FOTO: Parahnya Kekeringan dan Suhu Panas di Brasil, 120 Ekor Lumba-Lumba Air Tawar di Amazon Mati Mengambang
Lumba-lumba air tawar di sungai Amazon ini merupakan spesies yang terancam punah.
Para ahli menduga keadaan ini disebabkan oleh suhu panas yang melanda wilayah Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil.
FOTO: Parahnya Kekeringan dan Suhu Panas di Brasil, 120 Ekor Lumba-Lumba Air Tawar di Amazon Mati Mengambang
Sebanyak 120 bangkai mamalia lumba-lumba sungai ditemukan mengambang dan terdampar di anak sungai Amazon selama sepekan terakhir.
Para ahli menduga keadaan ini disebabkan karena kekeringan dan suhu panas yang melanda wilayah Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil.
Para peneliti yakin, kekeringan parah itu telah membuat permukaan air sungai menyusut dan memanas hingga mencapai suhu yang tidak dapat ditoleransi lumba-lumba.
Lumba-lumba sungai Amazon yang sebagian besar berwarna merah jambu mencolok ini adalah spesies air tawar yang unik dan hanya ditemukan di sungai-sungai Amerika Selatan.
Lumba-lumba ini merupakan salah satu dari segelintir spesies lumba-lumba air tawar yang tersisa di dunia. Siklus reproduksi yang lambat membuat populasi mereka sangat rentan terhadap ancaman.
Sebagian besar lumba-lumba yang ditemukan mengambang di sungai itu sudah dalam kondisi membusuk.
Kondisi ini membuat para ahli biologi melakukan otopsi pada ratusan bangkai mamalia lumba-lumba itu untuk mengetahui penyebab kematiannya.
Namun para ilmuwan tidak mengetahui secara pasti apakah kekeringan dan suhu panas menjadi penyebab meningkatnya kematian lumba-lumba. Mereka juga mencari tahu penyebab lainnya, seperti misalnya infeksi bakteri yang bisa saja membunuh lumba-lumba sungai yang terbentuk di tepi Sungai Tefé sebelum mengalir ke Amazon.
Setidaknya 70 bangkai muncul ke permukaan pada hari Kamis lalu ketika suhu air Danau Tefé mencapai 39 derajat Celcius, lebih dari 10 derajat lebih tinggi dari rata-rata sepanjang tahun ini.
Para ahli menyebut, suhu air sempat menurun selama beberapa hari, akan tetapi kembali naik pada hari Minggu (1/10/2023) menjadi 37 derajat celcius,
Sementara itu, aktivis lingkungan menyalahkan kondisi ini pada perubahan iklim, yang berakibat pada kekeringan dan gelombang panas. Peran El Nino juga bisa menjadi penyebab lumba-lumba itu mati.
“Kami telah mendokumentasikan 120 bangkai dalam seminggu terakhir,”
Kata Miriam Marmontel, peneliti di lembaga lingkungan Mamiraua yang berfokus pada wilayah sungai pertengahan Solimoes.
Sekitar delapan dari setiap 10 bangkai adalah jenis lumba-lumba merah muda, yang disebut "botos" di Brasil, yang mewakili 10 persen dari perkiraan populasi mereka di Danau Tefé, kata Marmontel.
Botos dan lumba-lumba sungai abu-abu yang disebut "tucuxi" termasuk dalam daftar merah spesies yang terancam punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.