Dipenjara Seumur Hidup, Ini Motif Mengejutkan Perawat Inggris yang Bunuh Tujuh Bayi
Jaksa mengemukakan beberapa kemungkinan motif mengapa Letby membunuh bayi-bayi
Jaksa mengemukakan beberapa kemungkinan motif mengapa Letby membunuh bayi-bayi
Dipenjara Seumur Hidup, Ini Motif Mengejutkan Perawat Inggris yang Bunuh Tujuh Bayi
Perawat Lucy Letby, 33 tahun, dinyatakan bersalah atas pembunuhan tujuh bayi di Rumah Sakit Countess of Chester, Inggris, dalam kasus langka yang telah menggemparkan Inggris. Dalam vonis pengadilan kemarin dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Sebuah penyelidikan independen dilakukan untuk memahami bagaimana Letby bisa melakukan pembunuhan dan mencoba membunuh enam bayi lainnya sebelum dilaporkan kepada polisi.Alasan mengapa Letby melakukan pembunuhan mungkin tidak pernah sepenuhnya dipahami, meskipun para jaksa dan ahli lainnya telah menjelaskan beberapa kemungkinan motif yang disampaikan kepada juri selama persidangannya.
Dilansir laman The Independent, berikut beberapa motif utama yang dibahas di pengadilan. 1. Untuk mendapatkan perhatian rekan dokter yang dia 'terpesona' Salah satu motivasi yang diajukan oleh jaksa adalah Letby menganiaya dan membunuh bayi-bayi dalam perawatannya untuk mendapatkan simpati seorang dokter yang ia 'terpesona' dengannya. Dikatakan bahwa dia ingin membuat dirinya menjadi pusat perhatiannya. Sepanjang persidangan, Letby tidak menunjukkan emosi apapun hingga 16 Februari lalu ketika sang dokter, yang tidak dapat diidentifikasi karena alasan hukum, mengkonfirmasi namanya setelah bersumpah. Suara sang dokter itu membuatnya tiba-tiba menangis dan meninggalkan tempat duduknya dengan terburu-buru menuju pintu keluar ruang sidang. Tiba saatnya untuk bersaksi, dia mengatakan dirinya mencintai dokter tersebut sebagai "teman yang dapat dipercaya", tapi bukan jatuh cinta yang romantis.Bayi P, salah satu dari tiga anak kembar yang dibunuh Letby, kolaps pada 24 Juni 2016 dan dia rencana akan dipindahkan ke rumah sakit lain. Tak lama sebelum pemindahan direncanakan, Letby dikatakan telah mengatakan kepada rekan kerjanya - yang dituduh oleh jaksa sebagai orang yang ia 'terpesona' - "dia tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup, bukan?".
2. Dia menikmati peran sebagai ‘Tuhan'
Selama persidangan Letby, jaksa Nick Johnson KC mengatakan dia membuat komentar itu karena dia merasa tahu apa yang akan terjadi. Jaksa mengatakan: "Dia mengendalikan segala sesuatunya. Dia menikmati apa yang sedang terjadi dan dengan senang hati meramalkan sesuatu yang dia tahu akan terjadi." "Dalam arti sebenarnya, dia berperan sebagai 'Tuhan'." 3. Dia mendapatkan 'kesenangan' dari 'dukacita dan keputusasaan' orang tua korban Letby bertindak tidak biasa ketika bayi-bayi yang dia bunuh atau coba bunuh tiba-tiba menurun kondisinya, kata orang tua dan perawat lain di ruangan tempat dia bekerja. Orang tua bayi I, yang meninggal setelah dianiaya berulang kali oleh Letby, mengatakan kepada polisi mereka mengingat dia "tersenyum dan bercerita tentang bagaimana dia hadir saat Anak I pertama kali mandi dan betapa dia sangat menyukainya".Mr. Johnson KC mengajukan pertanyaan kepada Letby bahwa apakah dia "mendapatkan kesenangan dari apa yang kamu saksikan, duka dan keputusasaan, di dalam ruangan itu". Letby membantah tuduhan tersebut.
Letby juga mencari keluarga korban di Facebook pada hari ulang tahun kematian anak mereka. Dalam satu kasus, dia melakukan pencarian pada Hari Natal.
4. Dia merasa merawat bayi yang kurang sakit itu 'membosankan' Dikatakan bahwa Letby bertengkar dengan rekan kerja senior saat diminta untuk merawat bayi-bayi yang akan pulang. Perawat senior Kathryn Percival-Calderbank mengatakan kepada juri bahwa Letby "tidak senang" jika dia ditempatkan di shift perawatan tersebut. Calderbank berkata: "Dia menyatakan dirinya tidak senang ditempatkan di ruang perawatan luar. Dia mengatakan itu membosankan dan dia tidak ingin memberi makan bayi. Dia ingin berada di perawatan intensif.