sembuhkan Pasien Covid-19
Merdeka.com - Beredar informasi ilmuwan telah menemukan obat penyakit yang dipicu virus corona baru atau Covid-19. Namanya Tocilizumab.
Kabar tersebut diunggah dalam artikel berjudul "Alhamdulillah,Ilmuan Temukan Obat Baru Untuk Virus C0R0NA, Sembuhkan 90% Meski Kondisi Pasien Kritis" yang dimuat situs goodmothers.raulaz.com, pada 28 Maret 2020.
Berikut isinya:
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa tujuan uji klinis obat ini? Uji klinis pertama di dunia untuk obat yang dirancang untuk menumbuhkan gigi akan dimulai pada bulan September tahun ini di Rumah Sakit Universitas Kyoto, Jepang.
-
Kapan obat ini diharapkan bisa digunakan? Jika hasilnya menunjukkan positif, maka obat ini diharapkan dapat diberikan izin diproduksi, dan dapat digunakan untuk para orang dewasa yang kehilangan gigi, pada tahun 2030 mendatang.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Dimana program pembiayaan tuberkulosis akan diuji coba? Inovasi Pembiayaan TB ini akan diuji coba dalam enam wilayah, yaitu Kota Medan, Kota Bogor, Kota Denpasar, Kota Surabaya, Kota Jakarta Utara, dan Kota Semarang.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
"Beberapa waktu yang lalu ada kabar gembira bahwa ada obat yang digunakan untuk menyembuhkan pasien dari virus corona.
Obat tersebut adalah Avigan dari Jepang dan Klorokuin obat Malaria yang selama ini mudah dijumpai di Indonesia.
Meski tidak resmi, namun kedua obat tersebut sudah dijadikan alternatif untuk mengobati pasien virus corona.
Kini ada kabar gembira lagi bahwa ditemukan obat baru diyakini juga bisa digunakan untuk mengobati Covid-19.
Bahkan obat tersebut memiliki rasio besar hingga 90% bisa menyembuhkan dari virus corona.
Dilansir oleh Daily Star pada Kamis (26/3/2020), sebuah obat ditemukan untuk melawan virus corona dan bahkan disebut memiliki rasio 90% untuk menyembuhkan.
Hal itu dibuktikan dalam uji coba pertama.
Pasien Covid-19 yang didiagnosis kondisinya parah atau kritis di dua rumah sakit terpisah di Provinsi Anhui, China Timur.
Mereka diberi obat yang disebut tocilizumab bersama secara rutin antara 5-14 Februari.
Hasilnya efektif, keduanya bisa disembuhkan dan memberikan perubahan signifikan.
Ini bisa menjadi temuan besar dalam membantu mengatasi pandemi yang belum ditemukan solusinya hingga saat ini.
Tocilizumab atau dikenal dengan Actemra diproduksi oleh perusahaan farmasi Swiss Roche.
Biasanya obat ini digunakan untuk mengobati radang sendi.
Lima belas dari 20 pasien yang terlibat dalam percobaan dapat menurunkan asupan oksigen.
Dengan 19 pasien dipulangkan rata-rata 13,5 hari setelah perawatan.
Studi ini menyimpulkan "Tocilizumab adalah pengobatan yang efektif pada pasien Covid-19 yang parah yang memberi strategi terapi baru untuk penyakit fatal ini."
Tocilizumab membantu menurunkan kadar protein interleukin 6 tinggi yang membantu beberapa penyakit peradangan.
Genetech sebuah perusahaan bioteknologi di AS meluncurkan uji coba pada obat ini apakah bisa digunakan di Amerika.
"Kami sedang melakukan uji klinis pada Actemra untuk perawatan di rumah sakit dengan Covid-19 sehingga dapat lebih baik sehingga bisa menentukan apakah Actemra potensial dalam memerangi penyakit ini," katanya.
Di China penelitian dengan Actemra masih terus berjalan dan dalam uji klinis sudah diujikan pada 188 pasien dan akan terus berjalan sampai 10 Mei.
Jumat lalu WHO mengumumkan, uji coba global untuk mencari tahu obat-obatan yang potensial untuk digunakan melawan Covid-19.
Aksi tersebut disebut SOLIDARITY untuk menggunakan obat-oabatan yang tersedia yang mungkin bisa mengendalikan virus tersebut.
