Ilmuwan Ubah Burung Mati Jadi Drone
Merdeka.com - Tim ilmuwan di negara bagian New Mexico, Amerika Serikat (AS) memasang drone pada burung mati yang telah ditaksidermi. Ini bagian dari percobaan yang dirancang untuk lebih memahami pola terbang burung.
"Kami datang dengan ide ini bahwa kami dapat menggunakan unggas mati dan menjadikannya drone," jelas Dr. Mostafa Hassanalian, seorang profesor di Institut Pertambangan dan Teknologi New Mexico, kepada Reuters.
Hassanalian dan timnya memiliki ide tersebut setelah gagal melihat hasil yang diinginkan ketika mereka menerbangkan 'burung' mekanis buatan dalam kawanan hewan hidup. Drone burung taksidermi saat ini sedang diuji dalam sangkar khusus – tetapi saat ini hanya dapat diterbangkan selama sekitar 20 menit setiap kali, seperti dikutip dari laman Russia Today, Selasa (25/4).
-
Bagaimana ilmuwan menentukan burung tersebut pemangsa? 'Berdasarkan petunjuk pada tulang kaki mereka, kami menduga burung ini mampu menangkap dan membawa mangsa, mirip dengan apa yang dilakukan elang atau burung hantu modern,' kata Alex Clark
-
Apa rasio yang dibutuhkan burung untuk terbang? Untuk dapat terbang, burung memerlukan apa yang disebut sebagai 'pembebanan sayap' yang sesuai, yaitu rasio massa tubuh terhadap luas sayap.
-
Bagaimana para peneliti meneliti kemampuan 'terbang' Kuda Nil? Asal tahu saja, kuda nil dapat mencapai kecepatan hingga 30 km/jam (18,6 mph). Dengan demikian dalam penelitian itu ditemukan bahwa kuda nil dapat mengangkat keempat kakinya dari tanah secara bersamaan hingga 15 persen dari terbangnya.
-
Apa yang diteliti? Analisis terhadap lebih dari 4.000 artefak batu yang ditemukan di sebuah pulau di barat laut Australia memberikan gambaran kehidupan suku Aborigin puluhan ribu tahun yang lalu.
-
Apa tujuan penelitian ini? Konsep yang mereka rancang mirip dengan cara pesawat meninggalkan jejak uap tiga dimensi saat melintasi langit.
-
Bagaimana cara burung gagak muda belajar terbang? Namun, setelah mereka meninggalkan sarang, mereka tetap mendapat perhatian besar dari keluarga sambil mempelajari cara terbang dan memberi makan dengan lebih baik.
Diharapkan proyek ini dapat memberi pencerahan baru terkait bagaimana burung menghemat energi dengan terbang dalam formasi tertentu ketika drone buatan diterbangkan bersama kawanan yang masih hidup. Data ini berpotensi diterapkan untuk mempersingkat penerbangan manusia.
“Jika kita mempelajari bagaimana burung-burung ini mengelola energi di antara mereka sendiri, kita dapat menerapkannya ke dalam industri penerbangan masa depan untuk menghemat lebih banyak energi dan menghemat lebih banyak bahan bakar," jelas Hassanalian.
Pengujian ini juga diharapkan akan lebih mengartikulasikan teori tentang bagaimana warna burung berinteraksi dengan efisiensi penerbangan.
"Kami telah melakukan eksperimen dan menentukan bahwa, untuk pesawat sayap tetap kami, penerapan warna tertentu dapat mengubah efisiensi penerbangan,” kata ilmuwan lain, Brenden Herkenhoff.
"Dan hal yang sama berlaku untuk burung, kami percaya."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Poltekad TNI AD berhasil membuat drone yang berbentuk seperti burung untuk mendukung pengintaian dari serangan udara.
Baca SelengkapnyaArtificial Intelligence (AI) kini mulai dipakai peneliti untuk mencari keberadaan spesies burung terancam punah.
Baca SelengkapnyaBerikut penampakan Burung Dodo yang akan dihidupkan kembali usai punah akibat tangan manusia.
Baca SelengkapnyaRupanya, China memiliki drone untuk mendukung proses pengamatan sasaran dengan bentuk berupa burung gereja.
Baca SelengkapnyaMengapa burung tidak ada yang bergigi meski merupakan keturunan dinosaurus? Simak penjelasannya berikut ini.
Baca SelengkapnyaHvaldimir, seekor paus beluga putih yang diduga mata-mata Rusia, ditemukan mati, Sabtu (31/8/2024) lalu dalam keadaan mencurigakan.
Baca SelengkapnyaPeneliti menemukan fosil dinosaurus terbang yang mengungkap fakta baru di dunia sains.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini, Irdan Hakim kedatangan KSAD Dudung Abdurachman ke rumahnya. Bukan tanpa alasan, beliau datang untuk mencari ilmu perihal aviary.
Baca SelengkapnyaPara ahli paleontologi mendeskripsikan spesies baru burung enantiornithine dengan paruh ompong dari avifauna Jehol di Cina.
Baca SelengkapnyaDua dari tiga fosil yang ditemukan berhasil diidentifikasi menjadi salah satu burung predator paling awal di zaman dinosaurus.
Baca SelengkapnyaEvolusi mengejutkan: Microraptor, dinosaurus berukuran gagak, mungkin berburu di udara dengan sayap dan kaki canggih.
Baca Selengkapnya