Hasil Penelitian: Vaksin Covid-19 Tidak Membahayakan Plasenta
Merdeka.com - Tidak ada dasar biologis di balik klaim yang beredar di media sosial yang menyebut vaksin Covid-19 dapat merusak atau membahayakan plasenta, organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bayi selama kehamilan.
“Tidak ada alasan teoretis untuk percaya bahwa vaksin ini akan berbahaya,” jelas Dr Richard Beigi, yang duduk di Kelompok Kerja Ahli Imunisasi, Penyakit Menular, dan Kesehatan Masyarakat dari American College of Obstetricians and Gynecologists, kepada CNN dalam sesi Tanya Jawab.
“Tidak pernah ada vaksin yang dikaitkan dengan infertilitas,” lanjutnya, dikutip dari CNN, Rabu (12/5).
-
Mengapa plasenta previa berbahaya? Hal ini memicu kemungkinan seorang ibu hamil mengalami perdarahan yang serius saat hamil atau saat melahirkan.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Kenapa toksoplasma bahaya buat kehamilan? Penyakit toksoplasmosis memang bisa berbahaya bagi kehamilan, karena berisiko menyebabkan keguguran pada ibu hamil serta penyakit bawaan lahir pada janin.
-
Kenapa BPA bahaya untuk janin? Zat kimia seperti BPA ini nyatanya dapat memberikan berbagai bahaya bagi tumbuh dan kembangnya janin di dalam kandungan. Misalnya saja seperti risiko perkembangan otak abnormal, masalah perilaku, gangguan sistem kekebalan tubuh, hingga meningkatkan risiko keguguran dan persalinan prematur pada perempuan hamil.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Kenapa polusi udara bisa bahaya untuk bayi? Pencemaran udara dapat memberikan efek buruk bagi anak sejak sebelum ia lahir, atau ketika masih berada dalam kandungan. Sebuah penelitian di California menemukan bahwa ibu hamil yang terpapar polusi udara berisiko melahirkan secara prematur.
Namun itu tidak menghentikan penyebaran informasi yang salah yang dapat menimbulkan ketakutan dan menyebabkan ibu hamil ragu untuk divaksinasi.
“Kami telah mencapai tahap dalam distribusi vaksin di mana kami melihat keragu-raguan vaksin, dan keragu-raguan ini disampaikan orang hamil,” kata Dr. Emily Miller, asisten profesor kebidanan dan ginekologi di Northwestern Medicine, dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah penelitian baru yang diterbitkan Selasa, Miller dan timnya di Northwestern memastikan vaksin Covid-19 tidak membahayakan plasenta dan tidak memberi dampak negatif pada kehamilan.“Tim kami berharap data ini, meskipun masih awal, dapat mengurangi kekhawatiran tentang risiko vaksin untuk kehamilan,” lanjut Miller, salah satu penulis penelitian tersebut.
Para penulis mengatakan, penelitian yang diterbitkan Selasa di jurnal Obstetrics & Gynecology itu adalah yang pertama meneliti dampak vaksin Covid-19 pada plasenta.
Sebagai organ pertama yang terbentuk selama kehamilan, plasenta sangat penting untuk perkembangan janin karena plasenta menyediakan oksigen ke jaringan janin saat paru-paru berkembang, dan memberi nutrisi saat saluran pencernaan terbentuk. Selain itu, plasenta menghasilkan hormon yang dibutuhkan dan meneruskan antibodi pada akhir kehamilan untuk melindungi bayi setelah lahir.
“Plasenta seperti kotak hitam di pesawat terbang. Jika ada yang tidak beres dengan kehamilan, biasanya kita melihat perubahan pada plasenta yang dapat membantu kita mengetahui apa yang terjadi,” jelas penulis lainnya, Dr Jeffery Goldstein, asisten profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg dalam sebuah pernyataan.
Miller dan Goldstein memeriksa plasenta dari 84 perempuan yang divaksinasi dan 116 perempuan yang tidak divaksinasi yang melahirkan di salah satu rumah sakit di Chicago. Selain mencari kelainan, tim juga mencari bukti aliran darah abnormal, yang sebelumnya telah dilaporkan pada pasien hamil yang dinyatakan positif Covid-19.
Penulisnya melihat "tidak ada peningkatan insiden" dari masalah aliran darah atau lesi atau malformasi plasenta pada perempuan yang mendapat vaksin versus mereka yang tidak divaksinasi.
“Internet telah memperkuat kekhawatiran bahwa vaksin tersebut dapat memicu respons imunologis yang menyebabkan ibu menolak janinnya,” kata Goldstein dalam sebuah pernyataan.
“Penemuan ini membuat kami percaya bahwa itu tidak terjadi,” lanjutnya.
“Dari apa yang kami ketahui, vaksin Covid tidak merusak plasenta,” tegasnya.
Risiko infeksi Covid-19 untuk perempuanhamil termasuk reaksi serius, bahkan kematian, dan peningkatan risiko kelahiran prematur untuk bayi mereka, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC.
Sebuah penelitian baru-baru ini terhadap perempuan dengan diagnosis Covid-19 dari 18 negara berbeda menemukan bahwa mereka berisiko lebih tinggi untuk mengalami efek samping seperti preeklamsia, infeksi, dirawat di ICU, dan kematian.
Risiko kematian perempuan hamil dengan Covid-19 adalah 1,6 persen, yang 22 kali lebih tinggi daripada perempuan hamil yang tidak terinfeksi, menurut penelitian tersebut.Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus corona juga berisiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
Kebutuhan untuk melindungi calon ibu dan bayinya yang belum lahir dari risiko Covid-19 membuat kelompok medis utama di Amerika Serikat mendesak perempuan untuk mempertimbangkan vaksinasi.
“Sebenarnya tidak ada alasan teoretis untuk percaya bahwa hal itu akan membahayakan ibu atau anaknya yang belum lahir, dan kami sangat yakin ini akan memberikan manfaat yang besar bagi ibu dan bayinya,” kata Beigi dari ACOG.
Sebuah penelitian sebelumnya oleh Miller dan Goldstein yang diterbitkan pada April menemukan perempuan hamil yang divaksinasi Covid-19 berhasil membuat dan mentransfer antibodi ke bayi mereka yang sedang tumbuh.
Faktanya, perempuan yang divaksinasi pada awal trimester ketiga memiliki kesempatan lebih baik untuk memberikan antibodi pelindung kepada bayi mereka daripada perempuan yang divaksinasi mendekati tanggal persalinan.
“Kami mulai beralih ke kerangka kerja melindungi janin melalui vaksinasi, bukan dari vaksinasi,” kata Miller.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaAir kelapa salah satu minuman yang memiliki banyak manfaat bagi ibu hamil (bumil).
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaSalah satu mitos di masyarakat yang beredar adalah bahwa konsumsi air kelapa bisa buat bayi lahir dengan kulit bersih. Benarkah?
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan dan kesejahteraan ibu hamil serta janin yang dikandungnya dapat terpengaruh oleh berbagai faktor eksternal, salah satunya adalah polusi udara.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca Selengkapnya