Mirip Kisah Hachiko, Anjing Ini Setia Menanti Pemiliknya yang Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Jeju Air
Kisah Pudding sangat mirip dengan Hachiko, anjing Akita Inu asal Jepang, yang setia menunggu tuannya yang telah meninggal dunia karena stroke saat mengajar.
Seekor anjing peliharaan bernama Pudding kini menjadi "yatim piatu" setelah terjadinya kecelakaan pesawat Jeju Air 2216 pada Sabtu, 29 Desember 2024. Berita mengenai Pudding yang terlihat sendirian berkeliaran di sebuah desa di Yeonggwang, Korea Selatan, menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia. Pemilik anjing tersebut, seorang pria berusia 79 tahun, merupakan korban tertua dalam insiden tragis ini. Menurut laporan CNA, Jumat (3/1/2025), pria itu terbang bersama delapan anggota keluarganya, termasuk istri yang berusia 68 tahun, anak perempuan berusia 46 tahun, dan beberapa cucu, salah satunya berusia enam tahun.
Pada Selasa (31/12/2024), kelompok advokasi hak hewan bernama Coexistence of Animal Rights on Earth (Care) mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menyelamatkan Pudding setelah menerima banyak laporan dari masyarakat setempat. Seperti yang dilaporkan oleh Care, dan dikutip dari The Korea Times, Pudding terlihat berkeliaran di antara rumah keluarganya dan pusat desa setelah tragedi Jeju Air. Anjing tersebut tampak sering mengamati kendaraan yang lewat, seolah-olah sedang mencari keberadaan keluarganya yang hilang.
Care menggambarkan pertemuan mereka dengan Pudding, "Kami menemukan Pudding duduk dengan tenang di luar balai desa. Ketika kami mendekat, dia berlari menuju kami dengan penuh semangat, seolah masih menunggu keluarganya.
"Setelah berkomunikasi dengan anggota keluarga yang masih ada, disepakati bahwa Care akan menjaga Pudding sementara waktu hingga ditemukan pengasuh baru yang sesuai. Care juga menyatakan bahwa mereka akan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap Pudding terlebih dahulu, karena ditemukan bahwa muntahannya mengandung tulang ayam dan bawang, yang seharusnya tidak diberikan kepada anjing.
Kecelakaan pesawat Jeju Air 2216 ini mengakibatkan 179 dari total 181 penumpang dan kru tewas, menjadikannya salah satu kecelakaan paling mematikan dalam sejarah penerbangan Korea Selatan.