Fakta-fakta Amerika Serikat Jadikan Perang Sebagai Lahan Basah Mencari Uang
Merdeka.com - Perang dan konflik kerap terjadi di wilayah Timur Tengah. Kondisi ini justru dimanfaatkan Amerika Serikat untuk mendulang keuntungan. Saat perang terjadi, peralatan perang hingga bantuan pasukan militer dibutuhkan. Hal ini yang dimanfaatkan AS.
Amerika Serikat memang dikenal sebagai negara adikuasa dengan militer terkuat di dunia. Bukan hanya personel militer yang terlatih, AS juga memiliki sejumlah peralatan militer canggih yang ditakuti dunia.
Berikut fakta-fakta Amerika Serikat menjadikan konflik dan perang sebagai lahan basah meraup untung:
-
Apa yang dijual Rusia ke Amerika? Alaska dijual oleh Rusia kepada Amerika Serikat dengan nilai sebesar 7,2 juta dolar pada tanggal 30 Maret 1867.
-
Bagaimana seseorang bisa membeli senjata api di AS? Orang Amerika bisa membeli senjata dengan mudah hanya dalam waktu kurang dari satu jam.
-
Apa yang dijual? Dia merinci, luas tanah lokasi berdirinya masjid 300 meter persegi.'Sementara tanah kosong yang di belakang masjid kurang lebih luasnya juga 300 meter persegi. Jadi kurang lebih dua sertifikat itu luas lahannya 600 meter,' ungkapnya.
-
Apa yang Infantri jual? Selanjutnya biji kopi itulah yang ia jual ke berbagai tempat.
-
Apa yang menyebabkan peningkatan penjualan senjata? 'Terjadi peningkatan tajam dalam pendapatan penjualan senjata pada 2023, dan kemungkinan akan terus berlanjut pada tahun 2024,' kata Lorenzo Scarazzato, peneliti di SIPRI Military Expenditure and Arms Production, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir laman Straits Times, Senin (2/12).
-
Siapa yang jual jet tempur ke Israel? Anthony Sampson menyoroti masalah pengiriman pesawat tempur Prancis ke Israel ini. Menurutnya seolah-olah ini adalah murni kebijakan Prancis, tetapi ternyata tidak. Di belakang itu ada Amerika Serikat.
Jualan Peralatan Militer
Amerika Serikat memiliki sejumlah perusahaan pembuatan peralatan militer hingga kendaraan tempur. Perusahaan-perusahaan itu, seperti Lockheed Martin Corp, General Dynamics dan United Technologies Corp. Masing-masing perusahaan itu memiliki hasil produksi yang berbeda. Lockheed Martin Corp dikenal sebagai perusahaan pembuatan pesawat tempur, seperti jet tempur F-16, F-22, dan F-35.
Kemudian General Dynamics dikenal sebagai perusahaan pembuatan senjata, rudal, kapal perang, kapal selam, dan roket. Selanjutnya United Technologies Corp merancang dan menjual sistem yang canggih untuk helikopter militer, sistem autopilot, dan sistem peringatan senjata berpemandu laser.
Sejumlah negara membeli senjata buatan AS, seperti Indonesia, Arab Saudi, dan sejumlah negara yang sedang berperang. Kemudian pada 2017, negara-negara seperti Israel, Inggris, Mesir, Irak, dan Australia juga ikut membeli senjata AS.
Untuk Arab Saudi, senjata AS diperlukan untuk melawan pemberontak Houthi, Yaman. Pada Maret 2018, Gedung Putih mengumumkan kepada Kongres telah menyepakati penjualan senjata senilai USD 1 miliar atau Rp 13,7 triliun kepada Arab Saudi. Adapun paket penjualan itu mencakup 6.700 tank anti-rudal buatan Amerika Serikat.
Kemudian pada Mei 2018, AS juga menjual senjata kepada Arab Saudi, Yordania dan Uni Emirat Arab senilai lebih dari USD 8 miliar. Penjualan senjata ini tentu tidak disetujui oleh Kongres AS, karena banyaknya korban sipil dari serangan ke Yaman, serta pelanggaran hak asasi manusia seperti pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di sebuah konsulat Saudi di Turki.
