Dokter Ungkap Israel Sengaja Targetkan Anak-Anak di Gaza, Ditembak Sniper di Dada dan Kepala
Israel membunuh lebih dari 32.000 warga sipil di Jalur Gaza, Palestina, sejak Oktober 2023, sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Israel membunuh lebih dari 32.000 warga sipil di Jalur Gaza, Palestina, sejak Oktober 2023, sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Dokter Ungkap Israel Sengaja Targetkan Anak-Anak di Gaza, Ditembak Sniper di Dada dan Kepala
Dr. Fozia Alvi mengunjungi unit perawatan intensif di rumah sakit umum Eropa yang hancur di Gaza Selatan pada hari terakhirnya. Dia bertemu dengan dua pasien muda yang baru saja datang dengan selang pernapasan di tenggorokan mereka dan luka di wajah mereka.
"Saya bertanya kepada perawat, bagaimana riwayatnya? Dia mengatakan mereka dibawa masuk beberapa jam yang lalu. Mereka terkena tembakan penembak jitu di bagian otak. Mereka berusia tujuh atau delapan tahun," katanya, dikutip dari The Guardian, Kamis (4/4).
Hati dokter asal Kanada itu pun luluh lantak. Ini bukan korban anak-anak pertama yang dirawat Alvi. Ia tahu kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh satu peluru kaliber tinggi pada tubuh anak kecil yang rapuh.
"Mereka tidak dapat berbicara, lumpuh. Mereka benar-benar terbaring seperti sayuran di tempat tidur itu. Mereka bukan satu-satunya. Saya bahkan melihat anak-anak kecil dengan luka tembak langsung di kepala dan dada. Mereka bukan kombatan, mereka anak kecil," kata Alvi.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan satu dari tiga dari 32.000 orang yang terbunuh dalam serangan Israel yang berlangsung selama berbulan-bulan di Gaza adalah anak-anak. Puluhan ribu anak-anak lainnya menderita luka parah, termasuk di antaranya yang memerlukan amputasi.
Sembilan dokter menceritakan kepada The Guardian tentang pengalaman mereka bekerja di rumah sakit Gaza tahun ini. Mereka mengatakan sebagian besar anak-anak yang mereka rawat tewas atau terluka karena pecahan peluru atau terbakar selama pengeboman Israel yang intens di lingkungan perumahan, yang dalam beberapa kasus menghancurkan seluruh keluarga. Sebagian lainnya tewas atau terluka karena tertimpa reruntuhan bangunan, dan masih banyak lagi yang hilang di bawah reruntuhan.
Mereka juga banyak merawat banyak anak-anak, orang tua, dan orang lain yang jelas-jelas bukan tentara yang mengalami luka tembak di kepala atau dada.
Para dokter meyakini pasukan Israel sengaja menargetkan anak-anak setelah melihat jenis luka, lokasi, dan kesaksian warga Palestina yang membawa anak-anak tersebut ke rumah sakit.
Dokter lain menyatakan mereka tidak mengetahui situasi penembakan tersebut, tetapi mereka sangat prihatin dengan banyaknya anak-anak yang terluka parah atau meninggal akibat satu tembakan, terkadang oleh peluru berkaliber tinggi yang menyebabkan kerusakan parah pada tubuh anak-anak.
Pada pertengahan Februari, sekelompok ahli PBB menuduh militer Israel menargetkan warga sipil Palestina yang jelas-jelas bukan pejuang, termasuk anak-anak, saat mereka mencari perlindungan.
"Kami terkejut dengan laporan-laporan tentang penargetan dan pembunuhan di luar hukum yang disengaja terhadap perempuan dan anak-anak Palestina di tempat-tempat di mana mereka mencari perlindungan, atau ketika melarikan diri. Beberapa dari mereka dilaporkan memegang kain putih ketika mereka dibunuh oleh tentara Israel atau pasukan yang berafiliasi dengannya," kata kelompok tersebut.
Ahli militer & patologi forensik menerima deskripsi dan gambar luka tembak 8 anak. Mereka mengklaim sulit memastikan kondisi penembakan hanya berdasarkan deskripsi dan foto, tetapi mereka menemukan amunisi yang digunakan Israel.
Klaim bahwa tentara Israel telah menembaki warga sipil, termasuk anak-anak, di luar pertempuran dengan Hamas atau kelompok bersenjata lainnya, tampaknya didukung oleh laporan saksi mata dan rekaman video. Dalam beberapa kasus, saksi mata yang menyaksikan bagaimana mereka ditembaki sambil mengibarkan bendera putih angkat bicara.
Pada Sabtu (30/3), media Israel Haaretz melaporkan militer Israel secara teratur menembaki warga sipil di wilayah yang disebut sebagai "zona tempur".
Pasukan penjajah Israel mengerahkan penembak jitu selama operasi tempur, sering kali sebagai bagian dari unit elit. Mereka dilatih untuk "menargetkan dan melenyapkan ancaman teroris yang sangat sulit", menurut definisi militer sendiri.
Sejarah panjang penembak jitu yang menembaki warga Palestina yang tidak bersenjata, termasuk anak-anak, di Gaza dan Tepi Barat telah dicatat oleh kelompok hak asasi manusia Israel dan internasional.
Selain itu, warga Palestina yang tinggal di Gaza mengatakan bahwa ada perkembangan baru yang menakutkan dalam perang Gaza terbaru: pesawat tak berawak bersenjata yang dapat melayang di atas jalanan dan menembaki orang. Warga Palestina mengklaim bahwa drone yang disebut sebagai quadcopter telah digunakan untuk menembak warga sipil.
Milite Israel membantah tuduhan bahwa penembak jitu mereka dengan sengaja menembaki warga sipil. Mereka mengatakan tidak dapat menangani penembakan individu "tanpa koordinat insiden".