Jika ini berhasil bukan tidak mungkin kita tak perlu takut lagi dengan wabah penyakit ini, karena bisa diatasi dengan mudah."
Penelusuran
Menurut penelusuran merdeka.com, informasi tersebut adalah disinformasi. Dalam artikel Liputan6 berjudul "Cek Fakta: Obat Covid-19 Tocilizumab Bisa Sembuhkan 90 Persen Meski Kondisi Pasien Kritis?" pada 27 Mei 2020, dijelaskan ada dua hasil berbeda dalam penelitian obat Tocilizumab.
Untuk menelusuri kabar ini, Cek Fakta Liputan6.com melakukan pencarian mengunakan Google Search dengan kata kunci 'Tocilizumab obat virus corona'.
Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Ilmuwan AS Sebut Tocilizumab Berpotensi Sebagai Obat untuk COVID-19" yang dimuat situs liputan6.com, pada 2 Mei 2020.
Dalam artikel tersebut diungkap, penelitian untuk melihat efektivitas obat rheumatoid arthritis tocilizumab untuk penanganan COVID-19 tengah dilakukan para ilmuwan di University of California (UC) San Diego, Amerika Serikat. Studi ini dikabarkan telah memasuk fase ketiga uji klinis.
Selain di AS, para ilmuwan di Prancis juga tengah melakukan penelitian pada obat serupa pada pasien COVID-19 bergejala parah di negara tersebut.
Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok juga memasukkan Tocilizumab dalam panduannya menangani pneumonia terkait COVID-19 dan masalah paru-paru lainnya.
Percobaan akan dilakukan pada sekitar 330 partisipan yang terdaftar di hampir 70 lokasi di seluruh dunia. Mereka harus berusia 18 tahun atau lebih dan dirawat di rumah sakit dengan pneumonia COVID-19.
Peserta akan menerima satu infus Tocilizumab dan yang lainnya akan diberikan plasebo, dengan infus lanjutan apabila gejala klinis memburuk maupun mengalami perbaikan.
"Titik akhir atau pertanyaan yang ingin kami jawab adalah: Apakah Tocilizumab meningkatkan kesehatan dan status klinis pasien COVID-19 yang dirawat," kata Malhotra.
Selain itu, yang ingin dilihat juga adalah apakah obat ini bisa mengurangi angka kematian karena pneumonia COVID-19, kebutuhan ventilasi mekanik, maupun pasien yang dilarikan ke unit perawatan intensif.
Mereka memperkirakan, penelitian ini akan selesai pada 30 September 2020.
Hasil Berbeda
Pada 6 Mei 2020, situs The Science Times memuat artikel berjudul COVID-19: Arthritis Drug Saves 72-year-old Critically Ill Patient with Grim Condition.
Dalam artikel itu disebutkan, pada 16 Maret 2020, seorang pasien bernama Leonard Whitehurst dirawat di Rumah Sakit Royal Cornwall dan dinyatakan positif COVID-19. Dokter menyebut, kondisinya saat itu parah.
Untuknya, pria 72 tahun itu terselamatkan setelah dokter memberikan Tocilizumab yang menujukkan hasil menjanjikan saat digunakan untuk merawat pasien COVID-19 di Italia.
Hasil berbeda ditemukan di India. Dalam artikel berjudul, Ghorpadi GP first Pune doctor to die of Covid-19 infection yang dimuat The Times of India pada 23 Mei 2020 disebutkan bahwa seorang dokter umum meninggal dunia akibat COVID-19. Ia sudah diberikan Tocilizumab.
Kesimpulan
Kabar tentang tocilizumab sebagai obat Covid-19 belum terbukti, obat radang sendi tersebut masih diuji coba pada pasien Covid-19.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sumber: Liputan6/Pebrianto Eko Wicaksono (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaKepala Rumah Sakit RSPAD Gatot Soebroto, Letnan Jenderal TNI Albertus Budi Sulistya buka suara terkait informasi tersebut.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi siap jadi 'endorser' kepada masyarakat yang menderita TBC agar tidak lupa minum obat.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memberikan arahan agar disiapkan karantina khusus berdekatan dengan lokasi di mana tuberkulosis itu terjadi.
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaTerobosan Baru Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca Selengkapnya