Jualan Pasukan Militer
Presiden Amerika Serikat dalam wawancara dengan stasiun televisi Fox News mengatakan dia membuat Arab Saudi membayar AS atas penambahan pasukan di kawasan Timur Tengah menyusul situasi yang kian menegangkan belakangan ini.
"Arab Saudi membayar untuk tentara kita. Kita punya hubungan sangat baik dengan Arab Saudi," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News, seperti dilansir laman Middle East Monitor, Senin (13/1).
"Saya bilang, begini, Anda adalah negara kaya. Anda mau tambahan tentara? Saya akan kirimkan mereka untuk Anda, tapi Anda harus membayar. Mereka membayar. Mereka sudah menaruh deposit USD 1 miliar di bank," kata Trump.
Oktober lalu Pentagon mengatakan menyetujui pengerahan 3.000 tentara tambahan dan peralatan militer ke Arab Saudi setelah perusahaan minyak mereka, Aramco, mengalami serangan rudal September lalu. Kelompok pemberontak Huthi di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Peralatan militer yang dikerahkan ke Saudi termasuk rudal Patriot, sistem pertahanan THAAD dan jet tempur.
Anggota parlemen AS Justin Amash menyebut tindakan Trump itu sama saja dengan menjual tentara.
"Dia menjual tentara," kata Amash dalam kicauannya di Twitter menanggapi pernyataan Trump dalam wawancara Fox News itu.
Jual Bahan Bakar untuk Pesawat Tempur
Tak hanya penjualan senjata dan pengiriman pasukan militer, Amerika Serikat juga menjual bahan bakar untuk kendaraan tempur. Dua negara yang membeli bahan bakar tersebut yakni Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Namun Arab Saudi belum membayar ongkos operasi pengisian bahan bakar di udara yang dilakukan militer AS kepada jet-jet tempur Saudi.
AS sempat menghentikan bantuan pengisian bahan bakar jet Saudi di udara ketika mereka menggempur pemberontak Huthi di Yaman pada November 2018.
Pada Desember 2018, militer AS mengatakan mereka menagih biaya sebesar USD 331 juta kepada Saudi dan Uni Emirat Arab setelah memberi bantuan pengisian bahan bakar jet tempur di udara dalam perang di Yaman. Lebih dari setahun kemudian Saudi masih belum membayar biaya itu.
"Proses pembayarannya masih berlangsung dan kami mengharapkan biaya itu diganti sepenuhnya. Saya tidak bisa menguraikan secara spesifik proses penggantian biaya itu," ujar Rebarich kepada CNN.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Feinstein tidak menampik kondisi peperangan memang menjadi benefit bagi industri pertahanan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat membantu negara-negara Arab dengan senjata. Tapi diam-diam membantu Israel dengan kucuran uang.
Baca SelengkapnyaPeneliti menilai tren meraup laba bagi perusahaan produsen senjata itu akan berlanjut di tahun depan.
Baca SelengkapnyaNegara yang membantu memberikan suplai peralatan militer ke Israel.
Baca SelengkapnyaNilai belanja militer itu naik 6,8 persen dari 2022 dan mencatat lompatan paling tajam sejak 2009, demikian disebutkan dalam laporan tersebut.
Baca SelengkapnyaSejumlah negara Eropa menjadi pemasok senjata Israel. Mulai kapal selam hingga jet tempur ringan.
Baca SelengkapnyaKeuntungan ini bersumber dari perang Ukraina-Rusia yang masih berlangsung hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaKonflik bersenjata di beberapa wilayah dunia turut berpengaruh pada naiknya anggaran pertahanan sejumlah negara dari rata-rata 2 persen menjadi 3 persen.
Baca SelengkapnyaIsrael telah membunuh lebih dari 40.000 warga Palestina di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaSederet potensi gangguan ekonomi akibat pecah peran Iran-Israel di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaBantuan Amerika untuk Israel tidak hanya berbentuk uang. Negara yang dijuluki polisi dunia itu juga mengirimkan alutsista ke Israel.
Baca SelengkapnyaSalah satu alutsista Indonesia paling laku yaitu Anoa 6x6 yang dibuat PT Pindad. Anoa 6x6 ini dipesan Malaysia, Pakistan, Timor Leste dan lainnya.
Baca Selengkapnya